6. Tingkah Luvina

104 32 12
                                    

Jangan lupa vote dan komen cerita ini.

Tolong kerja samanya untuk readers tercinta, karena cerita ini diikutsertakan dalam challenge menulis.

Enjoy reading ... koreksi kalau ada typo atau salah.

6. Tingkah Luvina

Dengan segala macam cara ekstrem yang Vina lakukan akhirnya Vina berhasil membuat Sultan mau berangkat ke kampus bersamanya. Sepanjang perjalanan cewek berambut hitam itu terus mengukir cengiran lebar. Bersenandung bahagia sembari meniup-niup kukunya yang baru saja di cat berwarna biru muda.

Di sampingnya Sultan memasang wajah super dingin, kembali menjadi beruang kutub. Tentu saja Sultan sangat-sangat terpaksa berangkat ke kampus bersama Luvina.

"Aku senang sekali," ucap Vina memecah keheningan. Sultan tetap bergeming, menatap jalanan dengan tatapan lurus. Bibirnya terkantup rapat.

Vina mekilirik Sultan sekilas, kembali meniup-niup kukunya kemudian menyeletuk santai.

"Cuek sekali ... padahal malam itu kau sangat mengkhawatirkanku."

Mendengar itu sontak saja Sultan menoleh ke arah Luvina, mendelik garang membuat Vina mengernyih lebar. Biarkan saja dia besar kepala.

"Apa?" tantang Vina dengan mata melotot. Sultan medesis, kembali menatap jalanan di depannya. Cowok tampan itu menyerapah tanpa suara, selalu merasa kesal setiap kali bertemu dengan Luvina. Apalagi setiap mobil Sultan berhenti di lampu merah Luvina sering menjerit 'tak manusiawi karena melihat orang yang dianggapnya jelek. Sultan kesal setengah mati, dari sekian banyak orang berhati besar di dunia ini mengapa harus Sultan si cowok berhati dingin yang dipertemukan dengan Luvina Fernandez si cewek super menyebalkan? Sumpah demi apa pun yang dilakukan Luvina hanya membuat darah tinggi saja. 'Tak heran jika Helena yang menjadi sahabat karibnya senang berteriak.

Sultan memijat pelipisnya yang terasa pening. Jari-jari besarnya mencengkram kemudi__erat.

Vina masih tetap anteng di bangku sebelah Sultan. Sesekali cewek itu mencuri pandang pada pangeran kutub di sebelahnya, tersenyum-senyum sendiri bak orang sakit jiwa, karena imajinasi gilanya. Ya, Vina hanya berani berimajinasi saja, faktanya di dunia nyata cewek Cacophobia itu 'tak lebih dari seorang gadis cupu yang akan manangis tersedu-sedu saat di cium oleh lawan jenisnya.

"Turun," ucap Sultan dingin, saat mereka sampai di area parkir. Gedung universitas swasta elit berdiri angkuh di balik kaca mobil.

Vina turun, disusul oleh Sultan yang melewatinya seolah Vina adalah makhluk 'tak kasat mata. Tapi Vina memang keras kepala, cewek itu berlarian kecil mengejar langkah lebar Sultan. Susah payah tangan kurusnya memeluk sebundel kertas yang menjadi tugas salah satu mata kuliahnya hari ini.

"Jahat," tukas Vina setelah berhasil mensejajarkan langkah dengan Sultan. Sultan tetap berjalan angkuh memerankan tokoh pangeran kutubnya.

Kesal. Vina melompat ke hadapan Sultan, berdiri dengan binar jail di depan cowok ganteng itu. Susah payah cewek itu berjijit.

Cup!

"Terima kasih tumpangannya," ucap Vina kemudian berlari sekuat tenaga sembari melambai-lambai pada Helena yang berjalan tergesa pura-pura 'tak mengenalinya.

"Helena!!"

Vina terus berteriak memanggil sahabatnya. Wajar saja Helena malu memiliki sahabat seperti Luvina, pagi-pagi saja cewek Cacophobia itu sudah membuat gaduh satu fakultas karena tingkah sintingnya mencium Sultan si mostwanted di muka umum. Belum lagi nanti siang, sudah dipastikan cewek itu akan membuat kehebohan di salah satu mata kuliah yang diisi oleh seorang dosen yang dianggapnya buruk rupa.

Banyak tingkah memang si Luvina ini.

Sultan masih berdiri di tempatnya memandang punggung Luvina yang semakin menjauh. Cowok itu menyentuh pipi kanannya yang masih terasa lembab akibat ulah Luvina kemudian mendengkus kesal.

***

Saat seorang dosen bertubuh gempal dengan kepalanya yang sedikit botak menjelaskan materi, Luvina berteriak lantang sembari mengangkat sebelah tangannya. Sang dosen menoleh, tersenyum menjijikan melihat Luvina yang mengangkat tangan.

"Ya, Luvina? Ada apa?" Si dosen membenarkan kacamatanya selagi menunggu jawaban Vina.

Vina tersenyum miring, wajah pucatnya tetap terlihat cantik dan mempesona. "Saya izin membolos pelajaran anda," si dosen membelalakan mata tidak percaya. Sementara teman-teman sekelasnya mengulum bibir menahan tawa, hapal betul dengan apa yang tengah Vina lakukan. Walau begitu dalam hati mereka kompak mencibir kejam.  Siapa pun di universitas ini pasti tahu bagaimana jahatnya seorang Luvina Fernandez.

  Siapa pun di universitas ini pasti tahu bagaimana jahatnya seorang Luvina Fernandez

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pokoknya jangan lupa banjirin kolom komentar ya;))

See u❤

Cacophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang