Selamat Membaca 🍀
Seyna celingak-celinguk di depan rumahnya. Dia tengah menunggu Galen datang menjemputnya. Semalam pemuda itu mengirimkan pesan yang berisi ajakan untuk berangkat ke sekolah bersama. Juga, berisi ucapan minta maaf.
Wajahnya kusut saat akhirnya orang yang ditunggunya datang.
"Lama banget lo. Udah mau bel tau," ujaran itu Galen dapatkan setelah membuka kaca helmnya.
"Maaf. Tadi gue habis nganterin kakak gue dulu," ucap Galen menyesal.
Seyna mengulurkan tangannya. "Helm,"
Galen menghela nafas kemudian memberikan helm. "Gue minta maaf Sey,"
Seyna tidak menyahut, ia menaiki motor Galen. "Buruan jalan!"
"Lo sih. Kelamaan datengnya, macet kan," omel Seyna. "Kalau telat gimana?"
Seyna terus mengomel sepanjang perjalanan. Sedangkan Galen hanya membalas dengan kata 'maaf'.
***
Mereka tiba di sekolah setelah lima belas menit lebih.
Buru-buru Seyna turun dari motor. Tanpa membuka helmnya, ia langsung berlari ke gerbang sekolah yang sudah ditutup. "Pak! Bukain pagarnya dong!"
Satpam yang berada dipos itu menggelengkan kepalanya. "Ga bisa, neng. Batas toleransi cuman sepuluh menit,"
Bahu Seyna merosot. "Pak, tolong dong,"
"Ga bisa neng. Udah peraturannya,"
Sekolah mereka memang hanya memperbolehkan murid masuk sepuluh menit setelah bel. Lebih dari itu, maka maaf. Silahkan berbalik badan.
Galen datang, menepuk bahunya. "Biarin aja. Sesekali bolos,"
Seyna mendelik. "Ajaran sesat lo!" Ia membalikkan badannya menuju motor Galen.
"Ayo pulang!" serunya saat Galen tidak kunjung menghampiri dirinya.
"Gue mau ngajak lo ke danau kemarin," ujar Galen begitu motor melaju.
"Terserah! Males gue ngomong sama lo!" balas Seyna. Tapi setelahnya ia malah terus mengomel hingga tiba di danau kemarin.
Kedua remaja itu mendekati pinggiran danau setelah memarkirkan motor dan melepaskan helm.
"Eh mau ke mana?" cegah Galen saat Seyna hendak melewati dirinya.
"Naik ke atas pohon," Seyna menunjuk salah satu pohon di belakang Galen.
"Lo monyet? Pake acara naik pohon segala,"
Seyna menoyor kepala Galen. "Monyet mata lo! Makanya liat dulu apa yang gue tunjuk,"
Galen meringis kemudian membalikkan badannya.
Seyna berdecak. "Atas,"
Galen melakukan apa yang disuruh oleh Seyna. Matanya membulat saat melihat sesuatu.
"Sejak kapan ada rumah pohon?" tanyanya langsung.
Seyna mengangkat bahunya. "Ga tau," Ia mulai melangkah mendekati pohon itu diikuti Galen.
"Lo kenapa bisa tau kalau disini ada rumah pohonnya?"
Seyna memutar bola matanya malas. "Kan gue punya mata. Makanya kalau lo ke suatu tempat, diperhatikan," Keduanya berhenti melangkah.
"Siapa duluan yang naik?" tanya Seyna.
"Lo duluan aja," suruh Galen.
Mata Seyna memicing. "Lo mau ngintip gue ya?! Parah lo!"
Sontak Galen menggelengkan kepalanya. "Gue nyuruh lo duluan, karena gue takut kalau nanti lo jatuh terus gak ada yang nangkep,"
Seyna mendengus. "Balik badan lo,"
Galen menyerit. "Ngapain?"
"Ya, kalau lo ngadep sini, bisa aja ngintip gue!" balas Seyna ngegas.
Galen mundur selangkah, ia mengangkat kedua tangannya. "Calm down,"
"Cepetan balik!"
"Sabar dong,"
Begitu Galen membalikkan badannya, Seyna mulai menaiki tangga yang tertempel dipohon. Ia menatap Galen dari atas.
"Udah! Lo naik buruan," seru Seyna.
Galen mengangguk.
"Akhirnya," ujar Galen lega setelah sampai dengan selamat di rumah pohon ini.
Seyna mencibir. "Lebay amat lo,"
"Bukan lebay. Tapi gue cuman takut jatuh,"
"Ya-ya-ya, terserah. Intinya lo penakut,"
Galen menggeleng cepat. "Mana ada--"
"Titik!" Seyna melotot.
Galen mengusap dadanya sabar, lalu mendudukkan dirinya menghadap danau. "Duduk. Jangan berdiri terus,"
Seyna langsung mendudukkan dirinya di sebelah Galen yang tengah merogoh tasnya sendiri. "Wih, bawa bekal lo?"
Galen meletakkan tasnya di sebelah. "Iya," Ia membuka penutup kotak makannya, memperlihatkan nasi goreng buatan Maminya.
"Anak rajin," puji Seyna yang menyerempet ke ledekan.
"Tadi gue engga sempet sarapan. Jadi disuruh bawa bekal," Galen menyantap bekalnya.
"Gue engga nanya tuh,"
"Karena lo engga nanya, makanya gue kasih tau," Galen mengunyah. "Lo mau?"
"Engga. Gue udah sarapan tadi," tolak Seyna.
Namun Galen tidak mengindahkan ucapan gadis itu, ia menyodorkan sesendok. "Buka mulut lo,"
"Engga mau,"
"Ayo buka," Galen terus memaksa, hingga akhirnya Seyna menyerah dan membuka mulutnya.
"Lo mah," gerutu Seyna dengan mulut penuh nasi goreng.
"Telen dulu. Nanti lo keselek,"
Seyna mencebikkan bibirnya.
"Ayo makan lagi," Galen kembali hendak menyuapi Seyna.
Seyna merebut sendok itu. "Gue bisa makan sendiri,"
"Katanya kalau makan jangan belepotan. Tapi lo sendiri malah belepotan," cibir Galen dengan tangannya membersihkan sudut bibir gadis itu.
Seyna terpaku. Cukup lama keduanya saling diam. Hingga dering ponsel membuat Seyna menjauhkan diri.
"Siapa?" tanya Galen setelah menerima kembali sendoknya.
"Reanna," jawabnya pelan.
Seyna menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Lo dimana?!"
Seyna meringis saat mendengar suara cempreng sahabatnya. "Dimana-mana,"
"Ck, gue serius! Lo kenapa engga masuk sekolah?"
Seyna menatap lurus ke depan. "Gue telat. Jadi deh gue bolos,"
"Hah?! Jadi lo bolos? Wah, bener-bener lo ya. Gue aduin mampus lo!"
"Eh, jangan dong!" seru Seyna. "Lo izinin gue ya?" pintanya.
"Nyusahin aja lo,"
Seyna terkekeh. "Sekalian Galen juga, bilangin ke Gavin,"
Pemuda yang tengah menyantap bekalnya itu melirik.
"Galen? Lo bolos bareng Galen?"
Seyna mengangguk tanpa sadar. "Iya. Gara-gara dia gue jadi telat,"
"Eh yang bener?! Ber--- yah, Sey. Gurunya udah dateng. Gue tutup, ya. Nanti gue bilangin ke Gavin."
Tut!
Seyna kembali menyimpan ponselnya. "Udah selesai lo?"
Galen mengangguk sembari memasukkan kotak makannya. Beberapa menit kemudian mereka hanya diam menatap danau tersebut.
"Gue bosen!" seru Seyna. "Gabut!!"
Galen mengedarkan pandangannya dan tidak sengaja melihat sesuatu. Ia menepuk bahu Seyna. "Liat deh!"
Seyna mengikut arah pandang Galen. "Tukang sapu? Kenapa? Mau nyapu lo?"
Galen memukul pelan lengan gadis itu. "Yang bener aja! Ya kali orang ganteng kayak gue mau nyapu," balasnya narsis.
Seyna terkekeh. "Ya terus?"
"Liat deh sepedanya," Galen menunjuk menggunakan dagunya.
Seyna menyerit. "Oh, mau jadi maling lo?"
Galen menepuk jidatnya sendiri gemas. "Ya enggalah!"
Seyna tertawa. Ia berdiri. "Gue paham kok. Ayo!" ajaknya bersemangat.
Seyna merebut ransel milik Galen.
"Eh lo--astaga, Sey!"
Seyna tersenyum polos setelah melemparkan tasnya dan Galen begitu saja.
"Untung aja hape gue engga didalam sana," rutuk Galen.
"Udah deh, jangan lebay. Ayo turun,"
Seyna turun lebih dulu, kemudian disusul oleh Galen. Keduanya berjalan beriringan menghampiri bapak tukang sapu itu, meninggalkan kedua tas yang tergeletak.
"Pak,"
Bapak itu menoleh. "Kenapa, nak?"
Galen tersenyum canggung. "Boleh saya pinjem sepedanya, pak? Sebentar aja kok,"
Dengan cepat Galen melanjutkan ucapannya saat bapak itu menyerit aneh. "Saya cuman mau keliling disini aja, bareng temen saya," Tangan Galen menunjuk motornya. "Itu motor saya pak," Ia mengeluarkan kunci dari saku celananya. "Ini kuncinya. Bapak bisa pegang sebagai jaminan,"
Bapak itu menggeleng. "Ga usah. Sepedanya pake aja nak," ujarnya ramah.
Seyna dan Galen saling pandang dengan wajah bahagia. Setelah pamitan, akhirnya mereka mengelilingi sekitaran danau dengan sepeda milik bapak itu.
"Kya!! Enak banget!"
Galen tersenyum lebar, kemudian menggayung lebih cepat.
"GALEN AWAS ADA BATU!" seru Seyna histeris.
BRUKK
Keduanya terjatuh diatas rumput. Seyna mengaduh. "Lo tuh ya! Punya mata engga sih? Buta mata lo, hah?! Untung aja gue engga kenapa-napa!" gerutu Seyna.
Galen tertawa saat melihat ekspresi gadis itu. Ia menarik tubuh Seyna agar ikut berbaring. "Maaf, gue engga sengaja,"
Seyna membiarkan tubuhnya terbaring. "Ngeselin lo! Kalau engga bisa bawa sepeda bilang,"
"Gue bisa bawa sepeda kok. Apalagi bawa hati lo, ya pasti bisalah," balas Galen ngawur dengan tawanya.
Seyna menyikut perut pemuda itu.
Mereka diam, menatap langit biru yang dipenuhi oleh awan putih.
"Gue mau pulang," Seyna bangkit membuat Galen ikut-ikutan.
"Eh, jangan dong," Galen menahan.
"Lah, kenapa? Suka-suka gue dong,"
Galen tersenyum kaku. "Main ke rumah gue aja,"
Keduanya berpandangan cukup lama, sebelum akhirnya Seyna berdiri. "Yaudah, ayo."
-------------------
Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖
Sapa para author di :
IG : Desi : @dsntrrr_
Rizka : @Sabiliarizka0807
Ismy : @ismytnzilurrahmah
Fira : ---
WP : Desi : @dsntrrr_
Rizka : @Rizkasabilia08
Ismy : @ismytnzl
Fira : ---
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger (END)
Teen FictionNama Kelompok : Cyan 12 Genre : Teenfiction Deskripsi : Menjalin hubungan dengan siapapun, selalu berawal dari dua orang yang tidak saling mengenal, alias orang asing. ----------------------------------------------------- Seyna Agatha seorang remaj...