D U A P U L U H S A T U

25 8 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Di hari rabu ini, Seyna berangkat bersama Austin. Wajah gadis itu terlihat berbeda dari biasanya. Sekarang Seyna terlihat tidak memiliki semangat, padahal biasanya ia selalu ceria.

Austin melajukan motornya tidak ingin bertanya apa pun kepada Seyna. Hingga tiba di sekolah pun, Austin tetap diam memperhatikan tingkah Seyna yang sangat jauh berbeda.

Keduanya berjalan di koridor. Tanpa sengaja Seyna melihat Galen yang tengah jalan bersama Keyra menuju arah yang berlawanan dengan arah yang diambilnya.

Diam-diam Austin melirik Seyna kemudian mengikuti arah pandang gadis itu. Austin mengangguk pelan, ternyata oh ternyata. Pertanyaannya yang sedari tadi ia pendam terjawab sudah.

Sebentar, ada bagian yang membuat Austin tidak mengerti. Hubungan antara Galen dan Seyna itu memang seperti apa? Memangnya wajar jika seorang 'teman' cemburu dengan temannya? Ah, tidak. Lebih tepatnya kenapa mereka bersikap seperti saling cemburu padahal status Galen dan Seyna hanya lah sebatas 'teman'.

Saat akan melewati Galen dan Keyra, dengan sengaja Seyna melingkarkan tangannya di pundak Austin. Austin langsung menatapnya heran, tapi mulutnya tidak mengeluarkan pertanyaan.

Sedangkan Galen berdesis, kemudian langsung merangkul Keyra. Begitu melewati Seyna, entah sengaja atau tidak, Galen menabrak bahu gadis itu.

"Eh, maksud lo apa nabrak gue?" Seyna memberhentikan langkahnya, tangannya menjauh dari pundak Austin. Matanya menatap Galen tajam.

Galen menaikkan satu alisnya. "Gue engga sengaja," balasnya santai.

Seyna berdesis, ia mendorong Galen hingga pemuda itu mundur satu langkah. "Gue tau lo sengaja! Maksud lo apa hah?!"

"Dibilang gue engga sengaja juga," kekuh Galen.

Seyna berdecih. "Lo sengaja," ucapnya penuh penekanan. "Lo selalu sengaja ngebuat gue ngerasa sakit!"

"Hebat banget lo," Seyna bertepuk tangan beberapa kali. "Kenapa lo selalu nyakitin gue? Salah gue sama lo itu apa sebenernya?"

Seyna menelan ludahnya kasar.

Entah kenapa, Galen merasa ada yang janggal dari ucapan Seyna itu.

"Gue ada salah apa sama lo, Len?" tanya Seyna dengan suara tercekat. "Oke, kalau emang gue ada salah sama lo. Gue minta maaf,"

"Sey, lo ngomong apa sih?" sela Galen cepat. "Lo engga---"

"Gue mohon, Len. Berhenti nyakitin gue," sorot mata gadis itu menyiratkan sesuatu yang membuat darah Galen berdesir.

"Gue minta tolong banget sama lo." sambungnya dengan nada lelah.

Belum sempat Galen membalas ucapan Seyna, Austin lebih dulu menyela. "Udah, Sey. Ayo kita pergi ke kelas."

Seyna membalikkan badannya, melangkah pergi meninggalkan Galen dan Keyra.

Sementara itu, Galen menatap punggung Seyna nanar.

Galen sadar. Seyna menatapnya tadi dengan rasa penuh kekecewaan. Terlihat sangat jelas, sewaktu Seyna menatapnya sebelum pergi.

Seyna berjalan sama Austin menuju kelas. Di perjalanan menuju ke kelas, Austin memulai pembicaraan.

"Sebenarnya lo kenapa bisa gitu sih sama Galen? Galen salah apa sama lo, sampai-sampai lo jadi aneh kayak gini?" tanya Austin sambil memegang kedua bahu Seyna membuatnya menghentikan langkah.

"Lo kenapa nanya soal itu ke gue? Kenapa gak sama Galen aja nanyanya? Yang jadj korban di sini itu gue," Seyna menunjuk dirinya sendiri. "Gue Tin."

Austin menyerit. "Korban? Emang lo ada hubungan apa sama Galen? Lo suka sama Galen, ya?" Austin memicingkan matanya.

"Udah deh, gak usah bahas soal ini. Gue pusing,"

"Oke, tapi lo harus jawab pertanyaan gue dulu," Austin menatap Seyna lurus pada kedua bola mata gadis itu. "Lo suka sama Galen?"

Seyna berdecak. "Tolong jangan nanya itu, karena gue engga bakalan jawab. Dan jangan maksa-maksa gue buat jawab," balas Seyna ketus. "Gue duluan."

Seyna berlalu, meninggalkan Austin.

"Heh! Tungguin!" Dengan cepat Austin menyusul gadis itu, lalu menyamakan langkahnya.

Austin meringis ketika melihat wajah Seyna yang tertekuk. "Sorry, tadi gue cuman penasaran aja."

Seyna mengangguk. "Gapapa."

***

"Austin mana sih? Lama banget," gerutu Reanna, ia mengusap perutnya yang terbalut seragam.

"Sabar kali," celetuk Valerian.

Reanna mendengus. "Ulangan yang tadi pagi, kalian jawab semua engga? Atau ada yang di skip-skip?"

"Kalau gue, ada beberapa yang dilewatin. Males." jawab Valerian.

"Gue jawab semua," Giliran Ravindra yang menjawab. "Asal-asalan tapi. Ada yang gue jawab kayak gini, 'hanya guru yang tau jawabannya'." lanjut Ravindra.

"Parah lo! Siap-siap aja lo, siapa tau dipanggil BK," ucap Reanna.

Revindra mengangkat bahunya. "Biarin aja sih,"

"Gue setuju," Velerian terkekeh.

"Nilai D mampus lo berdua!" komentar Gavin.

"Gak akan," balas Ravindra.

"Dih, engga ada yang tau dodol! Kecuali gurunya," balas Gavin.

Sementara Ravindra, Gavin, dan Reanna sibuk berbincang, pandangan Valerian tertuju pada Seyna yang sedari tadi diam.

"Diem-diem bae, Sey. Ngomong napa. Itu mulut digunain buat bicara," ujar Valerian membuat ketiga orang itu ikut menatap Seyna. "Kenapa sih? Tumben diem, biasanya juga lo yang paling heboh. Ada masalah lo?" tambah Valerian.

Seyna mengakat pandangannya dari tempat tisu di atas meja. "Gapapa. Gue cuman lagi malas ngomong aja."

"Ga sekalian males hidup, Sey?"

Reanna mendelik pada Valerian. "Apa-apaan lo ngomong kayak gitu, hah?"

"Bercanda elah."

Mereka berbincang hal random sembari menunggu Austin yang lama sekali.

"Jadi kemarin--" Ucapan Seyna menggantung saat melihat kedatangan Galen dan Keyra. Tidak, bukan ikut bergabung di meja mereka. Galen dan Keyra duduk di meja yang bersebelahan dengan mereka. Kebetulan meja itu baru saja kosong.

Tidak berselang lama, Austin terlihat dengan tangan yang membawa nampan. Begitu tiba di meja teman-temannya berada, dengan segera Austin hendak meletakkan nampan berisikan bakso itu ke atas meja.

Tapi nampan yang dibawa Austin tersenggol oleh Reanna yang tiba-tiba bediri. Kuah bakso dari dua mangkuk itu tumpah mengenai seragam Seyna.

"Astaga!" pekik Seyna kaget. Refleks, Seyna berdiri. Ia mengibaskan seragamnya, sesekali ia mengusap tangannya yang ikut terkena kuah bakso.

Akibat Reanna, Austin, Valerian, Ravindra, dan Gavin berseru heboh, mereka menjadi pusat perhatian.

"Duh, Sey. Gue minta maaf, tadi gue engga bermaksud nyenggol tangannya Austin," Reanna mengambil tiga lembar tisu sekaligus kemudian mengelap seragam Seyna.

"Panas engga, Sey?" tanya Reanna khawatir. Untung saja Gavin berinisiatif untuk mengipasi seragam Seyna menggunakan kipas yang ia ambil dari meja tetangga, bukan meja Galen dan Keyra tapi.

"Udah engga," Seyna tersenyum sekilas. "Gue ke toilet dulu,"

"Gue temenin," ucap Reanna cepat.

"Engga usah. Mending lo bantu beresin ini." Setelah itu, Seyna langsung pergi meninggalkan kantin.

Galen yang sedari tadi menguping, segera bangkit. Meninggalkan Keyra yang berteriak memanggil namanya.

"Oi! Bantuin gue beresin ini. Ga kasihan apa sama gue?" ucap Reanna setelah datang kembali dengan alat pel di tangannya.

"Gak ah, lo pel aja sendiri. Gue mau pergi pesen bakso lagi," balas Austin.

"Jahat lo! Yang lain, bantuin gue," Reanna menggerutu saat Valerian dan Ravindra menjawab tidak mau.

Gavin berdiri dari duduknya. "Sini gue bantu,"

"Ciee!! Gavin bantuin Reanna, gais!" Valerian tertawa meledek, diikuti Austin dan Ravindra.

"Gavin perhatian juga ternyata sama Reanna," timpal Austin.

"Eh-eh, engga usah, Vin. Tadi gue cuman bercanda doang," ucap Reanna cepat ketika Gavin hendak mengambil alat pel dari tangannya.

"Udah, gapapa. Biar gue bantuin," Gavin mengambil alat pel itu dari tangan Reanna. Namun dengan cepat Reanna menariknya kembali. Tapi---

"Cieee! Pegang-pegangan tangan!" Ketiga pemuda yang duduk itu tertawa terbahak-bahak melihat Gavin yang salah tingkah sedangkan Reanna, wajahnya sedikit memerah.

Disisi lain, Seyna tengah sibuk membersihkan seragamnya yang terkena tumpahan kuah bakso.

Seyna berdecak. Ia merasa tidak nyaman menggunakan seragamnya ini. "Ini kenapa bau baksonya engga hilang sih?" omel Seyna.

Setelah merasa cukup, Seyna melangkah keluar dari toilet. Baru juga ia keluar, tiba-tiba sebuah tangan yang memegang baju olahraga sekolah mereka dan hoodie berwarna hitam terulur dihadapannya.

Seyna mendongak, menatap orang itu.



-----------

Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang