D U A P U L U H D E L A P A N

25 3 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Seyna melangkahkan kakinya dengan santai, membiarkan seluruh tubuhnya bergerak sesuai keinginan mereka. Besok adalah hari yang sangat berharga untuk Seyna, setelah sebulan melewati masa sulit untuk bisa bergabung dalam lomba karate,  kini Seyna berhasil menjadi peserta yang lolos seleksi menjadi perwakilan sekolahnya.

Rasa bahagianya berlipat ganda kala Galan menjaga jarak dengan Keyra. Semenjak hari itu, Galen dan Seyna memutuskan kembali bersama. Merajut kisah mereka yang sempat kendas ditambah kehadiaran dua sosok yang menyukai keduanya.

Seyna bersyukur. Setidaknya Galen memang masih dan terus mencintainya. Ketika dirinya kembali dipertemukan dengan Galen, ia pikir Galen sudah melupakannya dan tidak lagi menganggap hubungan mereka yang lebih dari teman.

"Senyum-senyum mulu. Kesambet setan belakang sekolah ya, Mbak?" ujar Galen yang tiba-tiba muncul di samping gadis itu. Salah satu tangannya menepuk pundak Seyna.

"Nepuk-nepuk, lo pikir gue apaan? Tukang ojek?" balasan bernada ketus Galen dapatkan dan senyum tertahan gadis itu.

Galen bergerak menggenggam tangan Seyna yang hangat. Cocok dengan tangannya yang dingin sejak pagi.

"Dingin banget tangan lo. Abis nguli es batu apa gimana?" tanya Seyna heran.

Galen tidak menjawab. Ia hanya menampilkan senyuman dan berjalan santai bersama Seyna.

"Ih, lo ngga waras, ya? Jauh-jauh deh dari gue," pekik Seyna, namun gadis itu tidak melepaskan genggamannya.

"Beda di mulut, beda di hati." Galen tertawa keras saat mendapati semburat merah di kedua pipi Seyna. Jelas sekali bahwa Seyna tengah salah tingkah.

"Bacot ya anda. Engga usah ge-er, deh."

Galen tak lagi menggubris celotehan yang Seyna lontarkan. Bagi Galen itu hiburan gratis yang langka dia dapatkan selama sebulan kemarin. Dan sekarang, Galen tak akan lagi menyia-nyiakan Seyna.

Galen memusatkan dunianya pada Seyna. 

***

Seyna menatap Anggun -Mamanya-, dengan perasaan bingung sekaligus menilai. Mengapa Anggun berada di dalam kamarnya? Padahal Anggun paling malas memasuki kamarnya karena berantakan.

Ya maklum saja. Sehabis bangun tidur Seyna tidak pernah langsung membereskan kamarnya.

"Mama ngapain sih? Ada lipstik Mama yang ketinggalan di kamar Sey?" tanyanya setelah mendudukkan diri di atas kasur.

Manik matanya terus menatap sang Ibu Negara yang sedang sibuk memilah baju dari dalam lemarinya.

"Coba kamu pake ini," suruh Anggun dengan tangan yang terulur memberikan dress selutut berwarna coklat.

"Buat apaan emang, Ma?"

"Acara makan bareng entar malem sama rekan kerja Papa."

Mendengar itu Seyna berdecak. Padahal Seyna sudah berencana untuk tidur setelah pulang sekolah.

"Sey ngga usah ikut ya, Ma." Pelototan langsung Seyna dapatkan.

"Ma, Sey capek. Besok 'kan ada tanding."

Anggun berfikir sejenak namun hasil akhirnya tetap sama. Seyna ikut ke acara makan malam itu. Tidak lupa Saga juga ikut.

"Kamu pake dress itu aja. Sekarang tidur dulu, nanti Mama bangunin."

Begitu Anggun telah menghilang dari. balik pintu, Seyna langsung merebahkan badannya. Haduh.

***

"Ayo, buruan. Kita udah telat, engga enak sama rekan kerja Papa."

Seyna mencebikkan bibirnya. Kenapa harus bawa sekeluarga sih? Bikin ribet aja.

"Sey ke toilet dulu sebentar." ujar Seyna saat mereka sudah hampir sampai pada meja pesanan mereka.

"Jangan lama-lama ya, sayang." Setelah mendapat tepukan pelan dari sang Mama, Seyna langsung melenggang pergi menuju toilet.

Hanya alasan saja sebenarnya, Seyna capek memakai high heels 4cm yang diberikan Anggun. Pegalnya terasa sampai betisnya terasa berat. Jika begini caranya, bagaimana kondisinya besok?

Seyna mendesah, bahkan untuk sekedar mencuci muka saja tidak bisa, make up yang sudah tertata rapi diwajahnya itu tak mungkin dia hilangkan secepat ini. Apalagi mereka belum bertemu rekan kerja sang Papa.

Akhirnya Seyna hanya mencuci tangan dan kembali memakai high heels yang sempat ia lepas. Semoga saja malam ini akan berlalu cepat.

***

"Lah, Galen?" Baru saja Seyna hendak memperkenalkan diri pada rekan kerja Damar -Papanya-. Pasalnya tadi Galen berdiri memunggui mereka karena sedang mengangkat telfon.

"Kalau jodoh emang engga bakal kemana," goda Galen.

"Oh, ini Seyna 'kan? Yang waktu itu main ke rumah bantuin Mama bikin kue juga?" Seyna mengalihkan pandangannya kepada wanita paruh baya di hadapannya. Seyna hampir saja pangling dengan penampilan Elysa -Maminya Galen-, yang terlihat sangat cantik dan elegan.

Seketika senyumnya merekah, takdir sedang membuat Seyna menaruh harapan banyak kepada Galen.

"Jadi kalian udah saling kenal?"

"Ngga logis, Pa. Masa udah sapa-sapaan kayak gini masih tanya," ujar Seyna dengan nada yang sedikit dibuat-buat kesal. Seyna cemberut membuat Galen gemas.

"Jadi Seyna teman sekolahnya Galen?" tanya Galang. Dianggukin dengan yakin oleh Seyna.

"Cie, dapat lampu hijau nih, ya. Jangan-jangan ini acara emang khusus dibuat, untuk bicarain pertunangan kak Seyna sama kak Galen." bisik Saga.

Seyna mendelik. "Diem bocah."

Gadis itu tidak menyadari bahwa sedari tadi Galen menatapnya tanpa pengalihan.

"Ciee, salting."

"Saga, kak Sey garuk ya mukanya."

***

Hari ini adalah pertandingan terakhir Seyna, setelah berhasil pada babak sebelumnya, kini tinggal selangkah lagi Seyna bisa mendapatkan medali emas dan membuat semua orang bersorak gembira karenanya.

Galen memutuskan untuk segera cepat berangkat sebelum Seyna bertanding. Namun, sayangnya kondisi kota Jakarta dihari kerja seperti ini adalah suatu kemustahilan untuk bisa berharap tiba tepat waktu.

Galen:
Sey, udah mulai?

Galen mengirimkan pesan.

Tidak tahu kenapa, sejak tadi perasaannya mendadak jadi gelisah.

Sepuluh menit terlewati, pesannya masih belum dibalas juga.

Beberapa menit kemudian mobil Galen sudah terparkir di area pertandingan Seyna. Galen tidak sabar melihat Seyna tersenyum lebar dengan medali emasnya.

Namun saat Galen hendak melangkah memasuki studio, tiba-tiba terdengar suara sirine dari mobil ambulan yang baru sampai.

Dengan kerutan di dahi ia bertanya pada satpam. "Pak, itu ada apa, ya?" Ia semakin heran saat banyak orang yang berjalan keluar dari studio. Galen melirik jam tangannya.

Tidak mungkin selesai secepat ini.

"Tadi ada kecelakaan, mas. Jadi pertandingannya untuk sementara di berhentikan. Salah satu atletnya cedera, itu baru aja dibawa ke rumah sakit."

Rasa khawatir langsung menyergapnya. Galen menelan ludahnya kasar. "Nama atletnya siapa, Pak?"

"Kalau tidak salah, Sey-Sey... Sey apa, ya? Saya lu--"

"Seyna Agatha?" sambar Galen dengan perasaan was-was.

Satpam tersebut mengangguk. "Iya, itu. Seyna Agatha."

Untuk beberapa detik Galen menahan nafasnya. Darahnya berdesir.

Galen menerjap. Seyna-nya kecelakaan?


---------------

Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang