37. Terima Kasih (Ending)

153 17 16
                                    

Di part terakhir ini tolong banjiri kolom komentar, keluarkan komentar paling spektakuler kalian oke.

37. Terima Kasih

Kita bukan sepasang angsa yang terlihat begitu romantis,

Bukan pula sepasang merpati yang terkenal setia pada pasangannya.

Karena kita hanya sepasang anak manusia yang sama-sama memiliki rasa, rasa yang orang-orang sebut sebagai cinta.

Satu tahun kemudian ....

Di halaman belakang kampus, wanita bersurai cokelat terduduk anteng bersama seorang pria. Menjadi sorotan satu dua manusia yang ada di sana padahal mereka berdua tidak melakukan apa-apa.

"Apa saya bilang, kau lebih cantik dengan rambut aslimu."

"Apa pun untukmu," sahut Luvina sembari mengedipkan sebelah matanya. Sultan mendorong dahi wanita itu dengan telunjuknya.

"Hilangkan kebiasanmu, kau itu wanita!"

"Ya, memangnya kenapa jika wanita merayu prianya?"

Sultan tidak bisa menjawab.

Hening.

Vina menghabiskan detik-detik senyap dengan memandang wajah tampan Sultan. Bersandang gadu dengan senyum sinting yang terus ia ukirkan.

"Luvina."

Dia nyaris melompat saking kagetnya, apa-apaan sih Sultan ini? Seenaknya saja mengagetkan orang!

"Apa?" sahut Luvina pada akhirnya.

"Bagaimana caranya agar aku tahu apakah aku menyukaimu atau tidak?"

Wajah cantik itu seketika berubah semringah, dia bahkan sampai menegakan punggungnya, membuktikan keseriusan saat ia menjawab, "tatap mataku selama lima detik. Jika kau tidak sanggup melakukannya artinya kau jatuh cinta padaku."

"Ckk! Itu terlalu mudah." Bagaimana mungkin hal seperti itu bisa membuktikan rasa yang begitu rumit di dalam hatinya? Pikir Sultan.

"Jika ada cara mudah mengapa harus mencari yang sulit?" Luvina menaikkan sebelah alisnya, tersenyum lebar sembari menghujam manik kelam Sultan dengan tatapan intens.

Ditatap seperti itu, Sultan jadi salah tingkah. Dia berdeham dua kali sebelum akhirnya berkata, "baiklah ... mari kita coba.

Sultan menggeser tubuhnya, mempertipis jarak di antara mereka. Kedua tangannya berpindah ke sisi wajah Luvina, membingkai wajah ayu itu dengan tangan besarnya.

Setelah empat kali mengembuskan napas, Sultan menatap tepat ke dalam manik hijau Luvina. Vina balas menatapnya.

Luvina mulai berhitung dalam hati, begitupun dengan Sultan.

Satu ....

Dua ....

Tig--

"Hmppt!" Sultan memalingkan wajah bahkan sebelum hitungan ke tiga selesai. Jantungnya berdetak gila, wajahnya terasa beruap. Reaksi apa ini sebenarnya?

"Kau mencintaiku! Arrgggh ... senangnyaaaaaa!" sorak Vina heboh.

Apa benar? Tanya Sultan dalam hati.

"Kau yakin?" tanya Sultan dengan napas putus-putus. Saking kencangannya debaran itu, dada Sultan terasa sesak.

"Seratus persen!" ujarnya sembari meninju udara. "Aku tebak, sekarang pasti jantungmu berdetak hebat?" Luvina menyeringai.

Cacophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang