Di dalam ruangannya, Sakha terdiam sambil memandangi layar laptop yang menampilkan banyak foto pernikahannya dengan Safa tiga hari lalu. Ia memang sengaja meminta secara langsung copy file pada rekan kerjanya yang saat itu menjadi fotographer di pernikahannya, dengan alasan jika ia yang ingin membuat album foto pernikahannya sendiri.
Tidak ada yang salah dengan semua foto-foto itu, semuanya tampak bahagia dengan senyuman yang mengembang. Entah itu, keluarganya atau keluarga Safa. Mereka sama-sama tersenyum bahagia, malah yang terlihat aneh adalah dirinya sendiri dengan Safa. Senyum mereka tampak canggung dan seperti yang dipaksakan.
Menghela napasnya gusar, ia pun menutup laptopnya begitu saja. Hatinya terasa perih ketika melihat foto-foto itu terlalu lama, jika saja 3 tahun lalu Safa tak pernah meninggalkannya. Mungkin, tiga hari lalu ia akan menjadi orang paling bahagia. Karena telah menikahi orang yang sangat dicintainya, tapi sekarang keadaannya sudah berbeda. Tak ada bahagia di dalam hatinya, setelah mengetahui pengkhianatan perempuan itu padanya.
Brak!
Suara pintu yang dibuka dengan kasar itu, membuat Sakha terlonjak kaget. Ia sudah siap untuk mengeluarkan segala umpatannya, tapi tertahan saat melihat siapa pelaku yang telah membuka pintu ruangannya itu. Dan, ia benar-benar tak ingin melihat wajah orang itu.
“Sak, kamu dari mana aja, sih? Aku tiga hari berturut-turut datang ke sini, tapi kamu nggak ada terus.” Sakha memutar bola matanya malas, ia sudah muak melihat gadis itu yang tak pernah berhenti mengganggunya.
“Lo ngapain datang lagi ke sini, sih, Fit? Hidup gue udah tenang tanpa lihat muka lo, terus kenapa sekarang lo harus muncul lagi di hadapan gue?” tanya Sakha geram, tapi gadis itu malah seenaknya main peluk-peluk dirinya.
“Aku itu kangen banget sama kamu tau nggak, sih.”
“Lepas! Ngapain, sih, lo peluk-peluk gue, huh? Pergi nggak lo!”
“Aku nggak mau lepasin kamu, aku itu udah susah-susah tau datang ke sini. Bahkan, aku harus cari cara dulu agar asisten kemayu kamu itu nggak menghalangi aku untuk ketemu kamu,” jelas Fitri yang semakin membuat Sakha muak mendengarnya.
Gadis itu sudah tak punya malu, ia sudah beberapa kali menolaknya. Namun, Fitri terus saja berusaha mendekatinya. Gadis itu, selalu saja mencari perhatian padanya. Tepatnya, sejak 1 bulan setelah Luna pergi darinya, 3 tahun lalu. Fitri mengakui, jika gadis itu menyukainya sudah sejak lama. Semenjak Sakha sering datang bersama Gio ke restoran, bahkan sebelum ada Luna. Namun, Sakha tak peduli itu, karena sedikitpun ia tak memiliki perasaan pada Fitri.
Dengan kasar Sakha melepaskan dirinya dari pelukan Fitri, jika mamanya melihat. Ia bisa dimarahi, bahkan mungkin digantung oleh mamanya sendiri.
“Pergi nggak lo! Udah gue bilang, ‘kan? Kalau gue itu nggak suka sama lo, jadi jangan pernah dekati gue lagi! Sekarang lebih baik lo pergi! Pergi!” usir Sakha, ia tak pernah bisa tenang, jika gadis itu masih berada di sana.
“Kamu kenapa, sih, Sak. Nggak mau buka hati kamu buat aku? Apa karena kamu belum bisa move on dari Luna? Sekarang buat apa juga kamu nungguin Luna, sedangkan dia udah tinggalin kamu gitu aja 3 tahun lalu. Bahkan, Luna itu selingkuh di belakang kamu. Apa spesialnya coba gadis kampung itu? Udah kampungan, pengkhianat, murahan lagi!” cerocos Fitri yang mulai kesal, karena usahanya tak ada sedikitpun kemajuan.
“Bukannya lo sahabatnya, terus kenapa sekarang lo ngatain dia?”
“Awalnya, sih, iya, aku mau jadi sahabat dia. Tapi, setelah tau kelakuan dia yang sebenarnya kayak gimana, aku jadi nggak sudi punya sahabat kayak dia. Muka aja sok polos, tapi hatinya sama kayak cewek murahan. Suka deketin cowok tajir, buat morotin uangnya,” jelas Fitri, membuat tangan Sakha tanpa sadar terkepal di sisi tubuhnya, dengan rahang yang mengeras. Entah kenapa, ia tak suka mendengar ucapan Fitri mengenai Luna. Apa karena Luna istrinya sekarang?
“Pergi atau gue panggil satpam untuk seret lo keluar dari sini,” geram Sakha.
“Ih, kamu malah usir aku. Aku, kan, masih kangen. Dan, kapan kamu mau buka hati untuk aku?”
“Gue nggak bisa! Gue nggak suka sama lo, dan lo harus tau kalau gue itu udah nikah,” kata Sakha yang membuat Fitri tergelak. Membuat Sakha mengernyitkan dahinya, apa yang lucu?
“Sakha, Sakha, aku tau kamu mau aku jauh-jauh dari kamu. Tapi, jangan pakai alasan kamu udah nikah dong, karena aku nggak akan percaya. Nikah sama siapa coba? Kamu nggak lagi deket sama perempuan lain, selain aku,” balas Fitri masih dengan tawanya.
“Gue nggak lagi ngeles, emang nyatanya gue udah nikah. Tiga hari gue nggak ada di sini, karena tiga hari lalu gue nikah. Ini kalau lo nggak percaya,” jelasnya sambil menunjukkan tangan kananya yang terdapat cincin yang tersemat di jari manisnya. Cincin pernikahannya.
Fitri terbelalak melihat cincin itu, pasalnya ia baru melihat Sakha memakai cincin. Karena biasanya juga ia tak pernah melihat lelaki itu memakai cincin. Jadi, apakah benar Sakha sudah menikah? Tapi dengan siapa? Kenapa ia tidak tahu jika Sakha menikah?“Sekarang lo pergi dari sini, sebelum nyokap gue datang dan melihat ada cewek lain di ruangan gue. Karena nyokap gue nggak akan segan-segan botakin rambut cewek manapun, yang udah berani-beraninya ganggu suami menantunya.”
“Tapi –”
“Pergi atau gue panggil satpam sekarang juga?” sela Sakha.
“Sakha.”
“Pergi gue bilang!”
Fitri menghentakkan kakinya kesal, lalu pergi dari ruangan Sakha masih dengan rasa penasarannya. Siapa gadis yang dinikahi Sakha tiga hari lalu? Ia harus mencari tahu.
Sakha menghela napasnya setelah melihat Fitri benar-benar pergi, gadis itu selalu saja membuatnya emosi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Of Secret ✓ [TERBIT : LOTUS PUBLISHER]
Romance[Repost] • Pemenang GMG Hunting Writers 2021 kategori Best Branding • Happy Reading • Hal yang Sakha benci di dunia ini adalah seseorang yang pergi tanpa pamit. Lalu, apa jadinya jika orang yang paling ia cinta, melakukan hal...