3.❤

16.9K 798 18
                                    

                    Happy Reading

                               .
                               .
                               .
                               .
                               .

Sore ini Raffa akan menjemput Laura seperti janjinya tadi pagi. Bagi Raffa tidak perlu banyak gaya, karena baju apapun yang ia kenakan akan terlihat cocok ditubuhnya. Memang, glow-up sejak lahir sangat menguntungkan.

Cukup menggunakan kaos hitan dilapis kemeja kotak tidak dikancing serta celana jeans, lelaki itu segera keluar rumah. Berhubung orang tuanya sedang tidak dirumah Raffa tidak perlu berpamitan.

Butuh waktu duapuluh menit, Raffa sudah sampai tujuan. Karena mendengar suara klakson berbunyi, Laura segera keluar rumah untuk menemui Raffa.

"Maaf ya lama." ucap Laura sambil memasuki mobil Raffa

"Biasanya juga gitu" Raffa terkekeh lalu tanganya mengelus rambut Laura.

"Kita mau kemana sih?" tanya Laura ditengah-tengah perjalanan mereka.

"Terserah kamu, mau kamu kemana hm?"

"Udah lama aku nggak ke mall, kamu mau kan temenin aku?" Laura memegang pungung tangan Raffa.

"Mau. Tapi kita makan dulu ya." Laura mengangguk sebagai jawabanya.

Saat diperjalanan mereka hening hanya diiringi musik sampai mereka tiba direstoran.

"Kamu mau makan apa?" tanya Raffa sambil melihat buku menu yang tersedia

"Samain kamu aja." Lalu Raffa memesan pada pelayan yang menghampiri mereka.

Tiba-tiba Laura memelototkan matanya, lalu tanganya menarik lengan Raffa untuk membawanya keluar dari restoran tersebut.

Raffa yang bingung hanya pasrah saja "Kamu kenapa sih? Tiba-tiba narik gini." tanya Raffa saat mereka sudah sampai didepan mobil Raffa.

Laura mengela nafasnya "Aku nggak mau makan disini. Cari tempat lain aja ya...please." meskipun ragu Raffa tetap menuruti permintaan Laura. Mereka berdua segera masuk mobil dan mencari tempat makan yang lain.

Raffa merasakan ada yang aneh dengan sifat Laura saat ini.

"Kalau ada sesuatu jangan sembunyiin dari aku." Laura yang awalnya hanya melamun tersentak kaget.

"Hah-eh apaan sih kamu. Aku nggak ada sesuatu yang disembunyiin kok." Laura memasang wajah sesantai mungkin. Meskipun sebenarnya dia sangat takut dan bingung.

Raffa menghela nafasnya lalu tanganya terulur mengusap lembut rambut gadis disampingnya

"Semoga aja."


                           ⚬⚬⚬


Seperti biasa, pagi ini Raffa dan temanya berkumpul dikantin belakang sekolah yang sudah menjadi langganan mereka.

Arga menyenggol lengan Jeka, membuat sang empu menggeram kesal. Pasalnya dia sedang bermain game.

"Diem lo!" bentak Jeka membuat Raffa ikut menatapnya

"Santai woy!" ucap Arga lalu mendengus kesal.

"Kayaknya lo harus bilang sekarang sama Raffa." bisiknya lirih dan sesekali melihat Raffa yang masih fokus melihat layar hpnya.

Jeka melirik Raffa sekilas lalu meletakan benda pipihnya

"Gue takut liat respon Raffa kaya gimana."

"Kalian ngomong apaan?" tanya Raffa membuat kedua temanya gelagapan.

"Gue mau ngasih tau lo sesuatu, tapi lo jangan marah." ucap Jeka membuat Raffa mengerutkan dahinya

"Tergantung."

Jeka menyodorkan hpnya, yang dimana dilayarnya ada foto seseorang. Tangan Raffa mengepal, rahangnya mengeras. Jika saja orang itu ada disini sudah pasti akan Raffa habisi.

"Kenapa lo nggak bilang sama gue!" gertak Raffa membuat kedua temanya kaget, serta bingung bagaimana cara mereka menjelaskan.

"Sebenernya gue mau bilang tentang hal ini dari awal. Tapi lo terlalu percaya sama perempuan itu. Jadi gue nggak mau aja lo ngira gue ngerusak hubungan lo sama dia." ucap Jeka lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Dia juga cuma mau harta lo Raf. Kalau lo sadar." ucap Jeka membuat Raffa semakin menahan amarahnya.

"Lo pikir dengan lo kaya gini nggak ngerusak pertemanan kita? Oke, makasih udah ngasih tau gue." setelah mengucapkannya Raffa berdiri lalu mengambil jaketnya dan pergi dari kantin dengan emosi yang tertahan.

Bagaimana tidak? dalam foto itu terdapat Laura yang sedang bermesraan dengan lelaki lain.

Raffa menaiki mobilnya dan menuju kesuatu tempat yang tak lain adalah rumah Laura.

Raffa melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal, membuat suara klakson terus berbunyi. Lalu tidak lama lagi Raffa sampai dirumah Laura.

Raffa memencet bel rumah tersebut. Merasa tidak ada sahutan, Raffa dengan kuat membuka pintu tersebut.

BRAK!

Sesuatu yang Raffa lihat adalah Laura yang sedang bersama seorang laki-laki. Mirip, bahkan wajahnya sama dengan yang difoto.

Raffa mengepalkan tanganya kuat, sedangkan Laura menahan kagetnya melihat kedatangan Raffa yang tiba-tiba.

"R-raff kamu jangan salah paham dul-"

"DIEM!"

"Lo siapa?" Raffa mendekati pria tersebut dan menarik kerahnya.

Bukanya menjawab Raffa, lelaki yang bernama Alvero itu malah tertawa meremehkan. Membuat Raffa semakin naik pitam dan memukul wajahnya dengan keras, membuat darah segar mengalir disudut bibirnya.

Laura menutup mulutnya, lalu dengan cepat mengahmpiri Raffa

"Stop Raff! Jangan pukul dia lagi."

Raffa menatap Laura tidak percaya "Lo bela dia?"

"E-enggak Raff, dia cuma temen kuliah aku." ucap Laura semakin membuat Raffa tidak percaya.

"Teman? gue nggak percaya!" Raffa kembali memukul Alvero diwajahnya.

Bugh!

"Pukul gue terus! Gue juga bisa!"

Bugh!

Alvero membalas pukulan Raffa tepat diwajah Raffa.

"Kamu n-nggak papa kan?" Raffa menepis kasar tangan Laura yang menyentuh wajahnya.

"Singkirin tangan lo itu! Mulai sekarang kita PUTUS!" setelah mengucapkan itu Raffa langsung keluar rumah Laura dan menutup pintunya kasar

BRAK!

.
.
.
.
.

Setelah kejadian tadi Raffa lansgung pulang menuju rumahnya, dirinya sangat kacau entah apa yang dipikiran cewek itu sampai berani bermain dibelakang Raffa.

Raffa mengacak rambutnya kasar, Laura--gadis yang Raffa percayai ternyata hanya menghianati dan memanfaatkannya

Awalnya Raffa sudah curiga, sifat Laura sering berubah seperti ada yang dia sembunyikan tapi Raffa hanya diam. Raffa pikir itu hanya perasaanya saja, tapi ternyata benar.

Bodohnya Raffa baru sadar, jika saja tadi Jeka tidak memberitahunya entah bagaimana hubungan mereka selanjtnya. Raffa akan menjadi lelaki bodoh yang bisa dimaikan oleh perempuan.

"Argh! sialan!" Raffa membanting handpone yang ada digenggamanya kelantai.















                            TBC!
           Votenya jangan lupa!

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang