D E L A P A N

34 9 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

"Len, lo dipanggil ke ruang ekskul," ucap salah satu temannya.

Pemuda tang tadinya sedang bengong. Menoleh sekilas ke arah sumber suara. Galen tidak menyahuti ucapan temannya itu. Ia langsung berdiri lalu merapikan seragamnya yang sedikit kusut. Setelah itu ia berjalan menuju ruang ekskul.

Saat Galen hendak masuk ke dalam ruangan itu, mendadak ada juga seseorang yang ingin keluar, hampir saja keduanya bertabrakan.

Dia Seyna.

Keduanya tidak saling menyapa, hanya sekedar saling bertatapan sejenak. Galen memutar bola matanya malas kemudian melewati Seyna begitu saja.

***

Saat jam istirahat Seyna dan Reanna tidak pergi ke kantin. Keduanya memilih untuk berada di dalam kelas saja, sebab belum mengerjakan tugas minggu lalu.

"Tumben banget dari tadi pagi sampai sekarang lo engga bareng Galen. Kenapa lo sama dia?" ujar Reanna dengan tangan yang sibuk menulis.

Seyna menjawab sambil fokus mengerjakan tugasnya. "Gue juga engga tau, mungkin lagi badmood. Biarin aja sih,"

"Engga gitu maksud gue. Kan biasanya lo berdua berangkat bareng, kadang juga bareng kalau di sekolah. Tapi sekarang Galen gak keliatan batang idungnya. Apa dia engga dateng sekolah?"

Seyna menutup buku tulisnya karena telah selesai mengerjakan tugasnya. "Galen dateng sekolah kok. Tadi gue pas-pasan waktu di ruang ekskul," Seyna menutup pulpennya. "Mungkin dia cemburu sama gue,"

"Apa?! Cemburu?" pekik Reanna. Gadis itu menghentikan kegiatan menulisnya.

"Sssttt, lo kalau ngomong pelan-pelan aja. Ga usah ngegas gitu," Seyna membekap mulut gadis yang baru saja memekik.

Renna melepaskan tangan Seyna dengan paksa. "Tunggu-tunggu. Cemburu? Kok bisa? Cemburu kenapa coba?"

Seyan menyandarkan tubunya di kursi. Matanya menatap pada papan tulis. "Kayaknya nih, ya. Kan waktu kemarin malem ada yang ngirim makanan ke rumah. Yang ngirim si Galen. Terus Austin tiba-tiba muncul di rumah gue. Alhasil gue ngajak dia makan bareng," papar Seyna.

"Tapi---" Belum sempat Reanna menyelesaikan ucapannya, seseorang lebih dulu menyela.

"Hai, beb!" sapanya riang. Ia berjalan menghampiri bangku Seyna dan Reanna.

Seyna menyerit tidak suka. Ekspresinya terlihat jijik. Tapi yasudahlah, terserah saja. Seyna tidak peduli.

"Si biang kerok ngapain ke sini sih? Ganggu aja," gerutu Reanna sembari memutar bola matanya malas.

Seyna terkekeh.

"Beb, ngantin yuk!" ajak Austin. Tidak memperdulikan gerutuan Reanna.

"Ogah. Udah sana, kalau mau ke kantin pergi aja. Seyna lagi ngerjain tugas," Reanna yang menjawab.

Austin tertawa. "Lah, siapa yang ngajak lo? Gue ngajak Seyna kali,"

"Kan gue udah bilang. Seyna lagi ngerjain tugas, jadi gak bisa!" seru Reanna.

Seyna menggelengkan kepalanya pelan sembari tertawa kecil. Seyna sangat menikmati perdebatan kedunya hingga akhirnya bel masuk berbunyi.

"Tuhkan! Udah masuk. Sana-sana, balik ke tempat duduk lo," usir Reanna. "Dan satu lagi, jangan manggil Seyna pake embel-embel beb," sambungnya.

Austin tertawa meledek. "Lo cemburu gue panggil Seyna, beb?"

"Idih ogah! Ngapain gue cemburu sama lo? Engga guna," tepis Reanna.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang