D U A P U L U H D U A

19 7 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Seyna melipat baju putih abu-abunya dengan perlahan. Matanya menatap pantulan dirinya sendiri dari cermin.
Berulang kali ia menghembuskan nafas gusar.

Perasaannya terlalu larut dalam kekecewaan. Seharusnya ia bisa bersikap biasa saja saat tahu Galen hanya menumbuhkan harap untuknya.

Seyna harus sadar bahwa Galen memang hanya bisa menggoreskan luka tanpa mau mengobatinya.

Galen egois.

"Udahlah. Apa yang gue rasain engga perlu dipertahanin," Seyna bermonolog. "Jangan berharap lebih, Sey. Focus on your dream! Ga usah mikirin yang lain."

Seyna membasuh wajahnya dengan air yang mengalir. Mengambil tissu lalu mengelap wajahnya.

"Lo bisa, Sey. Jangan gegabah dan jangan keliatan senang di depan dia."

Setelah memastikan penampilannya rapi, Seyna beranjak keluar. Menarik knop pintu toilet dengan tenang.

Matanya langsung tertuju pada punggung Galen yang berdiri tidak jauh dari posisinya.

Seyna mengalihkan pandangannya ketika Galen menoleh. Galen menyinggungkan senyuman. "Gimana cocok engga? Kegedean ya?"

"Lumayan," balas Seyna pelan. "Lain kali engga usah repot-repot. Makasih."

Galen masih terus menatap Seyna. Gadis itu terus menghindari kontak mata dengannya.

"Gue mau ke kelas," Seyna melirik sekilas. "Balik sana lo, udah ditunggin sama cewek lo." Seyna menekan dua kata terakhir pada kalimatnya.

Saat Seyna hendak melewatinya, Galen langsung mencekal lengan gadis itu. "Sebenernya lo kenapa sih, Sey?"

Seyna berdecih kemudian menatap Galen dengan pandangan merendahkan.

"Jangan tanya gue. Lo punya otak 'kan? Pikir sendiri," Seyna menepis tangan Galen kasar. "Bisa-bisanya lo yang ngelakuin hal kayak gitu tapi engga diinget."

Menyebalkan sekali hari ini. Sudah ketumpahan kuah bakso, eh malah harus berhadapan sama cowok kayak Galen pula.Dan yang lebih menyebalkannya lagi adalah Seyna kehilangan selerah untuk makan siang.

Seyna berlalu. Kembali ke meja teman-temannya berada. Kebetulan toilet yang tadi ia gunakan adalah toilet yang berada di area kantin.

"Eh, lo pake baju siapa, Sey?" Reanna bertanya begitu Seyna kembali dengan seragam yang berbeda.

"Ada tadi orang yang minjemin." Seyna menarik senyum paksa. "Gue balik ke kelas duluan, ya." pamitnya.

"Loh Sey, ini baksonya belum dimakan," ucap Austin sebelum Seyna meninggalkan mereka.

Seyna menggeleng. "Buat lo aja deh. Gue pengen di kelas aja."

Reanna menahan lengan Seyna ketika hendak berbalik. "Duh, sorry, Sey. Gue engga ada maksud buat ngehancurin mood lo,"  ujar Reanna, merasa bersalah karena tidak sengaja merusak mood teman sebangkunya itu.

Seyna tertawa garing. "Santai aja sih, Re. Gue cuman lagi males di kantin. Soalnya ada orang sok perhatian padahal lagi bareng ceweknya disini. Muak gue. Makanya pengen langsung balik ke kelas."

Reanna mengerutkan dahinya bingung. Sementara Austin, paham betul orang yang Seyna maksudkan adalah Galen yang tengah menatap gadis itu dengan pandangan nanar dan bersalah.

"Yaudah-yaudah. Lo balik aja ke kelas, nanti gue bungkusin makanannya," sahut Austin.

Ah Austin paling mantap. Dia mengerti apa yang Seyna butuhkan. "Makasih, tapi engga usah dibungkusin. Lo makan aja."

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang