16.❤

11K 500 14
                                    

                    Hpyreading

                              •
                              •
                              •
                              •

"Mau nyanyi atau apa?" tanya Arka saat melihat Raffa mulai menaiki panggung.

"Nyanyi, pake gitar."

Arka mengacungkan jempolnya lalu mengambil gitar dan menyerahkan kepada Raffa.

"Mic satu juga." ucap Dinda

"Nih."

Setelah itu Raffa duduk memangku gitarnya, sedangkan Dinda menarik kursi satunya supaya lebih dekat dengan Raffa. Entah apa yang akan Dinda lakukan.

Raffa mulai memetik gitarnya, sedangkan mata semua penonton hanya tertuju padanya. Menunggu Raffa menyanyikan sebuah lagu.

"Cantik....." 🎶

Raffa mulai menyanyikan lirik utamanya. Semua penonton bersorak sambil bertepuk tangan heboh.

"Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu....."

"O cantik
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu....."

Dari kejauhan Nasya bisa melihat Raffa yang juga sedang menatapnya dengan senyuman disela lagunya.

"Cieee... Nasya aw!" Dita menyolek dagu Nasya menggoda.

"Apaan sih." Nasya yakin jika saat ini wajahnya memerah.

"Sisain satu dong kaya gini..." Nara memeluk Nasya, memabayangkan jika Raffa adalah kekasihnya.

"Lo beruntung banget sih, Sya...punya pacar ganteng, romantis lagi. Komplit pokoknya..." ucap Nara membuat Nasya tersenyum tipis.

"Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu
Ada hati yang termanis dan penuh cinta"

"Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi....
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu...."

Raffa menghela nafasnya lalu merasakan ada sesuatu yang menginjak kakinya.

Raffa memelototkan matanya menatap Dinda "Lihat gue Raffa!"

"Cantik.." Raffa menyelesaikan lagunya. Dan diakhir liriknya Raffa menatap Dinda membuat semua penonton tidak bisa menahan kebaperanya.

"Cium." Dinda menjulurkan tanganya dihadapan Raffa.

Raffa menatap Dinda tajam, namun Dinda tidak peduli dengan itu. Para penonton juga bersorak-sorak membuat Raffa semakin bingung. Karena tidak mau mengecewakan,  dengan cepat Raffa langsung meraih tangan Dinda lalu menciumnya.

"Cieee...."

Setelah itu Raffa melangkahkan kakinya untuk segera turun kepanggung.

"Raffa tunggu dulu. Gue mau ngomong sesusatu sama lo!" Dinda mengerucutkan bibirnya melihat Raffa turun dan meninggalkanya.

Dinda langsung mengejar Raffa yang sudah hampir menjauh.

"Raffa! Tungguin gue dulu!"

"Kenapa, Din?" jawab Raffa lalu memitar tubuhnya.

"G-gue mau ngomong sesuatu bentar aja deh, mau kan? tapi jangan disini." Dinda lamgsung menarik lengan Raffa supaya menuju kesuatu tempat yang jauh dari keramaian.

Raffa menautkan kedua alisnya, penting sekali sampai tidak boleh bicara disini padahal semua orang sedang menonton pensi, jadi bicara apapun mereka tidak akan mendengar karena sangat ramai.

"Disana aja." Dinda menunjuk kursi yang berada dibawah pohon.

Setelah sampai disity Dita menyuruh Raffa untuk duduk disampingnya.

"Raf lo tau nggak?" tanya Dinda lalu duduk menghadap Raffa.

"Ya nggak lah, lo aja nggak bilang." jawab Raffa seadanya.

Hening sejenak.

"Gue serius Raffa..."

"Udahlah Din, tinggal bilang aja."

Dinda menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskanya "Gue suka sama lo Raf, gue cinta sama lo." Dinda lamgsung duduk dipangkuan Raffa,  membuat Raffa membulatkan matanya.

Dulu memang pernah Dinda mengatakan itu padanya tapi Raffa tidak terlalu memikirkan itu, Raffa pikir mungkin hanya rasa suka biasa atau sekedar mengagumi namun ini kedua kalinya Dinda mengatakanya.

"Gue nggak berharap apapun sama lo Raf, udah lama gue suka sama lo tapi gue sama sekali nggak bisa milikin lo. Saat gue mau ngungkapin semuanya lo udah punya pacar dan sekarang gue mau ungkapin perasaan gue."  Dinda menghela nafasnya, Dinda tidak mau menatap Raffa. Matanya mulai berkaca-kaca, berusaha keras agar tangisnya tidak pecah.

"Din....gue-"

"APA! Gue nggak cantik ya? Kurang apa gue Raf! Bilang" Dinda meronta-ronta lalu mengusap air matanya yang sudah mengalir.

Kenapa waktu tidak memberinya waktu? Selalu saja ada yang mendahului. Tapi Dinda tidak mau egois, cinta itu tidak bisa dipaksa. Mungkin dengan Dinda mengungkapkna perasaanya akan terasa lega meskipun tidak terbalaskan. Setidaknya Raffa sudah mengerti.

"Bukan gitu, Dinda. Lo tau kan cinta it-"

"Iya! Emang cinta nggak bisa dipaksa. Tapi gue mau Raf lo ngertiin perasaan gue dikit aja!." Dinda mendorong bahu Raffa.

"Maafin gue..." ucap Raffa membuat Dinda tertawa hambar.

"Kenapa? ngapain minta maaf. Lo nggak salah tapi perasaan gue yang salah udah cinta sama lo." Dinda memejamkan matanya sebentar,  kenyataan terasa menamparnya kuat-kuat.

"Makasih Raf udah mau dengerin omongan gue yang sama sekali nggak penting, tapi gue harap lo nggak benci sama gue karena perasaan gue yang salah ini." Setelah mengucapkan Dinda melangkah pergi namun tanganya ditahan oleh Raffa.

Raffa merasa bersalah, Raffa menarik Dinda kedalam pelukanya. Dinda kaget, namun Dinda membalas pelukanya "Rasa cinta itu wajar, lo cinta sama gue itu wajar karena lo manusia normal. Jadi nggak ada yang salah, tapi maafin gue yang nggak pernah ngertiin lo." ucap Raffa lalu melepaskan pelukanya dan memegang kedua bahu Dinda.

Tanpa Raffa sadari ada seseorang yang melihatnya dibalik pohon, penerangan yang minim membuat Raffa dan Dinda tidak menyadarinya.


















                             TBC!
             Jangan Lupa Votee✔

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang