13.❤

11.7K 536 12
                                    

                     Happy Reading
                                 •
                                 •
                                 •
                                 •








Semua siswa sudah menyiapkan perlengkapan masing-masing. Pagi ini mereka akan berangkat camping. Dengan penuh semangat semua siswa mengikuti kegiatan ini, kebersamaan yang tak akan terlupakan. Nasya mengecek semua perlengkapanya.

"Ini udah, ini juga udah..." gumam Nasya

"Kayaknya udah deh."

Nasya menutup ranselnya kembali. Sebentar lagi akan ada pengecekan barang-barang yang dibawa oleh para siswa, tidak boleh ada yang membawa barang macam-macam seperti rokok bahkan minuman beralkohol.

Pak Malvin, guru yang bertugas mulai  mengecek satu persatu tas siswa yang dibantu oleh pengurus osis.

Kelas Nasya dicek mulai dari pojok.

"Ini apa?" tanya salah satu osis yang menggeledah tas milik Nara--teman satu kelas Nasya.

Nara memelototkan matanya kaget, tas kecilnya yang berisi alat make-up itu telah ketahuan. Padahal Nara sudah menaruhnya dibagian dalam namun tetap saja ketahuan. Nara menghela nafasnya pasrah.

"Tapi i-itu berharga banget buat saya kak." ucap Nara lirih

"Peralatan macam ini nggak perlu dibawa, dan ini saya sita sampai acara selesai!" ucap Masya tegas selaku pengurus osis.

"Kak...plis kak." Nara menggoyahkan lengan Masya. Meskipun Nara sudah cantik tetapi tetap saja jika berdandan sudah menjadi kewajibanya dan tidak boleh ditinggalkan. Itu akan membuat tingkat kepercayaan dirinya turun seketika.

Masya dengan cepat melepaskan tanganya dari Nara. Nara menatap pak Malvin dengan penuh harap. Pak Malvin selaku guru paling muda dan belum menikah itu menatap Nara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Nggak perlu dandan kamu udah cantik dimata saya." ucap pak Malvin membuat para siswa yang mendengarnya bersorak sambil bersiul-siul. Bisa-bisanya pak Malvin yaang selaku guru killer menggoda Nara.

Tanpa menggubris celotehan para muridnya, pak Malvin segera mengecek tas yang lainya karena waktu semakin siang.

.
.
.
.

Sekarang sudah waktumya berangkat, mereka menuju bus masing-masing.

"Nasyaaa!" panggil.seseorang membuat Nasya menoleh.

"Apa?"

"Lo duduk sama gue aja." Nara menarik tangan Nasya supaya duduk disampingnya.

"Oke."

"Nasya sama gue!" Salsa kembali menarik tangan Nasya yang satunya. Entahlah kenapa mereka berdua merebutkan Nasya.

"Eh apaan sih, gue duluan yang jawab."

"Daripada berantem mending Nasya sama gue." Nasya hanya menurut saat Dita melepaskan tangan Nara dan Salsa lalu menariknya untuk duduk.

Akhirnya Salsa dan Nara duduk berdampingan dan berada dibelakang Nasya dan Dita.

"Eh nyanyi dong Rak!" Salsa menyenggol lengan Raka yang berada disampingnya.

Raka yang sedang asik memaninkan hpnya menoleh "Hm?" tanya Raka

"Nyanyi dong biar seru suara lo kan bagus." ucap Salsa lalu menyerahkan gitar yang berada disampingnya.

Raka tampak berfikir, lalu tanganya mengambil gitar tersebut dan mulai bernyanyi.

Semua penghuni bus pun ikut bernyanyi sambil melambai-lambaikan tangan mereka seperti sedang melihat konser. Dan mungkin kebersamaan inilah yang akan selalu diingat mereka saat masa putih abu-abu.



***


Lelaki itu terus mengunyah permen karet yang berada dimulutnya. Kalau boleh jujur sih, Raffa terpaksa ikut kegiatan ini. Kalau bukan Nasya yang mengajaknya mana mungkin dia mau  ikut camping. Lebih baik tidur dikamar, kasur empuk, hangat dan pastinya tidak akan kedinginan.

"Woy! Ngelamun aja lo. Ikut nggak?" Raffa yang awalnya melamun tiba-tiba kaget karena Arga menepuk bahunya.

"Loh, yang lain pada kemana?" Raffa mengamati sekelilingnya. Tidak ada satu orang pun yang ada.

"Semua udah nunggu lo didalem." ucap Arga lalu maenarik Raffa supaya segera masuk kedalam bus. Karena bus yang lainya sudah berangkat dan hanya tersisa satu bus saja.

"Raffa!" panggil seorang cewek yang sedang duduk sendirian.

"Duduk sama gue aja!" Raffa mengangkat sebelah alisnya. Lalu matanya melirik semua tempat duduk, dan benar saja hanya tersisa satu bangku saja yang belum ditempati.

Dengan langkah malas Raffa menuju tempat duduk itu. Dinda yang mengatahui itu matanya berbinar, akhirnya bisa dekat dengan Raffa.

Dengan entengnya Dinda memeluk lengan Raffa dan menyandarkan kepalanya dibahu Raffa.

"Minggir lo!"

"Raffa kasar banget sih lo sama gue!" Dinda menjauhkan tubuhnya dari Raffa.

"Makanya jadi cewek nggak usah kegatelan!" ucap Raffa tanpa difilter membuat Dinda memajukan bibirnya. Kenapa Raffa tidak pernah menghargai perasaanya sedikitpun, padahal sejak Dinda masuk pertama kesekolah sudah menyukai Raffa, namun Raffa tetap acuh dan tidak memperdulikanya.

Kalau masalah fisik, Dinda itu cantik bahkan juga banyak yang mengejarnya namun Dinda tolak. Karena Dinda sudah menyukai Raffa. Dan dengan enaknya Raffa bilang jika dia adalah cewek kegatelan? Itu Dinda lakukan juga karena Raffa tidak pernah menghargai perasaanya.

Dinda menyilangkan kedua tanganya didepan dada sambil mendumel tidak jelas. Raffa yang melihatnya juga memilih diam saja.















TBC!
Jangan lupa vote😍





PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang