D U A

74 16 0
                                    

Selamat membaca 🍀


"Dek!!"

"Woy! Berhenti napa?!"

"Galen!!"

Pemilik nama tersebut bersikap seolah-olah tidak mendengar. Ia terus berlari cepat, sehingga membuatnya menabrak beberapa kali murid lain.

Berhenti kejar gue! jertinya dalam hati.

Dibelakangnya sangat rusuh. Bagaimana tidak, Galen dikejar sekitar tujuh orang kakak kelas hanya untuk berkenalan dan meminta foto dengannya, padahal ia bukan artis.

"Galen! Stop!"

Galen mengerang frustasi. "Kalian yang berhenti kejar gue, kak!" balasnya.

"Engga! Pokoknya kita kenalan dulu!" sahut salah satu kakak kelas sambil memegang cermin kecil untuk memastikan wajahnya tetap cantik.

"Gue engga mau!" teriaknya putus asa.

Sebenarnya pemuda itu sangat malu diperhatikan oleh murid lain yang berada dikoridor.

Sedangkan disisi lain, dua orang remaja cekikan menatap Galen dan ketujuh kakak kelas itu.

"Lo gak mau ikutan kejar dia, Re?" tanya gadis yang tengah asik memakan coklat.

"Ogah! Gue udah kenal sama Galen, buat apa repot-repot ngejar dia," jawabnya. "Lo tolongin kek, kasian gue liat muka dia,"

Gadis yang tengah memakan coklat tersebut mengangkat bahunya. "Biarin aja. Seru tau,"

"Sey, dia temen kita juga loh. Tega amat lo," ucap Reanna sembari mendorong pelan bahu sahabatnya.

"Baru kenal tadi," Seyna menjeda ucapannya. "Lo aja yang nolongin dia, gue males,"

Reanna menggerutu. "Kalau gue punya badan bebal kayak lo, engga mungkin gue nyuruh lo,"

Seyna membulatkan mulutnya sebagai tanggapan.

Melihat Seyna memberikan respon seperti itu membuat Reanna ingin menjitak kepalanya. "Sey, ih!"

"Tolongin Galen napa? Lo gak liat mukanya? Udah capek gitu," paksa Reanna.

Seyna berhenti mengunyah, ia menatap koridor lantai satu sebab ia berada dilantai dua. Jika diperhatikan, wajah Galen terlihat lelah.

"Biarin," sahut Seyna setelah beberapa menit kemudian. "Lo suruh yang lain aja. Ada itu tuh, Ravindra, Valerian, sama Austin. Suruh mereka aja. Oh! Atau Gavin," ucapnya memberi saran.

Reanna mengacak rambutnya sendiri. "Kalau mereka lagi engga mabar udah dari tadi gue suruh!" balasnya dengan suara meninggi.

Seyna menerjap, ia menoleh menatap Reanna. "Kenapa lo peduli banget sama Galen?" Seyna memicingkan matanya. "Jangan-jangan ... lo suka sama Galen ya?!" pekiknya.

"OMG--"

Sebelum Seyna sempat menyelesaikkan kalimatnya, Reanna lebih dulu menabok lengannya.

"Enak aja kalau ngomong!" Reanna meringis malu saat beberapa murid menatap ke arah mereka.

"Terus apa dong?" tanya Seyna sambil mengangkat sedikit dagunya.

Reanna menoyor kepala sahabatnya. Ia menatap Seyna dengan pandangan serius. "Galen itu temen kita juga, masa lo gakmau nolongin dia pas lagi susah?"

"Kita baru kenal, Reanna," balas Seyna.

Reanna berdecih. "Biarpun baru kenal, kita harus tolongin. Galen aja tadi traktir kita makan dikantin,"

Seyna mengakat bahunya. "Dia yang maksa,"

Reanna menghela nafas kasar. "Lo mah tega, engga berperipertemanan," sindirnya.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang