2. Misi Luvina Fernandez

209 38 30
                                    


Jangan lupa vote dan komen cerita ini.

Tolong kerja samanya untuk readers tercinta, karena cerita ini diikutsertakan dalam challenge menulis.

Enjoy reading ... koreksi kalau ada typo atau salah.

2. Misi Luvina Fernandez

Menumpukan kedua tangannya di atas meja, kaki jenjangnya berayun santai. Wanita cantik yang tengah duduk di ruang makan itu tampak terkantuk-kantuk.

"Helena! Kau berniat membunuhku? Mana sarapannya?!" teriak Vina kesal. 'Tak lama kemudian Wanita yang dipanggil Helena itu tiba di hadapannya, wanita itu mulai menyusun makanan di atas meja, setelah selesai, tangannya beralih mendorong kepala Vina cukup keras.

"SAKIT!" teriak Vina 'tak terima. Entah mengapa Vina memang sering sekali berteriak, entah karena kesal ataupun senang.

Helena melirik sinis, bibir merahnya melengkungkan senyuman mengejek, "tahu diri itu penting." Sindirnya penuh penekanan.

Yang disindir justru 'tak mendengar ataupun merasa, ia tetap anteng dengan berbagai makanan yang ia pesan pada Helena. Lagipula Helena terlalu berlebihan, hanya karena Vina menginap dan menumpang makan sehari di apartement-nya cewek itu sudah mengatai Vina 'tak tahu diri secara tidak langsung.

Vina mengangkat garpu di tangannya ke depan wajah Helena, "kau harus membantuku mengusir semua orang yang ada di cafetaria kampus siang ini."

Helena yang tengah menegak minumannya tersedak parah mendengar permintaan gila dari sahabatnya yang kurang waras. "Kau gila?!"

Vina mengangguk dua kali. "Hmm, aku tergila-gila pada Sultan."

Helena melebarkan matanya, raut wajahnya jelas terlihat sangat kesal. "Jadi karena itu kau ingin mengosongkan cafetaria kampus siang ini?" Helena menghela napas gusar. "Kau tidak sehat Luvina Fernandez."

Vina melotot kesal, makanan di mulutnya ia telan bulat-bulat tanpa dikunyah. "Ikuti saja kemauanku, karena aku punya rencana bagus untuk berduaan dengan si tampan Sultan," kata Vina tanpa dosa.

Helena meletakan peralatan makannya dengan kasar, wajahnya terlihat sangat-sangat pasrah. "Terserah kau saja bodoh!"

***

Vina sibuk menata rambut hitamnya sembari bersenandung bahagia, cermin kecil di tangan kanannya tidak pernah lepas sejak lima belas menit yang lalu. Sementara Helena berdiri kaku di samping kirinya, mata hazel cewek itu menatap nelangsa semua orang di sekelilingnya.

"Vin, kau serius?" tanya Helena dengan tatapan lurus.

Vina memasukan cerminnya ke dalam tas kecil yang ia bawa kemudian menatap sang sahabat tajam. "Kau pikir aku bercanda?" tanya Vina mencemooh.

Helena menelan ludah gugup. "Bunuh saja aku sekarang juga, kau memang tidak sehat."

Helena tidak habis pikir dengan rencana busuk Vina yang justru menumbalkannya. Bagaimana mungkin cewek manis berwajah lugu itu meminta Helena untuk mengusir penghuni cafetaria yang begitu banyaknya? Dan yang lebih 'tak habis pikir lagi, ini semua harus Helena lakukan karena Vina ingin mengobrol dengan Sultan si cowok kutub.

Rasanya Helena ingin menenggelamkan diri saja di rawa-rawa.

Bukan apa-apa, masalahnya walau Helena mengosongkan seluruh dunia ini sekali pun, belum tentu Sultan Leonardo bersedia menanggapi Vina. Terdengar berlebihan memang tapi begitulah kenyataannya.

Cacophobia [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang