Apa pun jawabanku, jangan berharap lebih atas diriku. Kamu yang telah membuatku terluka, jangan berharap bisa membuatku kembali jatuh cinta.Sakha Abi Baskara
~ Full Of Secret ~
***
"Lo pacaran sama, Sakha?" tanya Fitri saat melihat Luna yang tengah membereskan barangnya, sekarang sudah pergantian shif. Jam kerja Luna sudah selesai, dan digantikan oleh Fitri yang mendapatkan shif malam.
"Eh, enggak," jawab Luna, membuat Fitri tak percaya begitu saja.
"Masa, sih? Tapi, kok, kalian kelihatan dekat banget, Sakha juga sering antar jemput lo. Yakin nggak pacaran?" tanya lagi Fitri memastikan.
"Nggak, Fit. Aku nggak pacaran sama Sakha."
"Tapi, aneh aja gitu, Sakha kelihatan perhatian banget sama lo. Kalau Sakha dari awal niatnya cuma bantuin lo aja. Nggak akan sampai segitunya, dan nggak mungkin tiap hari juga Sakha temuin lo. Sakha suka kali sama lo," ucap Fitri yang membuat Luna terdiam, selama ini juga ia kadang bingung kenapa Sakha sangat baik padanya. Namun, ia tak pernah berpikir jika Sakha menyukainya.
"Apaan, sih, Fit. Nggak mungkin dia suka sama aku, dia emang berniat untuk bantuin aku aja. Lagi pula aku nggak punya kerabat di sini, makanya dia bantuin aku," jelas Luna, meski tidak yakin juga dengan penjelasannya sendiri.
"Yeah, kita lihat aja nanti. Kalau menurut gue, sih, dia beneran suka sama lo."
"Udah, ah, kamu mulai kerja sana. Aku mau pulang, nanti aku masakin buat kamu di kost-an oke," ujar Luna, mulai sekarang ia memang tinggal satu kost dengan Fitri. Seperti tawaran Fitri bulan kemarin padanya.
"Ya, udah, lo hati-hati, ya." Luna menganggukkan kepalanya, lalu pergi meninggalkan Fitri untuk pulang. Sedangkan, Fitri memulai pekerjaannya.
***
Pagi-pagi sekali, Sakha sudah rapi dengan seragam kerjanya. Hari ini, ia bekerja langsung di salah satu gedung yang menjadi acara pernikahan kliennya. Seperti biasa, ia yang akan menjadi juru foto dan membuat dokumenasi pernikahan orang lain. Karena apa lagi pekerjaannya, selain menjadi fotografer pernikahan. Setelah memastikan alat yang harus ia bawa terkumpul semua, dan dimasukkan ke dalam tas. Sakha pun keluar dari kamar, dan turun ke lantai satu. Tepat saat di lantai satu, ia melihat anggota keluarganya yang sudah berkumpul di ruang tamu.
Sekar yang menyadari kehadirannya, langsung bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Sakha. "Lho, kok, kamu pakai seragam kerja, sih?" tanyanya bingung.
"Hari ini Sakha harus kerja, 'kan? Bukannya Mama sendiri yang ngasih jadwal kerjaan ke Sakha, hari ini pernikahannya Melati & Joko. Apa Mama lupa?"
"Mama nggak lupa, tapi tiga hari lalu, kan, Mama udah bilang sama kamu. Jadwal kerjaan kamu yang hari ini, minta tukeran sama Aji. Hari ini kita mau ke kampung Safa, 'kan? Kita mau lamar Safa langsung ke orang tuanya, kamu gimana, sih?" jelas Sekar yang membuat Sakha terdiam.
Sejak mamanya bilang telah menjodohkannya dengan Safa minggu lalu, Sakha memang sudah bilang jika ia menerima perjodohan itu, setelah melihat siapa Safa yang dimaksud mamanya itu. Jangan beranggapan jika ia masih mencintai perempuan itu, saat ia menerima perjodohan. Karena Sakha hanya ingin tahu saja, siapa yang akan terluka setelah ini.
"Kalian aja yang berangkat, aku lupa bilang ke Aji untuk tukeran jadwal. Kan, nggak mungkin juga kalau bilangnya sekarang, apalagi pernikahannya akan dimulai 2 jam lagi. Jadi, aku nggak bisa ikut," ujar Sakha, dan sebenarnya ia tidak lupa untuk bilang pada Aji sebagai rekan kerjanya. Hanya saja ia pura-pura lupa, itu sengaja. Karena Sakha tak akan muncul di hadapan perempuan itu, sebelum hari pernikahannya nanti tiba. Maka, sebelum hari itu tiba, jangan harap ia mau menampakkan diri di hadapan perempuan itu sebagai calon suaminya.
"Tapi, kan, yang mau nikahin Safa itu kamu. Masa kamu nggak ikut untuk ngelamar Safa," kata Sekar.
"Ya, nggak apa-apa, yang penting aku harus ada di acara pernikahannya nanti, lagian aku udah jawab iya, 'kan? Jadi, Mama nggak usah khawatir. Kalaupun aku nggak ikut sekarang, aku nggak akan berubah pikiran, kok. Untuk nikahin dia," balas Sakha meyakinkan mamanya.
"Bener, ya? Kamu jangan malu-maluin Mama, awas aja nanti kalau berubah pikiran. Mama nggak mau maafin kamu."
"Iya, lagian mau aku berubah pikiran pun. Mama nggak akan mau dengar aku, ujung-ujungnya aku akan tetap dijodohin sama dia, 'kan?"
"Itu kamu tau, jadi nggak usah berubah pikiran segala!" Sakha berdecak sebal mendengarnya, "ya, udah, kalau gitu kami berangkat dulu, ya. Mau jemput Nenek dan Safa, setelah itu pergi ke kampung Safa."
"Iya, kalian hati-hati."
Sekar mengangguk, lalu mengajak suami dan anak bungsunya untuk segera berangkat. Dan, Sakha mengantar mereka sampai depan pintu utama rumahnya. Hanya sampai di depan pintu. Dan, setelah melihat mobil yang dikendarai supir pribadi papanya, ia pun masuk kembali ke rumah, dan duduk di ruang tamu.
Sakha termenung, apakah jawabannya sudah benar? Ia menerima perjodohan itu, bukan karena cinta, karena luka hati yang perempuan itu torehkan padanya masih membekas. Lalu, untuk apa sebenarnya ia mau menerima perjodohan itu? Balas dendam?
"Mama nggak akan nyesel jodohin aku sama dia?" tanya Sakha, saat mamanya kembali mendesak dirinya agar mau menikah dengan Safa.
"Untuk apa Mama nyesel? Safa perempuan baik, ya, meskipun masa lalunya tidak baik. Tetapi, dia mau berubah dan memperbaiki dirinya," jawab Sekar, membuat Sakha bingung kenapa mamanya begitu ingin ia menikah dengan Safa?
"Kenapa Mama begitu mudah percaya sama dia? Bahkan, Mama aja nggak tau asal-usul dia, keluarganya gimana. Terus kenapa Mama seyakin itu, bilang jika dia perempuan baik-baik?"
"Kamu akan tau jawabannya, setelah kamu dekat dengan dia, Sakha. Mama nggak perlu tau bagaimana asal-usul dia, keluarga dia seperti apa. Karena bagaimanapun dia, Mama akan tetap menerimanya. Karena Mama sayang Safa, Mama udah anggap Safa sebagai anak Mama sendiri. Untuk itu, Mama mau Safa benar-benar jadi anak Mama dengan menikah sama kamu. Karena kalau Safa nikah dengan orang lain, belum tentu suaminya mengizinkan Safa untuk tetap bertemu dengan Mama dan Nenek," jelas Sekar panjang lebar, membuat Sakha terdiam. Apa yang perempuan itu lakukan pada mamanya, sehingga Sekar bisa menyayanginya begitu saja?
"Dia perempuan baik-baik, Sakha. Mama jodohin kamu sama dia, karena dia memang pantas untuk kamu nikahi. Jangan menilai dia buruk hanya karena masa lalunya, karena dia tidak seburuk itu. Percayalah, apa pun yang kamu pikirkan tentang dia, belum tentu sama dengan kenyataannya. Mungkin, tidak sekarang kamu bisa percaya sama dia. Tetapi, waktu yang akan membuat kamu yakin, jika kamu tidak salah menikahi perempuan seperti Safa."
Sakha menghela napas panjangnya, ucapan mamanya beberapa hari lalu tiba-tiba berputar di otaknya. Ia bingung, apa yang dilihat oleh Sekar dari perempuan itu? Hingga mamanya bisa begitu sayang pada Safa. Apa yang dikatakan oleh mamanya tentang perempuan itu, tidaklah sama dengan apa yang ia lihat dan rasakan selama ini. Bagaimana bisa Sakha percaya pada perempuan yang sudah meninggalkannya dulu, dan mengkhianati cintanya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Of Secret ✓ [TERBIT : LOTUS PUBLISHER]
Romance[Repost] • Pemenang GMG Hunting Writers 2021 kategori Best Branding • Happy Reading • Hal yang Sakha benci di dunia ini adalah seseorang yang pergi tanpa pamit. Lalu, apa jadinya jika orang yang paling ia cinta, melakukan hal...