Kicauan burung terdengar, sinar dari matahari terpancar dibumi. Matahari selalu bersinar cerah dihari senin entah karena apa.
Seperti biasanya, seorang gadis dengan rambut yang dikuncir kuda duduk diatas angkot yang akan membawanya ke sekolah.
Bibirnya mengukir senyum. Dia bergeser saat seorang ibu-ibu masuk kedalam angkot. Matanya menyusuri jalanan yang bisa dibilang masih lenggang. Tidak ada pemandangan yang dia lewatkan, begitu menikmati apa yang dilihatnya.
Namun senyumnya sedikit luntur kala melihat sesuatu. Jantungnya berdegup kencang. Matanya tidak lepas dari sosok punggung tegap yang baru saja dilihatnya.
Matanya menerjap beberapa kali setelah sosok itu menghilang dari penglihatannya. Mulutnya sedikit menghembuskan nafas.
***
"Masukin!" bentak seorang gadis kepada seorang remaja cowok didepannya. Gadis itu berkacak pinggang dengan sorot mata murka dan dengkusan nafasnya terdengar jelas.
Cowok itu tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Masukin apa Sey? Jangan ngomong sepotong-potong gitu. Lo buat kita salah paham." gelak tawa terdengar dari beberapa murid cowok dibelakangnya.
Gadis yang bernama Seyna itu menatap mereka tajam.
"Buku gue masukin. Jangan main ambil-ambil! Gue pukul juga kepala lo." tukas Seyna dengan kilatan berapi-api dimatanya.
Pasalnya, setelah bel tanda upacara akan segera dimulai, teman-temannya itu tidak kunjung selesai menyalin perkerjaan rumahnya. Padahalkan kemarin hari sabtu dan minggu, harusnya sekrang mereka telah selesai.
Ketiga cowok tadi memilih menurut dari pada harus kena babak belur pagi-pagi. Lebih baik cari aman.
Setelahnya Seyna menarik sahabatnya, Reanna untuk kelapangan bersamanya.
"Tumben lo, Sey. Jam segini lo udah nyampe sekolah." kata Reanna sambil mengenakan topinya.
Gadis yang ditanya membenarkan letak dasinya yang agak miring. "Biasa, mau nyebar banner buat cari anggota karate. Kan bentar lagi kakel mau pensiun." jawab Seyna dengan senyum lebar yang terpancar diwajahnya.
Reanna mengangguk paham. "Kalau ada cogan kasih tau gue ya. Siapa tau aja ada yang nyantol," ucap Reanna sambil menaik turunkan kedua alisnya. Serta, Reanna juga mengayunkan lengan Seyna.
"Males, gue ga tertarik buat bantuin lo nyari cogan. Lo cari aja sendiri," Seyna melepaskan tangan Reanna yang terus mengayunkan tangannya. "Mau taken tapi ga ada usaha." cibirnya.
Reanna cemberut. "Jahat lo, gini-gini juga gue banyak yang naksir." ucap Reana dengan angkuh.
Reanna menghentikan langkahnya saat Seyna mencengkram lengannya dengan kuat.
Reanna meringis. "Kenapa sih lo?" tanyanya sambil menyerit.
Seyna menggelengkan kepalanya dan kembali menegakan tubuhnya. "Gapapa, cuma agak pusing aja," ungkap Seyna dengan senyum penuh arti.
"Pasti deh! Pasti lo ga sarapan lagi kan? Lo tuh ya, udah berapa kali gue bilangin jangan telat makan! Susah banget dibilangin." ujar Reanna dengan penekanan.
Namun Seyna tidak menghiraukan hal tersebut. Gadis itu memilih melangkah meninggalkan Reanna yang tengah menatap dirinya khawatir.
"Sey, kita ke kantin dulu yuk. Beli susu biar perut lo ke isi dikit," saran Reanna yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Seyna.
"Engga! Lo gila ya? Mau baris didepan lo? Gue mah ogah," Seyna menggelengkan kepalanya. Sistem di sekolahnya cukup menyeramkan. Saat upacara, siapapun yang terlambat datang akan disuruh berdiri disamping tiang bendera ditambah sindiran pedas dari pembina upacara. Malunya bukan main diliat sama seluruh angkatan berserta jajaran guru. Dan pasti setelah itu mereka akan digosipi satu sekolahan.
"Udahlah, gue engga papa. Ayo, itu upacaranya bentar lagi mulai." sambungnya dengan nada antusias.
Gadis itu menarik tangan Reanna untuk ikut baris dibarisan kelas mereka, IPS 2.
Seyna selalu saja seperti itu. Selalu melupakan kesehatannya sendiri jika sudah menyangkut karate.
***
Upacara berjalan mulus. Namun berbeda dengan Seyna yang tidak merasa mulus. Pandangannya mulai buram, kepalanya semakin terasa pening, perutnya juga tak kuasa menahan rasa sakit. Lututnya lemas seperti tidak mampu lagi untuk berdiri lebih lama. Keringat menyusuri pelipisnya.
DUGH
Tubuh Seyna terjatuh ditanah. Reanna membulatkan matanya terkejut. Seluruh pasang mata menatap ke arah barisannya.
Sudah Reanna duga. Seyna terlalu sering membantah segala ucapannya.
Reanna berjongkok dengan perasaan gelisah. "Woy!! Kalian jangan diem aja! Bantuin gue!" sentaknya.
Pemuda yang tadi meminjam buku Seyna datang bersama dua teman lainnya. Ravindra, Valerian, Austin, serta Reanna menggotong tubuh Seyna. Sebenarnya satu orang cowok pun sudah cukup untuk mengangkat tubuh Seyna, tapi Reanna tidak akan membiarkan itu terjadi. Sebab Reanna mencium bau-bau modus.
Begitu keluar dari barisan, mereka menemukan anggota PMR yang asik bercengkrama. Bahkan tidak melihat kehadiran mereka.
"Woi!! Ngerumpi aja lo! Ini ada yang pingsan, bawa ke UKS!" sentak Reanna kalut.
Anggota PMR itu menoleh, kemudian menghampiri Reanna dan teman-temannya dengan tandu.
Setelah tubuh Seyna diambil alih. Revindra, Valerian, Austin, dan Reanna kembali ke barisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger (END)
Teen FictionNama Kelompok : Cyan 12 Genre : Teenfiction Deskripsi : Menjalin hubungan dengan siapapun, selalu berawal dari dua orang yang tidak saling mengenal, alias orang asing. ----------------------------------------------------- Seyna Agatha seorang remaj...