Jangan lupa vote dan komen cerita ini.
Tolong kerja samanya readers tercinta, karena cerita ini diikutsertakan dalam challenge menulis.
Enjoy reading ... koreksi kalau ada typo atau salah.
8. Keliru
Mungkin benar, aku tidak cukup rupawan untuk kau yang begitu menawan.
Sultan benar-benar tidak mengerti hal apa yang membuatnya bersusah payah mencari Luvina. Sejak keluar dari cafetaria kampus cowok itu memang menyusuri seluruh lorong universitas untuk mencari Luvina.
Dan sekarang ia sudah menemukan keberadaan Luvina. Cewek itu sedang dipapah oleh kakak tingkat mereka yang bernama Xavier, cowok ganteng bergelar badboy yang juga berasal dari keluarga berada. Terlihat begitu perhatian kepada Luvina.
"Yang terluka tangannya bukan kakinya, mengapa harus dipapah seperti itu? Apa maksudnya?"
Beberapa kali Xavier memaksa untuk menggendong Luvina, tapi Luvina terus berteriak menolak. Di belakangnya Helena mengekor membawa plastik obat dan ransel milik Luvina.
Tangan Sultan mengepal erat. Kali ini dia melihat Xavier mencium Vina, tepat dipipinya. Karena cewek itu terus memberontak mencoba melepaskan diri dari Xavier.
"X!" Vina berteriak marah, matanya mendelik-delik galak. "Jangan pikir karena tanganku diperban aku tidak bisa menghajarmu! Brengsek!" Vina mengacungkan kepalan tinjunya yang berbalut perban--siap menghajar Xavier. Helena mendekat menarik gadis itu mundur.
"Jangan macam-macam Vina! Tanganmu baru saja diobati."
Vina mendesis. Manik indah itu menatap tajam cowok jangkung yang terbahak kesenangan di hadapannya. "Lepaskan aku Helena, si brengsek ini memang perlu dihajar."
"Lain kali saja kau menghajarku. Tanganmu sedang terluka, sekarang biarkan aku bermesra-mesraan denganmu," ucap Xavier dengan senyum menyebalkan.
Vina melompat maju setelah berhasil meloloskan diri dari cekalan Helena. "In your dream!" teriaknya sembari menendang tulang kering Xavier.
Xavier semakin terbahak-bahak. Sama sekali 'tak merasa takut melihat Vina yang meledak-ledak. Sementara Helena memilih bersandar di dinding dengan melipat tangannya di depan dada. Percuma saja jika ia melerai sahabatnya yang mulai beringas.
"Ikut aku," ucap Sultan sembari mencekal pergelangan tangan Vina yang tidak dibalut perban.
Vina terbengong-bengong, cewek itu menganga dramatis. Masih tidak sadar dengan apa yang terjadi.
"Sultan?"
"Berhenti tebar pesona pada kakak tingkat tengil itu," ujar Sultan dingin. Vina mengernyit, tapi walau begitu ia tetap melangkah mengikuti Sultan.
Xavier tersenyum miring memandangi Vina yang dibawa kabur di depan matanya. "Awas saja kau Sultan," desis cowok itu geram.
Sementara Helena hanya mengedikan bahu acuh. Lebih baik ia pergi saja, dari pada melihat tingkah gila sahabatnya lagi. Sebelum berbalik pergi, Helena menyempatkan diri untuk berteriak.
"Hati-hati! Kabari aku jika Sultan menerkammu!!"
Vina menoleh kemudian mengacungkan kedua ibu jarinya pada Helena.
"Sultan, kita mau ke mana?" tanya Vina antusias.
"Ke mana saja asal tidak ada Xavier," jawab Sultan sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cacophobia [COMPLETED]
Romance[Jangan lupa follow ya teman!] CERITA INI DIIKUT SERTAKAN DALAM CHALLENGE MENULIS BERSAMA MAGEIA PUBLISHER DAN LENTERA SASTRA CAKRAWALA Bagaimana rasanya jika mengidap fobia langka? Misalnya mengidap Cacophobia seperti Luvina Fernandez, mahasiswi se...