T I G A B E L A S

26 11 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Pagi ini terasa seperti hari yang begitu indah dengan suasana sejuk. Seyna tengah duduk di atas kasurnya sambil mengucek-ucek matanya yang masih ingin terpejam.

Pada saat Seyna ingin melangkah ke kamar mandi, tiba-tiba terdengar suara notifikasi. Sepertinya semalam gadis itu lupa mematikan data selulernya.

Galen :
Sey, lo lagi ngapain?

Seyna :
Kepo banget!

Galen :
Galak amat sih, masih pagi loh ini
Hari ini sabtu kan? Lo latihan karate jam berapa?
Lo mau berangkat jam?

Seyna :
Iya
Gue latihan jam sepuluh
Dateng jam sepuluh juga

Galen :
Oke deh.
Yaudah sana lo mandi
Pasti lo baru bangun tidur, ya kan?

Seyna :
Sotoy lo!

Galen :
Emang bener kan?

Seyna :
Iyain aja
Dah lo juga mandi sana!

Percakapan singkat melalui sebuah aplikasi entah mengapa membuat Seyna merasa sedikit semangat. Padahal Galen hanya bertanya jam latihan karatenya, namun hal itu dapat membuat hati seorang Seyna Agatha dag dig dug.

Setelah melakukan rutinitasnya di pagi hari, Seyna menoleh pada jam dinding yang menggantung. Matanya terbelalak saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 09:55.

Buru-buru, Seyna keluar dari rumahnya tanpa pamit kepada keluarganya.

Seyna terlonjak kaget ketika membuka pagar rumahnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Seyna pada seorang pemuda yang tadi mengiriminya pesan.

"Nunguin lo lah," jawabnya santai.

Seyna menyerit. "Emang kita ada janji?"

"Engga ada sih. Gue sengaja ke sini, niatnya mau ngajak lo bareng. Kebetulan hari ini gue juga ada jadwal ekstra," balas Galen.

"Kenapa engga bilang dari tadi?" gerutu Seyna sembari menutup pagar rumahnya lalu berjalan menghampiri Galen.

"Gue kira lo peka," cibir Galen. "Kan tadi gue nanya, lo ke sekolah jam berapa. Nah, pas udah lo jawab, gue berinisiatif buat ngajak lo berangkat bareng," sambungnya.

"Gue kirain lo cuman nanya doang," sewot Seyna.

"Engga lah, buktinya gue ada di sini," Galen memberikan helm kepada gadis itu. "Ayo berangkat,"

Sudut bibir Seyna sedikit terangkat, ia menerima helm yang diberikan oleh Galen.

Setelah itu motor pemuda itu pun melaju, membelah Ibukota Indonesia.

Setibanya di sekolah, kedua remaja itu berjalan bersisihan. Kebetulan mereka satu arah dan kebetuluannya lagi adalah ruangan tempat Seyna latihan karate bersebelahan dengan ruangan anak-anak fotografi.

Galen memasuki ruangan fotografi, ia melihat beberapa teman ekstrakulikullernya yang sudah datang. Berbincang-bincang sejenak sebelum akhirnya Galen meminjam kamera salah satu teman ekstrakulikullernya.

"Vin, gue minjem kamera lo dong," ucap Galen.

"Mau ngapain?" tanya Delvin.

"Ada deh," Galen mengambil kamera yang berada ditangan Delvin. "Ga bakalan gue rusakin kok. Tenang aja,"

"Gue izin ke depan, ya. Bentar doang kok."

Delvin menganggukkan kepalanya singkat kemudian kembali berbincang dengan teman yang lainnya.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang