Setelah memikirkan permintaan Alin, akhirnya Raffa setuju dengan syarat hanya pura-pura dan tidak lebih. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Selama perjalanan Alin diam dan jarang sekali membuat Raffa jengkel seperti biasanya, Raffa pun tau ini sangat berpengaruh bagi Alin dan bukan hal yang sepele.
Raffa juga sudah meminta izin ke papa dan mamanya untuk balik ke Indonesia namun tidak memakai nama Alin sebagai alasan.
Raffa memencet bel rumahnya beberapa kali, sampai yang ketiga kalinya baru dibuka oleh seorang wanita paruh baya.
"Loh ini den Raffa kan? Kok nggak bilang-bilang yo kalau mau balik," ucap Bi Ima lalu menyuruh Raffa dan Alin masuk kedalam rumah.
"Iya bi, dadakan soalnya," Raffa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mana mungkin Raffa harus jujur jika mau bertunangan dengan Alin.
Raffa menarik tangan Alin untuk masuk karena Alin merasa tidak enak harus merepotkan Raffa terus "Santai aja kali,"
"E-eh iya..."
"Bentar bibi bikinin minum dulu ya," Raffa hanya mengangguk lalu bi Ima menuju dapur untuk membuatkan minum.
"Makasih banget ya Raf," ucap Alin.
"Iya...."
Raffa merebahkan tubuhnya diatas sofa lalu memejamkan matanya, rasanya sangat lelah dan capek. Raffa mengingat gadis yang sangat dia rindukan dan sebentar lagi dia akan bertemu denganya.
Raffa merogoh sakunya untuk mencari handponenya, namun tidak ada.
"Loh...."
"Kenapa Raf?" tanya Alin yang melihat Raffa yang sedang mencari sesuatu.
"Lo liat hape gue nggak?"
"Bukanya udah dibawa?" tanya Alin.
"Tapi nggak ada,"
"Ketinggalan mungkin,"
"Argh.."
.
.
.
.
.Malam
Tok tok tok
"Siapa sih ganggu aja nih orang," ucap Raffa kesal karena baru saja dia mau tidur ada yang menganggu.
Raffa membuka pintu dan terlihat Alin yang sudah memakai baju tidurnya.
Raffa mengangkat sebelah alisnya.
"Em....Raf,"
"Um?"
"A-aku tidur dimana ya?" tanya Alin bingung.
Raffa menepuk jidatnya, dia lupa memberitahu Alin harus tidur dimana tapi yang jelas bukan dikamarnya. Enak saja.
"Em...sebelah gue aja," Alin melotot tidak percaya, masa iya dia harus satu kasur dengan Raffa?
"Hah?!"
"Maksud gue kamar sebelah gue, nggak usah aneh-aneh deh," ucap Raffa lalu menunjuk pintu kamar sebelahnya.
"O... oke Raf makasih,"
"Nggak usah banyak makasih capek gue dengernya," Raffa memutar bola matanya malas.
"Terus apa dong? I love you gitu?" Goda Alin disusul tawanya dan memperlihatkan gigi putihnya lalu menuju kamar.
Raffa senang akhirnya Alin bisa ketawa lagi.
"Boleh juga," jawab Raffa membuat Alin memutar badanya.
"Tapi boong, wleee" setelah mengucapkan itu Raffa langsung menutup pintu kamarnya. Raffa juga mendengar teriakan Alin namun dia segera menutup wajahnya dengan bantal.
____________
"Maaaa kapan pulangg?" sedari tadi gadis itu terus merengek minta pulang. Rasanya Nasya sudah sangat bosan jika harus berada diruangan yang bernuansa putih itu.
"Sayang....diem dong mama juga pengen cepet pulang mama juga capek. Besok kita tanya dokter lagi sudah boleh pulang atau belum," ucap Risa yang mendengar anaknya terus merengek minta pulang, sudah seperti anak kecil yang minta permen.
"Ma...." panggil Nasya
"Hum?"
"Kak Raffa masih mau nggak ya nerima aku yang lumpuh gini? Apa dia masih mau bertahan sama aku? Sedangkan aku sekarang nggak bisa ngapa-ngapain, apa-apa harus dibantu.. aku takut ma hiks gimana kalau kak Raffa tau aku kaya gini dia jadi benci sama aku ma gimana?" Risa yang melihat anaknya menangis langsung memeluknya.
"Heh..kamu nggak boleh ngomong kaya gitu, hidup itu pasti ada cobaanya, kita harus sabar dan tabah. Mama yakin kok kamu pasti sembuh dan bisa jalan lagi So...don't feel like you can't do anything,"
"Huaaa.. Nasya sayang mama...." Nasya mengeratkan pelukanya, Risa mengelus surai hitam anaknya.
"Mama juga sayang kamu,"
"Mama janji ya sama aku, mama nggak boleh kemana-mana harus disamping Nasya terus," ucap Nasya setelah melepaskan pelukannya.
"Iya sayang, mama janji. Sekarang kamu tidur ya," Nasya hanya mengangguk lalu merebahkan tubuhnya dikasur.
See u next......
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARKU ROMANTIS [END]
Teen Fiction[FOLLOW TERLEBIH DAHULU] Kisah tentang gadis yang baru saja memasuki masa putih abu-abunya namun sudah dipetemukan dengan kakak kelasnya yang ternyata menyukainya. Akankah kisah cinta mereka bahagia? Atau malah sebaliknya karena sifat si gadis yang...