L I M A B E L A S

28 10 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Di hari Senin yang cerah seperti biasa, Seyna berdiri dipinggir jalan. Menunggu angkot datang. Hari ini Seyna tidak perlu terburu-buru, sebab ia masih memiliki waktu sekitar tiga puluh menit sebelum bel masuk berbunyi.

Ah, tidak.

Sekarang tersisa lima belas menit saja. Seyna celingak-celinguk. Kenapa angkot yang biasa ia timpungi masih belum terlihat kehadirannya?

Suara deru motor yang berhenti didekatnya membuat Seyna menoleh.

"Kak Arkan?" ujar Seyna saat kaca helm yang dikenakan oleh pengendara itu terbuka.

"Hai, Sey," sapanya. "Belum berangkat?"

Seyna menggeleng. "Belum kak,"

"Mau bareng gue engga?" tawar Arkan.

Seyna nyengir. "Mau kak!"

Motor itu melaju, setelah Seyna mengenakan helm yang selalu dibawa oleh Arkan dan setelah ia naik tentunya.

Jalanan cukup padat, namun untung saja Arkan beberapa kali memilih untuk melewati jalan tikus.

"Makasih kak untuk tumpangannya," Seyna turun dari motor Arkan saat mereka sudah tiba di halaman parkir sekolah. Seyna melepaskan helm yang dikenakannya lalu memberikan helm itu pada Arkan.

"Iya, sama-sama," Arkan meletakkan helm Seyna di salah satu kaca spion. Ia melepaskan helmnya juga, kemudian menyimpannya.

"Yaudah, aku ke kelas duluan, ya, kak." pamit Seyna, hendak melangkah pergi namun lengannya ditahan oleh Arkan.

"Kenapa kak?"

Arkan tidak menjawab, ia melepaskan tangannya yang menahan lengan Seyna. Tangan kanannya terulur untuk memperbaiki rambut gadis itu yang sedikit berantakan akibat mengenakan helm.

"Eh, kak--"

Ucapan Seyna terhenti saat tiba-tiba tubuhnya ditarik menjauh dari Arkan. Seyna menoleh, menatap pelaku.

Pandangannya kembali beralih menatap Arkan yang masih duduk di atas motornya. "Kak Arkan! Aku duluan, ya!" seru Seyna.

Seyna tidak sempat melihat atau bahkan mendengar sahutan dari Arkan, sebab pemuda itu menariknya lebih cepat.

"Kenapa sih, Len?" tanya Seyna kesal. Ia memberhentikan paksa langkahnya di koridor sekolah, serta menepis tangan Galen yang menariknya.

Galen ikut berhenti, ia menatap Seyna dalam. Masih belum menjawab.

Seyna menyerit. "Woy! Lo kenapa?"

"Engga tau," jawaban ketus Seyna dapatkan dari Galen.

"Lah, gue serius. Lo kenapa sih?"

"Engga tau,"

"Ih, kenapa sih lo? Aneh banget tau, pake acara narik-narik gue segala. Engga jelas banget," cerocos Seyna yang lagi-lagi ditanggapi Galen dengan dua kata--

"Engga tau,"

Decakan keluar dari mulut Seyna. "Lo kenapa sih, Galen?"

"Engga tau,"

Seyna mengentakkan kakinya kasar. Ia menjadi kesal dengan jawaban Galen yang seperti cewek sedang PMS. Tanpa memperdulikan Galen, Seyna melangkah pergi.

Seyna sedikit memelankan langkahnya. Ia tidak mendengar suara derap langkah yang akan menyusulnya. Jadi ternyata ... Galen memang tidak menyusul dirinya.

Dengan wajah masam, Seyna memasuki kelasnya.

Reanna yang tengah asik bermain ponsel berjengit kaget saat Seyna mendudukkan diri secara kasar. Reanna mengelus dadanya. "Masih pagi-pagi udah rusuh aja lo. Kenapa sih?"

"Itu muka juga, kusut amat kayak baju yang belum disetrika," komentar Reanna saat Seyna meliriknya sejenak.

"Kenapa? Lo ada masalah?"

Seyna menggeleng. Akhirnya ia menjelaskan dengan kesal, sikap Galen tadi pagi yang aneh, tidak lupa ia juga menceritakan sewaktu dirinya berangkat bersama Arkan. Maklum lah, namanya juga cewek. Disuruh jelasin yang B, eh yang A juga malah ikut dijelasin.

Reanna mengangguk paham, ekspresinya berubah heboh. "Wah-wah, jangan-jangan..."

Seyna menaikkan alisnya, menunggu ucapan selanjut yang akan dilontarkan oleh Reanna.

"Apa?"

Reanna mendekatkan diri pada Seyna. "Jangan-jangan Galen cemburu lagi?! Wei! Gokil!" Reanna bertepuk tangan heboh membuat Seyna menoyor kepalanya.

"Jangan ngomong sembarangan deh!" Seyna mengeluarkan topi sekolahnya. "Dah, jangan banyak bacot lo. Ayo upacara."

***

Seyna dan Reanna berjalan bersisian menuju kantin setelah bel jam istirahat berbunyi.

"Eh, gila sih! Kaki gue tadi lem--" Reanna menghentikan ucapan Seyna dengan menyeggol-nyenggol lengannya.

"Apa sih lo?" Seyna menyerit heran.

Reanna memberi kode agar Seyna menatap ke depan. Namun dasarnya Seyna tidak peka, ia bertanya. "Kenapa lo? Kelilipan atau kegatelan?"

"Sialan!" desis Reanna, ia mendelik.

Seyna tertawa. "Lah, siapa suruh lo ngedip-ngedip gitu,"

Reanna memutar bola matanya malas kemudian berbisik. "Itu ada Galen sama temen karate lo,"

Seyna menoleh ke samping kanan dan kiri. "Mana?"

"Di depan dodol!" seru Reanna pelan. "Dasar lemot!" gerutunya, dalam hati tapi.

Seyna menatap ke depan. Ia tertegun. Ternyata memang benar ada Galen dan Keyra. Keduanya berada beberapa langkah di belakang Galen dan Keyra.

Terlihat di sana kalau Galen membantu Keyra memungut kertas yang berhamburan. Setelah kertas itu terkumpul semua, Galen dan Keyra terlibat percakapan. Lalu, Galen mengambil alih seluruh kertas yang dibawa oleh gadis itu.

Keyra terlihat protes, namun Galen malah tertawa. Semuanya tidak luput dari penglihatan Seyna.

Seyna bungkam saat sekilas maniknya bersitatap dengan Galen. Helaan nafas pelan keluar dari mulut gadis itu, ia masih memandangi dua punggung yang mulai menjauh.

Reanna menyeringai menatap Seyna. "Lo cemburu?" tanyanya lugas.

Seyna bergidik. "Najis! Ngapain gue cemburu sama Galen?"

Reanna tertawa. "Gue engga ada nyebut nama Galen loh,"

Wajah Seyna memerah. Reanna sialan!

Seyna melangkah pergi lebih dulu, meninggalkan Reanna yang masih menertawakannya.

***

Seperti istirahat biasanya, Seyna dan Reanna duduk satu meja bersama Austin, Valerian, Ravindra, serta Gavin. Mereka menyantap makanan masing-masing.

Semuanya aman dan damai, sebelum akhirnya Austin berteriak. "Woy! Galen! Gabung sini, gih!"

Mereka mengikuti arah pandang Austin, begitu pun dengan Seyna yang dengan cepat menoleh. Senyumnya yang tadi ingin mengambang menjadi tertahan.

Galen tidak sendiri. Di sampingnya ada Keyra juga.

Seyna mengalihkan pandangannya, ketika Galen dan Keyra berjalan menghampiri meja mereka.

"Meja lain udah penuh, gabung ya," ucap Galen begitu tiba.

"Sok atuh," sahut Valerian.

"Eh, duduk-duduk," Austin mempersilahkan.

Galen dan Keyra duduk bersebelahan. Apes untuk Seyna karena ia duduk berhadapan dengan Galen. Sementara Keyra duduk berhadapan dengan Austin yang bersebelahan dengannya.

"Hai, Sey," sapa Keyra setelah duduk.

Seyna melirik, ia menarik senyum terpaksa. "Hai,"

"Siapa nih? Intro dong. Kita-kita belum kenal lo," celetuk Gavin.

Keyra tersenyum lebar. "Kenalin, gue Keyra. Temen satu ekskulnya Seyna. Kelas sebelas IPA empat. Salam kenal!" Keyra memperkenalkan dirinya dengan ceria.

"Oh, anak IPA," sela Reanna.

Keyra mengangguk.

Satu-persatu saling memperkenalkan diri, begitu pun dengan sahabat Seyna, Reanna.

"Udah kenalan kan? Gue izin mau beli makanan dulu. Laper," Keyra nyengir. "Lo mau makan apa, Len? Biar gue pesenin," Keyra hendak beridiri namun ditahan oleh Galen.

"Biar gue aja yang pesen," Galen berdiri. "Lo mau makan apa?"

Keyra berfikir sejenak sebelum menjawab. "Gado-gado sama es teh aja. Ini uangnya," Keyra memberikan selembar uang berwarna hijau tua yang baru saja dikeluarkan dari saku bajunya.

Galen menggeleng. "Biar gue traktir,"

"Baik banget sih, lo. Makasih."

"Sama-sama," Galen berlalu setelah membalas ucapan Keyra.

Diam-diam Seyna berdecih dalam hati. Ada juga hal yang baru ia sadari, bahwa sedari tadi Galen tidak meliriknya sedikit pun.

Tidak berlangsung lama Galen kembali. Acara makan berlangsung baik-baik saja. Mereka semua saling berbicara kecuali Galen dan Seyna. Galen sepertinya benar-benar tidak menganggap kehadiran Seyna.

Keyra menggerutu. "Untung aja saus kacangnya engga nyiprat baju gue," Keyra mengambil tisu guna mengelap punggung tangannya yang terkena saus kacang gado-gadonya sendiri.

Galen menahan tangan Keyra yang hendak membersihkan punggung tangan kirinya. "Biar gue yang bersihin,"

"Eh, engga usah--" Terlambat, Galen sudah lebih dulu mengambil tisu itu dari Keyra.

Galen menarik tangan kiri Keyra lalu membersihkannya.

Seyna yang melihat itu merasa panas. Sedari tadi Seyna diam saja memerhatikan interaksi antara Galen dan Keyra.

Brak!!

Semuanya tersentak kaget, ketika tiba-tiba Seyna menggebrak meja. Gadis itu berdiri dengan nafas yang tidak teratur.

Mereka menatap Seyna, termasuk Galen yang sedari tadi tidak melihatnya. Seyna engga bersitatap dengan Galen.

"Lo kenapa dah, Sey?" Austin bertanya, ia memandang Seyna bingung.

Tanpa sepatah kata, Seyna pergi begitu saja. Menulikan pendengarannya saat suara-suara Reanna dan Austin terdengar menyebut namanya.



---------------------

Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang