25. Naik Kereta

62 21 9
                                    

Terkutuklah kalian yang baca cerita ini tapi gak ninggalin jejak!

25. Naik Kereta

"Ah, dia cantik sekali." Pria itu terus memandang Luvina, tampak terkagum-kagum.

"Luvina? Percuma saja cantik, dia gadis yang sangat aneh dan juga kasar!" ujar wanita berambut ombre dengan tatapan kesal.

"Vina sering muntah sembarangan. Beberapa kali dia juga berteriak seperti orang gila," timpal wanita bertubuh mungil setengah mencibir.

"Benarkah?" tanya pria itu 'tak percaya. Wanita bertubuh mungil mengangguk mantap.

"Aku satu fakultas dengannya."

Luvina mengepalkan kedua tangannya, matanya terpejam erat. Sabar, sabaaaaar.

Kali ini wanita bersurai hitam menolehkan kepala, menatap tiga orang manusia yang menggunjingnya tepat di depan mata.

"Hei, tutup mulut busukmu! Kau bicara seolah aku peduli saja ja-lang." Luvina tersenyum mencemooh, sengaja menekan kata jalang di akhir kalimatnya mengingat dua wanita itu memakai pakaian yang cukup minim, lalu dia kembali melangkahkan kakinya dengan angkuh.

Mereka semua merapatkan bibir.

Benar bukan? Luvina adalah wanita bermulut kasar.

Ini sudah tiga hari sejak insiden kebakaran itu, Luvina baru kembali masuk kuliah pada hari ini.

Baru saja tiba dan dia sudah menjadi bahan gunjingan. Sialnya di saat seperti ini Helena justru belum menampakan diri. Sungguh menyebalkan.

Vina mempercepat langkah kakinya, menoleh ke kanan dan kiri--berharap menemukan Helena. Tapi--

"Sultan!" panggil Luvina riang. Dia berlarian kecil untuk menghampiri pria itu. Vina menatap wajah Sultan sembari mengulum senyum. "Ke mana saja kau? Aku merindukanmu tahu!"

"Harusnya saya yang mengatakan itu!" tukas Sultan sewot.

"Mengakatakan bahwa kau merindukanku?" sahut Luvina cepat.

Sultan berdecak. "Ke mana saja kamu? Tumben sekali tidak mengganggu. Saya pikir kamu diculik alien."

"Jahat, apa susahnya untuk berterus terang? Bahwa kau merindukanku."

"Terserah kau saja. Dasar keras kepala." Lalu pria itu berjalan melewati Luvina.

"Tunggu aku!" teriak Luvina kesal. Padahal dia kan masih merindukan Sultan, kenapa pria itu justru meninggalkannya coba?

"Setelah selesai kelas ... kita jalan-jalan ya?" pinta Vina dengan nada memaksa. Terus mendongak menatap Sultan sembari menggandeng lengan pria itu.

"Lepaskan tangan saya."

"Tidak mau!" tolak Vina sewot. Sultan menggeram.

"Dasar keras kepala."

"Biarkan saja aku keras kepala." Vina melepaskan tangannya dari lengan Sultan, beralih mengacak rambut pria itu.

Mendapat perlakuan itu, Sultan berdecak. Vina ikut berdecak-decak dalam hati, Sultan itu ... tampannya memang terlalu semena-mena.

"Oke, kita jalan-jalan!" putus Sultan pasrah. Luvina bersorak kesenangan.

"Aku semakin menyukaimu jika kau baik seperti ini," ujar Vina dengan cengiran lebar. Sekarang Sultan jadi bingung, apakah harus merasa senang atau justru menyesal karena telah menyanggupi permintaan Luvina? Karena bagaimanapun ... tidak bisa dipungkiri bahwa dia menyukai binar cerah di manik hijau itu.

***

Awalnya Vina senang karena akan jalan-jalan dengan si tampan Sultan, tapi itu hanya awalnya saja. Karena kini Vina hanya bisa meneguk ludah berkali-kali di depan pintu gerbong kereta.

"Kita pulang saja," kata Vina dengan tatapan lurus. Lagi pula hari sudah mulai gelap, sebentar lagi bagaskara akan bertukar peran menjadi rembulan.

"Setelah kau keras kepala meminta untuk jalan-jalan?" sinis Sultan lalu menyeret Vina masuk ke dalam kereta. Vina sampai tersandung-sandung diseret dengan kejamnya oleh Sultan.

Rasanya Vina ingin menangis saja. Apalagi saat melihat penumpang yang jumlahnya tidak sedikit.

"Ah, kebetulan masih ada tempat duduk kosong." Sultan menarik Luvina untuk duduk, setelah mengatakannya.

Si cewek Cacophobia memejamkan mata erat. Cukup lama sampai akhirnya tirai mata itu terbuka demi memastikan wujud manusia yang duduk di sebelahnya.

Menolehkan kepala, Vina langsung berdiri detik itu juga, nyaris menjerit saking kagetnya.

Orang di sebelahnya adalah wanita, wajah dan penampilannya benar-benar kacau. Vina langsung panas dingin dan mulai cemas, apalagi ketika wanita itu menyadari bahwa Vina menghindarinya. Mulutnya sudah tidak tahan ingin memaki.

Wanita dengan wajah kacau--menurut Vina itu masih menatap Vina dengan raut bingung, sejak Vina beranjak bangun. Vina balas menatap wanita itu sembari menahan mual.

Sultan ikut berdiri saat sadar akan terjadi hal yang buruk.

"Kau, jika bepergian ke luar rumah bisakah wajah jelekmu ditinggal saja? Tidak ada seorang pun yang ingin melihat wajahmu."

Wanita itu langsung berkaca-kaca, mulutnya terbuka dengan wajah nyaris menangis. Orang-orang mulai menatap penasaran. Sementara wanita bersurai hitam segera melangkahkan kaki, setelah sebelumnya menyambar lengan Sultan.

"Kita pindah gerbong." Kali ini Vina menutup mulutnya dengan tangan, menahan muntahan yang mendesak ke luar.

"Maafkan aku." Sultan jadi merasa bersalah. Dia tidak bermaksud membuat Luvina menderita. Dia juga lupa jika Luvina anti cewek cowok jelek. Entah wanita atau pria jika wajah dan penampilannya dianggap tidak menarik, Luvina pasti akan langsung bereaksi.

Sultan pernah membaca artikel tentang fobia langka yang diderita Luvina saking penasarannya. Hasilnya benar-benar menyejutkan.

Pengidap Cacophobia nyaris tidak bisa hidup dengan tenang, karena mereka secara otomatis akan menilai penampilan dan wajah seseorang, jika hanya jelek biasanya gejala yang ditimbulkan adalah gatal-gatal dan rasa cemas yang berlebih, tapi jika sangat jelek pengidap Cacophobia bisa merasa mual bahkan muntah.

"Apa kau akan terus berjalan sampai menemukan penumpang yang cantik dan tampan?" tanya Sultan prihatin.

"Ya, dari pada duduk bersebelahan dengan orang jelek lebih baik aku berdiri sepanjang perjalanan."

"Maafkan aku, aku benar-benar menyesal telah memaksamu naik kereta."

"Karena kau tampan, jadi aku maafkan," ucap Vina sembari mengacungkan jempolnya. Sultan meringis.

"Sultan,"

"Ya?"

"Mau membantuku agar tidak mual?" tanya Luvina memelas.

"Apa?"

Vina menunjuk bibir merah jambunya. "Cium aku."

Detik itu juga Sultan langsung menyentil kening Luvina dengan keras.

"Sakit!"

See u🙃💃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

See u🙃💃

Cacophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang