Bisa baca artinya bisa Vote dan Komen.
28. Sulit Untuk Mengerti
"Dady, ayok tangkap aku." Gadis kecil itu tertawa riang dengan kaki pendeknya yang terus berlari.
"Ugh, sekarang larimu semakin cepat. Dady kesulitan untuk mengejarmu," keluh pria itu. Mendengar itu Luvina kembali tertawa, dia sangat bahagia karena kali ini sang ayah tidak bisa menangkapnya dengan mudah.
Fernandez ikut senang melihat puteri kecilnya tampak ceria, sepertinya sudah cukup untuk berpura-pura, kini dia harus menangkap gadis itu sebelum Safira memarahinya karena membuat puteri mereka kelelahan.
"Ter-tang-kap!" teriak Fernandez saat dirinya mendekap tubuh Luvina.
"Huh, akhirnya aku tertangkap juga ...," ucap Luvina dengan nada sebal. Membuat Fernandez tertawa.
"Sudah dulu mainnya, ayok kita pulang."
Vina menggeleng. "Sebentar, aku ingin memetik bunga untuk momy."
Fernandez menaikan sebelah alisnya, mengelus dagu berlagak seperti sedang berpikir. "Baiklah, aku tunggu di sini oke? Jangan lama-lama."
"Hm, aku akan segera kembali," sahut Luvina riang. Dia berlarian kecil ke arah timur untuk memetik bunga, bunga yang tidak sengaja ia lihat ketika saling kejar-kejaran bersama sang ayah. "Momy pasti suka," ujarnya antusias.
Dia memetik beberapa bunga kemudian kembali menemui ayahnya, tapi ....
Ayahnya sudah tidak ada di tempat pria itu menunggu, Fernandez menghilang tanpa jejak, tergantikan oleh seorang anak laki-laki berseragam SMP.
"Kau siapa? Ke mana dady-ku?"
Laki-laki itu mendekat, dia menyentuh rambut cokelat Luvina dan memainkannya. Vina menepis tangan laki-laki itu dengan kesal.
"Siapa kau?!"
"Luvina, rambut cokelatmu terlalu indah untuk gadis buruk rupa sepertimu." Anak laki-laki itu tersenyum--menghina.
Mendengar itu mata Luvina berkaca-kaca, tentu saja dia marah karena dikatakan sebagai gadis buruk rupa padahal dady-nya bilang Vina adalah anak gadis yang paling cantik.
"Tidak akan ada yang mau menjadi pengantinmu sampai kapan pun, karena kau gadis jelek," kata laki-laki itu masih belum puas.
"Tidak! Jangan bicara omong kosong!" Vina menangis sesegukan.
"Tidak ada yang mau menjadikanmu pengantin!"
"Kau jelek!"
"Kau gadis jelek dan sombong Luvina Fernandez!!"
***
Napas Vina memburu, dia terengah-engah ketika terbangun dari mimpi buruknya.
Di dalam mimpi itu Vina memang sama sekali tidak mengenali si anak SMP, tapi sekarang dia ingat betul wajah itu, dia ... adalah Andre versi anak SMP.
Entah atas dasar apa dia mengalami mimpi buruk seperti itu?
Vina mengatur napasnya, mengerjapkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk ke dalam mata.
Yang pertama kali Vina lihat saat membuka mata adalah dua orang pria yang menatapnya tanpa berkedip.
"Kau sudah sadar?" tanya Xavier lega. Pria itu mengulurkan tangannya hendak membantu Vina untuk bersandar, tapi tangannya lebih dulu ditepis tanpa perasaan oleh tunggal Leonardo.
Sultan membantu Vina bersandar, dia juga mengatur letak bantal agar wanita bersurai hitam merasa nyaman. Luvina masih terlihat linglung.
"Apa-apaan kau ini?" tanya Xavier emosi. Tidak terima karena telah ditikung Sultan tepat di depan mata.
Sultan hanya mengukir senyum miring menanggapi si cowok badboy.
"Aku mau pulang."
Suara lirih itu berhasil mengalihkan perhatian dua pria yang nyaris beradu tinju. Luvina turun dari ranjangnya membuat Sultan dan Xavier panik.
"Hei, jangan banyak bergerak dulu. Istirahatlah sebentar," kata Sultan. Vina hanya meliriknya sekilas lalu kembali meluruskan pandang.
"Aku mau pulang."
Banyak yang Sultan tidak mengerti tentang Luvina. Terutama tentang sikap wanita itu yang berubah-ubah layaknya cuaca. Jika setengah jam lalu Luvina tertawa bahagia, maka detik berikutnya tidak ada yang tahu apakah dia akan tertawa lebih bahagia atau justru menangis histeris.
"Biar saya antar," tawar Sultan akhirnya. Manik hijau menatap hampa ke arahnya.
"Aku ... bisa menghubungi Helena," tolak Luvina datar. Ini benar-benar bukan Luvina yang biasanya, ini adalah sosok Luvina yang lain. Lain dari Vina yang jail, lain pula dari sosok asing Luvina yang Sultan temui sedang menjerit histeris kehilangan kesadarannya pada hari itu.
Jadi ... sebenarnya ada berapa sosok Luvina Fernandez si Cacophobia ini? Sultan yakin Vina bukan pengidap DID yang memiliki banyak alter ego, tapi tetap saja dia kebingungan setiap kali Luvina kehilangan jati dirinya.
Sultan menoleh saat seseorang menepuk bahunya. "Ada apa dengan Luvina?" tanya Xavier dengan raut bingung.
Tunggal Leonardo tersenyum kecut. "Jangan tanya saya."
Lalu Sultan ke luar dari ruang rawat, mengamati wanita bersurai hitam yang terduduk tenang sembari menatap hampa sekitarnya.
"Ada apa dengannya? Mengapa aku tidak pernah benar-benar mengenali sosoknya?"
Jika orang-orang menganggap Sultan Leonardo sosok yang misterius karena kepribadiannya yang dingin dan tidak banyak bicara, maka mereka semua salah. Sultan adalah pria sederhana, sama seperti pria kebanyakan. Memiliki hobby, ketertarikan pada lawan jenis, ego, rasa khawatir, takut dan yang lainnya.
Dia hanya sedikit kesulitan mengekspresikan diri saja, makanya terkesan kaku.
Kalaupun ada seseorang yang dianggap misterius, itu justru Luvina Fernandez, wanita yang dianggap sebagai antagonis oleh sebagian besar orang yang mengenalnya.
Bahkan tidak banyak orang yang tahu tentang Cacophobia yang diderita wanita itu, membuat orang-orang menganggap si cewek Cacophobia aneh.
Luvina mungkin terlihat 'tak acuh meski sering kali dijadikan bahan gunjingan dan dipandang seolah dia adalah alien yang nyasar ke bumi, tapi hati manusia siapa yang tahu selain si empunya hati itu sendiri?
Siapa tokoh Cacophobia yang paling kalian suka?
Apa yang bikin kalian penasaran dan terus baca cerita ini?
Sok atuh dijawab, da saya mah nanya juga buat dapet jawaban XD
See u❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Cacophobia [COMPLETED]
Romansa[Jangan lupa follow ya teman!] CERITA INI DIIKUT SERTAKAN DALAM CHALLENGE MENULIS BERSAMA MAGEIA PUBLISHER DAN LENTERA SASTRA CAKRAWALA Bagaimana rasanya jika mengidap fobia langka? Misalnya mengidap Cacophobia seperti Luvina Fernandez, mahasiswi se...