Full Of Secret ✓ [TERBIT : LOTUS PUBLISHER]

38. Sebuah kenyataan

Lo di antar pulang sama siapa?” tanya Fitri saat melihat Luna baru pulang, dan di antar oleh seorang cowok yang tak ia kenali. Padahal, Safa sudah pulang kerja sejak tadi sore. Namun, gadis itu baru sampai di kontrakan pukul setengah sebelas. Sebenarnya dari mana saja Luna? Dan, kenapa Luna bisa bersama dengan cowok itu?

“Itu, dia teman aku,” jawab Luna.

“Teman? Sejak kapan lo punya teman cowok, selain Sakha yang sekarang jadi pacar lo?”

“Seminggu, aku kenal dia dari seminggu yang lalu.”

“Tapi, kenapa bisa segampang itu lo dekat dengan dia?” tanya lagi Fitri bingung.

“Dia udah beberapa kali tolongin aku, Fit. Jadi, ya, gitu.”

Fitri mengernyitkan dahinya, apa semudah itu Luna bisa berteman dengan seorang cowok? Apalagi, cowok itu baru. Dan, apakah Luna tidak takut? Gadis itu, tampak biasa saja. “Lo nggak lagi mengkhianati Sakha, kan?”

“Maksud kamu?”

“Ya, siapa tau aja lo dan dia bukan cuma teman. Tapi ... selingkuhan, mungkin.”

“Ya, nggaklah, Fit. Masa aku selingkuhi Sakha,” ujar Luna, ia juga tidak punya niat untuk berselingkuh.

“Sekarang aja bisa bilang gitu, kan nggak tau nanti.” Setelah mengatakan itu, Fitri masuk ke kamarnya. Membuat Luna bingung, melihat sikap Fitri yang berbeda padanya.

***

Sakha merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lelah sekali ia rasanya. Akhir-akhir ini pekerjaannya sangat banyak sekali, apalagi di bulan ini banyak pasangan yang menyewa jasa SR wedding house untuk membantu acara pernikahan mereka.

Drtt ... drtt ...

Suara dering ponsel itu, membuat Sakha mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ia mengambil ponsel yang ada di meja, dan melihat nama si penelepon yang tertera pada layar ponselnya. Saat itu juga, senyumnya mengembang saat melihat satu nama itu. Tanpa butuh waktu lama, ia langsung menjawab teleponnya.

“Assalamualaikum, sayang.”

“Waalaikum salam, Mas makan siang nanti mau Safa bawain ke kantor. Atau, Mas mau pulang kayak kemarin?”

“Aku pulang, deh, soalnya aku mau izin kerja setengah hari aja sama, Mama. Badan aku nggak enak, kerjaannya mau aku bawa ke rumah aja nanti.”