17.❤

10.9K 484 1
                                    

                   Happy Reading

                              ☕




Nasya masih melihat Raffa dan sesekali melambaikan tanganya. Nasya juga merasa jika Raffa menyanyikan lagu itu untuknya, karena selama Raffa menyanyikan lagu itu, matanya terus tertuju kearahnya.

Saat Raffa hampir menyelesaikan lagunya, senyum Nasya perlahan memudar. Nasya melihat Raffa yang tersenyum menatap perempuan didepanya sambil tersenyum. Ternyata Nasya sudah kepedean jika lagu itu dinyanyikan untuknya. Nasya menahan air matanya yang akan jatuh, entah kenapa hatinya terasa sesak.

Nasya memejamkan matanya sebentar lalu menghirup nafas dalam-dalam.

Deg!

Berasa ditusuk seribu jarum! Nasya memperjelas penglihatanya. Nasya yakin jika penglihatanya masih normal. Nasya melihat Raffa mencium tangan perempuan itu.

Tanganya meremas jaket jeans yang dia pakai.

"Sya....." panggil Dita pelan. Dita tau apa yang Nasya rasakan sekarang ini.

Nasya melirik Dita, lalu dengan cepat Nasya berlari mejauh. Nasya ingin menenangkan hatinya yang sedang tidak baik-baik saja.

"Nasya, lo mau kemana?"

Nasya melangkahkan kakinya malas, Nasya tidak tau tujuan dia akan kemana. Namun Nasya berfikir jika menjauh dari tempat itu mungkin akan sedikit menghilangkan sakit dihatinya.

Saat Nasya berjalan, matanya menyipit melihat ada dua orang yang sedang duduk diatas kursi kayu. Nasya yang kepo, langsung bersembunyi dibalik pohon yang tidam terlalu besar itu.

Nasya menahan kagetnya saat melihat siapa orang itu. Air matanya kembali mengalir, bahkan lebih deras lagi. Lucu, semua akan terlihat lucu jika Nasya tidak sakit hati melihat kenyataan ini.

Raffa memeluk gadis yang bersamanya tadi. Nasya semakin mengepalkan tanganya, matanya masih menatap dua insan yang sedang berpelukan.

Nasya akhirnya pergi, mana tahan Nasya melihat lelaki yang berstatus sebagai pacar nya sendir sedang asik berpelukan dengan perempuan lain.

Menyakitkan!

Itu yang Nasya rasakan sekarang.

Karena tempat ini dekat dengan danau, Nasya memilih untuk duduk dipinggir danau. Nasya menatap langit yang penuh bintang. Indah, tapi tidak dengan hati Nasya saat ini. Hatinya terasa semakin sakit, berulang kali Nasya menghapus air matanya. Namun tetap saja keluar.

Nasya merasakan ada yang menepuk bahunya, lalu Nasya menoleh kebelakang.

Mata Nasya membelalak kaget saat melihat siapa orang itu.

Gibran. Lelaki yang hampir melakukan hal buruk padanya. Nasya berdiri lalu berusaha menjauh dari Gibran.

Gibran tersenyum smirk

"Mau kemana, hm? tanya Gibra sambil terus mendekati Nasya. Nasya semakin memundurkan langkahnya.

Dengan cepat Nasya akan berlari namun tanganya ditahan oleh Gibran.

"Lepas!"

"Tinggal nurut sama gue. Setelah itu gue lepas." ucap Gibran lalu menepis jarak antara Nasya dan dirinya. Nasya berfikir, wajah setampan apapun jika kelakuanya tidak baik juga percuma saja.

Nasya menggeleng kuat, air matanya yang sudah dia tahan akhirnya jatuh juga.

Nasya merasa punggungnya menatap sesuatu yang Nasya yakini adalah pohon. Tangan Gibran mulai membelai pipi mulus Nasya dan menghapus air matanya "Kok malah nangis? Padahal belum gue apa-apin."

Nasya berusaha mendorong tubuh Gibran, namun tubuh Nasya yang kecil tetap saja tidak bisa melawan Gibran. Nasya menunduk menyembunyikan ketakutanya, berharap ada seseorang yang menolongnya saat ini.

Brak!

Nasya melihat Gibran tiba-tiba terjatuh ditanah, Nasya mendongak melihat ada seseorang yang datang.

"Kak Arga!" ucap Nasya lalu menjauh dari Gibran. Namun sebelumnya Nasya menggigit tangan Gibran keras, membuat Gibran meringis.

"Sial!

"Pergi, Nasya." ucap Arga saat Nasya malah memeluknya dari depan. Awalnya Arga sempat mematung ditempat karena ulah Nasya yang memeluknya tiba-tiba.

Nasya menggeleng membuat Arga menghela nafasnya "Nasya...disini bahaya." Arga mengelus rambut Nasya.

Arga melihat Gibran yang mulai berdiri dan menatapnya tajam. Nasya akhitnya mengangguk lalu sedikit menjauh.

Dengan nafas yang naik turun, Arga langsung memukul Gibran.

Bugh!

"Mau apain dia? Hah!" Arga mencrkal kerah Gibran.

Bugh!"

Gibran menonjok rahang Arga, membuat Arga semakin geram. Sedangkan Nasya bingung harus bagaimana.

"Ada apa ini?!" Perkelahian mereka berhenti karena mendengar suara pak Malvin.

Pak Malvin bisa melihat Arga dan Gibran yang sepertinya habis bertengkar. Lihat saja, posisi Arga yang berada dibawah Gibran dengan nafas yang naik turun.

Nasya menunduk takut

"Kalian bertiga ikut saya!"




__________





Sekarang Nasya berada ditengah-tengah Arga dan Gibran. Hanya hening diantara mereka.

Suara tarikan ingus Nasya saja yang terdengar. Pak Malvin menatap ketiga orang didepanya secara bergantian.

Arga dan Gibran saling menatap tajam, sedangkan Nasya hanya menunduk dan masih menangis. Bukan karena dihukum, namun hatinya masih terasa sangat sakit.

Arga menarik Nasya supaya lebih dekat denganya. Arga sangat tidak bisa melihat perempuan menangis.

"Udah, Sya..." ucap Arga lalu menepuk pelan kepala Nasya.

"Siapa yang memulai pertengkaran ini?" tanya pak Malvin tegas.

Arga menunjuk Gibran "Dia pak. Dia udah mau melecehkan Nasya. Untung saja saya cepat datang. Coba kalau tidak, saya juga tidak tau apa yang akan dilakukan cowok brengsek itu!" ucap Arga tidak biasa membuat Gibran menatapnya tajam.

"Jaga mulut lo!" Gibaran tidak terima dengan ucapan Arga.

"Lo yang harusnya sad-"

"STOP! Saya nggak suruh kalian berantem." gertak Malvin yang sudah tidak sabar menghadapi mereka. Tujuan Malvin hanya satu, yaitu Nasya.

"Nasya..." panggil Malvin membuat Nasya mendongak

"Apa benar yang dikatakan Arga?" tanya Malvin sambil menatap Nasya. Bukanya menjawab Nasya malah memutar balik badanya dan berlari menjauh.














                                Tbc!
              Jangan lupa vote nya✔

PACARKU ROMANTIS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang