S E M B I L A N

20 10 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Di pagi hari yang begitu sejuk, Seyna sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu melangkah keluar dari rumahnya sembari memakan buah apel. Tangan kirinya ia gunakan untuk menutup pagar rumahnya.

Seyna membalikkan badannya setelah pagar rumahnya tertutup. Matanya membulat terkejut saat tiba-tiba tangannya yang memegang apel ditarik. Orang itu menggigit apel tersebut dibekas gigitan Seyna.

Keduanya berpandangan cukup lama, jarak sangat dekat. Hanya terhalang oleh apel. Seyna yang tersadar segera menjauhkan wajahnya.

"Lo apa-apaan sih? Main gigit apel gue aja," protes Seyna.

Orang itu ialah Galen. Pemuda itu mengunyah apel yang berada di dalam mulutnya. "Apelnya manis," komentar Galen mengabaikan protesan gadis itu.

"Kayak lo," lanjutnya.

Seyna memutar bola matanya malas, ia menyumpal mulut pemuda itu dengan apel yang sudah mau habis itu. "Gombal terus!!" ujarnya. Seyna berlalu meninggalkan Galen.

"Heh! Kenapa masih disitu? Ayo buruan berangkat!" seru Seyna yang sudah berdiri disebelah motor Galen.

"Ciee, engga tahan lo ya, pengen naik motor berdua sama gue?" goda Galen sembari berjalan mendekati Seyna.

"Idih! Sok tau banget lo. Gue cuman takut kesiangan kali. Udah jangan bacot, ayo berangkat," cerocos Seyna.

Galen terkekeh. Ia memberikan helm untuk gadis itu. Kemudian motor itu melaju setelah keduanya naik sepeda motor tersebut.

"Udaranya dingin banget, Sey. Lo kedinginan engga?" tanya Galen dengan suara cukup keras.

Seyna memajukan badannya. "Iya, dingin udaranya. Tapi gue engga kedinginan kok," sahut Seyna dengan suara sedikit bergetar.

Galen melirik gadis itu melalui kaca spion motornya. "Jangan bohong sama gue. Gue tau, lo sebenernya kedinginan 'kan?"

Tiba-tiba Galen menepikan motornya, membuat Seyna yang hendak menyahut terpaksa terhenti.

"Kenapa berhenti?" tanya Seyna bingung.

Bukannya menjawab Galen malah melepaskan jaketnya. Ia memiringkan posisi duduknya agar bisa melihat gadis itu.

"Mau ngapain lo lepas jaket segala?" tanya Seyna.

Galen menyodorkan jaketnya pada Seyna. "Ini pake. Biar lo engga kedinginan," ucapnya.

Seyna menatap Galen ragu. "Gapapa nih, gue pake?"

"Iya, pake aja,"

Akhirnya Seyna menerima jaket yang disodorkan oleh Galen. Ia mengenakannya.

"Makasih," ucap Seyna pelan.

Galen mengangguk. Kemudian membalikkan badannya, bersiap untuk kembali melajukan motornya.

"Pegangan, Sey. Biar lo engga terlalu kedinginan,"

Tanpa menunggu respon, Galen langsung menarik tangan gadis itu agar melingkar di pinggangnya.

Seyna diam, tidak menolak. Beberapa menit berlalu, hingga akhirnya kedua remaja tersebut tiba di sekolah.

Seyna turun, ia melepaskan helm yang dikenakannya. Memberikannya pada pemiliknya. "Jaket lo gue pinjem dulu. Nanti gue balikin. Gue ke kelas duluan,"

Setelah selesai berucap, Seyna langsung pergi menuju kelasnya tanpa menunggu balasan dari Galen.

Seyna memasuki kelasnya yang bisa dibilang masih sepi. Warga kelasnya pun bisa dihitung jari. Ia berjalan menghampiri bangkunya, kemudian duduk dengan wajah lesu.

Reanna yang memang sudah berada dikelas berhenti mengobrol bersama teman kelas mereka. Ia melirik Seyna. Sebelum menghampiri sahabatnya itu, Reanna pamit terlebih dahulu.

"Sey, muka lo kok pucet gitu? Kenapa?" Reanna mendudukkan dirinya disebelah Seyna.

Melihat Seyna tidak merespon, membuat Reanna berinisiatif untuk mengecek suhu tubuh Seyna. Ia menempelkan punggung tangannya di kening Seyna.

"Eh! Badan lo panas banget. Lo sakit, ya? Kalau lo sakit, ngapain berangkat ke sekolah? Mending lo diem di rumah, istirahat,"

Lagi-lagi Seyna diam.

"Ayo, gue anter ke UKS," ujar Reanna.

"Terserah, asal lo temenin gue," balas Seyna.

Reanna mengangguk. Ia melihat kedua teman kelasnya yang tadi ia ajak mengobrol. "Kalian berdua! Bantuin gue papah Seyna ke UKS yuk,"

Kedua remaja itu menoleh.

"Eh, engga usah! Gue anak karate kali. Ga perlu dipapah banyak orang," tukas Seyna. "Apalagi sampe digendong, ogah!"

Reanna menghela nafas. "Yaudah. Ayo gue bantu," Ia membantu Seyna bangkit dari kursi kemudian memegang erat lengan sahabatnya itu.

Setibanya di UKS, Reanna membuka pintu. Memperlihatkan dua remaja yang sepertinya anak PMR yang ditugaskan untuk menjaga UKS.

"Seyna, lo kenapa?" tanya salah satu diantara mereka saat menyadari kedatangan Reanna dan Seyna.

"Biasa. Sakit," jawab Seyna seadanya.

"Oh, masuk sini. Tiduran," Siswi yang tadi menyapa Seyna mendekat, membantu Seyna menuju brankar, serta membantunya untuk berbaring. Ia menarik selimut tipis yang disediakan UKS kemudian mengenakannya pada Seyna.

"Makasih," ucapnya.

"Sama-sama,"

"Lo sakit apa, Sey? Biar gue data," tanya satu siswi lainnya.

"Gue--"

"Seyna demam," Reanna memotong ucapan Seyna.

Siswi tersebut menangguk kemudian menuliskan sesuatu, sedangkan siswi yang tadi membantu Seyna tengah mengobrak-abrik tempat penyimpanan obat.

Usai mendapatkan apa yang dicarinya, ia mendekat. "Ini obatnya. Nanti lo minum kalau udah ada isi perut," Ia meletakkan obat tersebut diatas nakas sebelah brankar yang digunakan Seyna. Siswi satunya datang dengan membawa segelas air putih.

"Lo udah makan?" tanya Reanna.

Seyna menggeleng pelan.

Reanna menghela nafas, ia menjadi kasihan melihat sahabatnya terbaring lemah dengan wajah pucat. "Yaudah gue ke kantin dulu beliin lo makanan,"

"Lo berdua tolong jagain Seyna, ya,"

Kedua siswi itu saling berpandangan. "Yah, kita engga bisa. Ada ulangan pagi ini," ujar gadis yang tadi mendata nama Seyna.

"Bener, ini aja tadi cuman nyempetin ke UKS. Udah mau balik ke kelas ini," imbuh temannya.

"Yaudah,"

"Sorry, ya."

Reanna mengangguk. Setelah berpamitan, kedua remaja itu pergi meninggalkan UKS.

"Gue mau ke kantin, gapapa kan gue tinggal?" tanya Reanna ragu.

Seyna tertawa pelan. "Gapapa kali, Re. Gue bukan anak kecil yang kalau ditinggal sendiri bakalan ilang,"

Reanna menyenggol lengan gadis itu. "Yaudah. Lo jangan kemana-mana,"

Seyna mengangguk.

Reanna berbalik, ia baru berjalan beberapa langkah namun seseorang datang menghalangi jalannya.

"Re! Gue denger Seyna ke UKS, dia kenapa?" tanyanya panik.

"Santai kali, Len. Seyna cuman masuk UKS, bukan masuk UGD," Reanna tertawa receh.

"Gue serius, Seyna kenapa?"

"Seyna demam. Tadi waktu masuk ke kelas, mukanya udah pucet banget. Pas gue cek suhu badannya, ternyata panas. Yaudah gue bawa ke UKS biar Seyna bisa istirahat," papar Reanna.

"Terus sekarang lo mau kemana? Bukannya Seyna di UKS?" tanya Galen.

"Iya, di UKS emang. Tapi gue mau pergi beliin bubur atau apa kek buat ganjal perutnya. Seyna belum sarapan,"

"Gue aja yang beliin. Lo jaga Seyna aja," Tanpa menunggu persetujuan, Galen langsung berjalan cepat menuju kantin.

Reanna mengangkat bahunya singkat sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam UKS.

"Loh, cepet banget. Makanannya mana?" tanya Seyna saat melihat kehadiran sahabatnya.

Baru juga Reanna hendak berbicara, namun suara pintu yang dibuka membuatnya terhenti.

"Cepet banget, Len," ucap Reanna.

"Gue lari, makanya cepet,"

Reanna menggeleng pelan, ia bergeser sedikit agar Galen dapat melihat Seyna.

"Ini buburnya, Sey," Galen bergerak membuka styrofoam yang berisikan bubur ayam. "Mau gue suapin?"

Reanna berdehem keras. "Aduh, gue kayaknya jadi obat nyamuk disini," sindirnya. Ia menatap Seyna. "Kan udah ada nih yang jagain lo dan super duper pengertian eh perhatian maksudnya. Jadi mending gue balik ke kelas aja. Malas liat orang pacaran, takut orang ketiganya setan," ujar Reanna panjang.

"Ta--"

"Dadah, gue balik," Reanna membalikkan badannya berjalan menuju pintu. Namun sebelum benar-benar pergi Reanna mengatakan sesuatu. "Len, jangan macem-macem lo. Walaupun Seyna sakit, dia masih kuat buat nonjok lo,"

"Ga usah didengerin," Seyna beringsut bangun. Dengan sigap Galen membantunya. "Sini buburnya,"

"Gak. Biar gue suap aja,"

Galen menarik kursi kemudian meletakkannya disebelah brankar Seyna. "Buka mulutnya,"

Seyna memutar bola matanya malas lalu menerima suapan Galen.

"Lo engga jaga kesehatan?" Pertanyaan Galen tidak ditanggapi oleh Seyna. "Kalau lo sakit, mending ga usah pergi sekolah,"

Seyna diam dengan mulut yang sibuk mengunyah.

"Pokoknya lo jangan sakit lagi, lo harus jaga kesehatan,"

Setelah bubur itu habis, Galen memberikan obat dan gelas yang berisikan air.

"Lo tidur, gih. Gue bakalan jagain lo. Gue juga engga bakal ngapa-ngapain lo kok,"

Seyna menangguk. Ia membaringkan badannya. Kepalanya terasa berat sekali.

"Lo kenapa liatin gue kayak gitu?" tanyanya saat merasa diperhatikan terus-menerus oleh Galen.

"Engga," jawab Galen gugup.

"Lo yakin engga mau balik ke kelas?"

Galen tersenyum lembut. "Gue lebih milih bolos buat jagain lo, dibandingkan masuk tapi gue kepikiran lo terus. Jadi, percuma gue masuk kelas tapi pikiran gue tertuju sama lo," Tanpa izin, Galen menggenggam tangan gadis itu.

Keduanya bertatapan cukup lama, tapi beberapa detik kemudian Seyna memejamkan matanya.

Galen tersenyum kecil. Ia mengusap tangan gadis itu. Matanya menatap lekat wajah Seyna.

Sesekali ia mengecek suhu tubuh gadis itu. Hingga tanpa sadar, ia ikut tertidur dengan tangan yang masih menggenggam erat tangan Seyna.


-------------------

Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖

Sapa para author di :
IG : Desi    : @dsntrrr_
        Rizka : @Sabiliarizka0807
        Ismy  : @ismytnzilurrahmah
        Fira    : ---

WP : Desi   : @dsntrrr_
          Rizka : @Rizkasabilia08
          Ismy  : @ismytnzl
          Fira    : ---

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang