34. ❤

7.5K 339 3
                                    

"Mana sih celana gue, perasaan udah gue bawa deh masa iya gue cuma pakek atasan olahraga doang kan nggak lucu,"

"Sekalian aja nggak usah pakek baju!" ucap Nasya saat mengetahui Dita sibuk mencari celana olahraganya. Dita mendengus kesal karena celananya benar-benar tidak ada, padahal dia yakin sudah memasukanya kedalam tasnya.

"Cepet dong Dit, keburu pak Adin niup terompet ajaibnya bisa kena semprot nih," Nasya mencubit lengann Dita lantaran kesal, padahal semua sudah berganti kostum sedangkan dia masih menunggu Dita yang entah kemana celananya.

"Kok kalian masih disini sih? Pak Adin udah dilapangan loh," ucap Salsa saat masuk kelas membuat Nasya semakin gelagapan dan dengan cepat Nasya menuju keluar kelas untuk segera mengganti seragamnya, namun Dita menarik rambut Nasya dari belakang membuat Nasya semakin geram.

"Lepasin woy! Gue ogah dihukum sama pak Adin," rengek Nasya.

"Enak aja, nggak temen lo sama gue,"

"Biarin gue emang nggak mau temenan sama orang pikun,"

"Satu menit lagi dimulai, ditunggu pak Adin dilapangan sekarang juga!" seru sang ketua kelas.

"What!?"

"Astaga gue lupa!" ucap Rizal yang memasuki kelas bersama Azka, dia menepuk jidatnya.

"Apaan?"

Tanpa menjawab Azka, Rizal langsung melempar bajunya asal, lalu keluar kelas dengan kecepatan penuh.

"DITA YANG PALING CANTIK, GUE TADI NGAMBIL CELANA LO KARENA CELANA GUE SOBEKKKK!!!!" teriak Rizal sambil berlari.

Dita yang mendengarnya mengepalkan tanganya yang sudah siap melayangkan bogeman mentah kewajah Rizal. Mukanya merah padam karena marah campur kesal dengan Rizal. Bisa-bisanya mengambil celananya tanpa izin.

Semua siswa dikelasnya sudah berhamburan keluar kelas untuk menuju lapangan. Hanya tersisa Dita dan Nasya yang masih menenteng kostumnya.

"DASAR ANJ*NG LOOOO RIZALLL!!! AWAS AJA NANTI GUE POT-" teriakan Dita terputus karena pak Adin sudah berkacak pinggang didepan pintu dan menatapnya intens. Dita hanya menunduk merutuki nasibnya sedangkan Nasya nyengir tidak jelas.

"Kenapa kalian masih disini? Bukanya saya tadi sudah suruh kalian segera kelapangan!" ucap pak Adin penuh penekanan.

"E-eh an-anu pak t-tadi a-anu...." ucap Nasya gugup karena mata pak Adin menatapnya tajam seakan mau keluar dari tempatnya.

"Anu apaan? Anu kamu kenapa?" tanya pak Adin membuat Dita mengangkat kepalanya. Saat Dita hendak menjawab pak Adin sudah menyambarnya.

"Siapa yang ngomong kasar tadi? Kamu kan? Sekarang kalian nggak boleh ikut pelajaran saya dan harus berdiri didepan tiang bendera sampai pelajaran saya selesai! Tanpa penolakan! Tanpa ada protes!" ucap pak Adin penuh galak.

"S-saya juga pak?" tanya Nasya takut, membuat sang guru itu menghela nafasnya kasar.

"Iya!" Setelah itu pak Adin segera keluar kelas. Dita dan Nasya menghela nafasnya pasrah.

.
.
.

Disinilah mereka, Nasya dan Dita berdiri didepan tiang bendera. Apalagi cuaca cukup panas meskipun masih pagi.

Nasya hanya mengamati teman-temanya yang sedang praktik passing,
sedangkan Dita hanya ngedumel tidak jelas.

"Pegel kaki aing,"

"Lo pikir gue enggak apa? Ini semua juga salah lo!" ucap Nasya tidak terima.

"Yaudah maaf," Dita memasang wajah memelasnya membuat Nasya memutar bola matanya malas, sudah moodnya sedang tidak baik ditambah disuruh berjemur lagi.

Duk

Sebuah bola tepat mengenai kepala Nasya. Nasya memegang kepalamya yang cukup pusing karena mengenai kepalanya cukup keras. Dita yang melihatnya langsung menyangga tubuh Nasya, takutnya pingsan.

Azka yang melihat kejadian itu langsung berlari mendekati Nasya, dia sangat khawatir Nasya kenapa-napa.

"Sya... mana yang sakit?" tanya Azka lembut. Nasya hanya menggeleng lemah, jika boleh jujur kepala Naaya sangat sakit. Kepalanya sangat sensitif  bahkan dulu hanya kejedot pintu saja lansung mimisan dan mengalami sakit kepala.

"Biar aku aja yang bawa Nasya ke uks, lo lanjutin aja pelajaran pak Adin daripada lo kena semprot juga," ucap Dita pada Azka.

Tiba-tiba Salsa datang.

"Ya ampun Sya, maafin gue. Gue nggak sengaja tadi, suer deh," Salsa mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. Memang benar Salsa tadi tidak sengaja dan tidak bermaksud melempari bola ke arah Nasya, Salsa sangat tidak suka olahraga apalagi menyangkut masalah bola. Jangankan main, melempar bola saja sudah tidak karuan arahnya.

Azka menatap tajam Salsa membuat Salsa ketakutan dan bingung. Kenapa dia menatapnya seperti itu? Dia juga tidak sengaja dan sudah minta maaf.

"Iya g-gue nggak papa kok Sal," jawab Nasya bohong, karena kepalanya memang sangat sakit.

"Lain kali kalau nggak bisa main bola nggak usah pegang. Lo lihat kan gara-gara lo Nasya jadi jaya gitu!" Ucap Azka dengan nada membentak membuat Salsa takut. Apalagi Azka sudah memanggilnya dengan sebutan 'lo'.

"M-maaf aku emang nggak sengaja tadi," Salsa menautkan jari-jarinya dan terus menunduk.

"Halah nggak usah ngelak lo," kini Salsa mengangkat wajahnya dan menatap Azka tak percaya.

"Udah Az, gue nggak papa," ucap Nasya yang melihat mereka mulai bertengkar.

"Kok kamu jadi sewot sih sama aku? Salah aku apa tadi aku emang nggak sengaja dan aku juga udah minta maaf sama Nasya. Gue sadar Az sekarang sifat lo udah beda! Tapi gue harap lo juga ngertiin perasaan gue," setelah mengucapkan itu Salsa berlari meninggalkan lapangan dengan air mata yang sudah mengalir.

Azka hanya diam tidak ingin menyusulnya.

"Udah nggak usah berantem lagi. Cepat bawa Nasya ke uks, Azka bantuin" perintah pak Adin. Dita segera membawa Nasya ke uks dan dibantu Azka.

Saat diperjalanan Nasya menghentikan langkahnya. Dita dan Azka juga ikutan berhenti.

"Sya....." panggil Dita lirih takutnya Nasya kenapa-napa.

"Az mending lo samperin Salsa kasihan dia udah lo bentak tadi. Lagian udah ada Dita yang bantuin gue, gue nggak papa kok," ucap Nasya sengan tatapan memohon.

Azka mengangguk lalu meninggalkan mereka berdua.

"Gue emang naruh perasaan yang salah, tapi bukankah rasa cinta itu wajar"



Bersambung.....

See u next part💜

Jangan lupa vote

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang