"Gue sayang sama lo,"Deg.
Azka melepaskan pelukanya lalu menatap kedua mata Nasya penuh harap. Sedangkan Nasya menatap Azka tidak percaya, padahal Azka sudah tau kalau Nasya sudah punya pacar.
"Lo ragu sama cinta gue?" tanya Azka dengan nafas naik turun membuat Nasya gelagapan.
"E-eh Az," Nasya semakin gugup saat Azka semakin mendekat ke arahnya. Nasya semakin mundur tubuhnya sampai menempel tembok.
"Perlu gue ulangin lagi kalau gue sayang sama lo! Sya," ucap Azka penuh penekanan lalu mengunci tubuh Nasya dengan kedua tanganya.
"Gue tau lo sayang sama gue! Tapi lo juga ngerti kan posisi gue sekarang!?" Bentak Nasya. Nasya mendorong tubuh Azka lalu keluar rumah untuk berangkat sekolah, bisa telat juga kalau begini caranya.
Azka mengejar Nasya lalu mencekal lengan Nasya, membuat Nasya membalik lalu menatap Azka sebal.
"Gue mau sekolah Az, nanti telat," Nasya terus mencari pak Dodi yang akan mengantarkan dia sekolah namun tidak ada.
"Gue yang anter," Azka menarik Nasya lembut.
"Nggak usah, lagian lo nggak pakek seragam gitu nggak malu apa," omel Nasya.
"Udah cepetan naik, mau tambah telat?" Ucap Azka setelah memakai helm fullfacenya.
Nasya hanya mengela nafas pasrah "gue duduk nyamping aja ya?"
Azka menatap Nasya, dia pikir tukang ojek apa?
"Gue bukan tukang ojek, Nasya," Azka mengulurkan tanganya membantu Nasya naik. Namun Nasya hanya diam ditempat, bagaimana nasib rok pendeknya?
Azka yang paham, melepas jaketnya dan melingkarkan dipinggang Nasya. Nasya hanya pasrah, sambil melihat wajah Azka yang menurut Nasya em.....ganteng juga.
"Makasih." ucap Nasya setelah Azka selesai memakaikan jaketnya.
"Hm..."
"Ayo Azka!"
Azka hanya melihat wajah Nasya lewat kaca spionya. "Pegangan," suruh Azka membuat Nasya menggelang.
"Nggak mau, lagian nggak bakal jatuh juga," jawab Nasya.
"Yaudah terserah nanti kalau tiba-tiba gue gas mendadak jangan kaget." ucap Azka lalu melajukan motornya
"Lo mau bawa gue ngebut?"
"Iya."
Azka langsung melajukan motornya membuat Nasya kaget dan terpaksa memeluk pingang Azka. Azka mengelus tangan Nasya yang berada dipinganggnya.
"Nggak usah modus!"
"Enggak, Sya." jawab Azka lalu kembali fokus menyetir
Selama diperjalanan hanya hening, Nasya menatap rerumputan yang tumbuh dipinggir jalan. Rambutnya tersapu angin membuat Azka yang menatapnya dari kaca spion tersenyum tipis.
Namun saat ditengah jalan Azka membelokkan motornya tidak ke arah sekolah membuat Nasya menabok punggung Azka.
"Salah jalan Azkaa!!!" Teriak Nasya.
Azka hanya diam tidak menjawab dan mempercepat laju motornya.
"Bolos aja," Azka membuka kaca helmnya dan menengok ke belakang.
"Enak aja nggak mau, cepetan balik."
"Bolos sekali aja nggak bikin bodoh," ucap Azka santai membuat Nasya geram.
Mata Nasya berkaca-kaca, padahal hari ini ada ulangan harian fisika. Tadi malam sudah Nasya bela-belain belajar sampai tengah malam namun dengan enaknya Azka menyuruhnya membolos.
Merasa tidak ada suara dari Nasya, Azka menghentikan motornya ditepi jalan.
Azka menengok kebelakang dan melihat Nasya yang sudah menangis.
"Sya lo nangis, maaf," ucap Azka lirih.
Nasya turun dari motor Azka lalu mengusap air matanya kasar.
"Maaf," Azka mengelus rambut Nasya namun segera ditepis Nasya.
"Apa? Ngapain lo minta maaf segala! Lo ngerasa salah? Hah?" Ucap Nasya menggebu-gebu membuat Azka semakin merasa bersalah.
"Balik lagi aja ya," ajak Azka membuat Nasya menjambak rambut Azka.
Azka hanya meringis, karena tenaga Nasya cukup kuat.
"Sakit Nasya," rintih Azka.
Nasya melepaskan jambakannya "Lo pikir ini jam berapa, percuma balik kesekolah udah telat,"
Azka mengehendikan bahunya, sedangkan Nasya duduk dikursi yang berada dipinggir penjual nasi goreng gerobak.
Untung saja tidak ada pembeli, bisa malu Nasya sudah marah-marah nggak jelas dan pastinya ulah Azka.
Azka duduk disamping Nasya. Sedangkan Nasya hanya diam sambil meremas-remas roknya karena sebal.
Drrtt..drrrtt
Handpone Nasya bergetar, Nasya segera mengambil handponenya yang berada didalam tasnya.
"Hal-"
"Apa?" Ucap Nasya sewot saat tau jika Dita yang menelfonya.
"Lo dimana? Nggak sekolah?"
"Nggak, izinin gue ada kepentingan mendadak soalnya," jawab Nasya berbohong, lalu menengok kesamping namun Azka sudah tidak ada.
"Oh yaudah kalau gitu,"
Nasya langsung mematikan sambungan telfonya, matanya mencari Azka yang entah kemana.
"Nyariin gue ya?" Nasya hampir terlonjak saat Azka tiba-tiba dibelakangnya.
"Nggak," jawab Nasya cuek. Azka memberikan sebotol minuman kepada Nasya.
"Nih minum, habis marah-marah pasti haus kan," Nasya menerima minuman yang diberi Azka dengan sewot.
"Makasih," sindir Azka, namun Nasya tidak peduli dan langsung meneguk minumanya.
Azka hanya menghela nafasnya.
Setelah capek bergulat dengan pikiran masing-masing akhirnya Nasya membuka suara.
"Az," panggil Nasya.
Azka menoleh "apa sayang?"
Nasya mencubit telinga Azka "bonyok gue Sya kalo deket lo terus,"
Nasya tidak peduli dengan Azka yang mengelus telinganya yang sudah merah karena ulahnya.
"Gue mau tanya,"
"Soal?" Azka menautkan kedua alis tebalnya.
"Salsa," ucap Nasya membuat Azka memutar bola matanya malas.
"Nggak usah bahas orang itu, gue nggak suka sama cewek yang suka ngejar cowok kaya nggak tau malu aja," jawab Azka membuat Nasya menatap Azka tajam, bisanya dia bilang Salsa nggak tau malu.
"Semua orang bakal lakuin apa aja buat orang yang dia sayang, Salsa contohnya. Dia ngejar lo karena dia cinta sama lo, bahkan Salsa sampai melupakan image-nya sebagai cewek yang harusnya dikejar bukan mengejar. Harusnya lo nggak bersifat kasar sama Salsa, lo harusnya ngehargain Salsa. Mau bagaimanapun dia itu perempuan Az, lo nggak boleh seenaknya," ucap Nasya panjang lebar.
"Udah ngomongnya? Gue nggak suka sama tuh cewek,"
"Lo nggak kasian sama Salsa? Dia cinta sama lo, bahkan dia juga selalu cerita apa aja tentang lo," Nasya tidak bohong memang sih ternyata perasaan Salsa tidak hanya sekedar rasa kagum pada Azka.
Azka tertawa miris "Buat apa cinta kalau cuma karena terpaksa?"
See u next part💕
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARKU ROMANTIS [END]
Teen Fiction[FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kisah tentang gadis yang baru saja memasuki masa putih abu-abunya namun sudah dipetemukan dengan kakak kelasnya yang ternyata menyukainya. Akankah kisah cinta mereka bahagia? Atau malah sebaliknya karena sifat si gadis yang...