D U A P U L U H T I G A

25 7 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Seyna turun dari atas motor Arkan, kemudian melepaskan helmnya.

"Padahal engga usah jemput aku, kak. Takut ngerepotin," ucap Seyna sembari mengembalikkan helm tersebut pada pemiliknya.

"Engga ngerepotin sama sekali kok. Santai aja," Arkan turun dari atas motornya. "Lagian kita juga udah sampe di sekolah, masa iya mau balik ke rumah lo lagi, terus ngebiarin pergi sendiri. Buang-buang bensin,"

"Bukan gitu maksudnya, kak. Aish pokoknya itu lah,"

Arkan terkekeh, ia mengusap singkat rambut Seyna yang sudah terikat kembali. "Udah ah, dari pada lo protes mulu mending bilang makasih sama gue,"

Seyna menarik kedua sudut bibirnya, membentuk senyum lebar. "Makasih atas tumpangannya kak Arkan!"

Arkan menahan senyum melihat Seyna yang tampak sangat menggemaskan. "Ga usah ngegas kali, Sey. Biasa aja ngomongnya,"

Seyna mendengus. "Aku ngomongnya biasa aja kali, kak."

"Iya deh iya," balas Arkan. "Ayo masuk."

Seyna mengangguk. Lalu keduanya berjalan bersisihan menuju ruangan karate.

"Kak Arkan ikut turun lomba?" tanya Seyna sembari menatap Arkan dari samping.

Arkan menggeleng. "Maunya sih ikut. Tapi engga bisa, gue udah kelas dua belas harus fokus belajar,"

Seyna menepuk jidatnya sendiri. "Ah, iya. Aku lupa kalau kelas dua belas itu udah engga bisa ikut,"

Dengan sengaja Arkan menyenggol lengan gadis di sebelahnya. "Dasar pikun. Makanya banyakin makan ikan,"

"Bukan pikun, kak. Tapi emang kebetulan aja lagi lupa," ralat Seyna.

Arkan mengangkat satu alisnya. "Mana ada lupa yang kebetulan? Ngawur lo,"

"Ada tau!"

"Kata siapa?"

"Kata aku lah!"

"Dasar," Pemuda itu menoyor pelan kepala Seyna. "Jangan menciptakan sesuatu yang engga ada deh, Sey."

Seyna menyerit, ia menghentikan langkahnya ketika sudah berada di depan pintu ruangan karate. Arkan ikut berhenti. Keduanya saling berdiri berhadapan.

"Ciptain kayak gimana maksudnya, kak?"

"Kayak menciptakan sebuah perasaan yang seharusnya engga ada," Arkan menyinggungkan senyum kala Seyna semakin menyerit.

"Kak Arkan ngomong apa? Aku engga ngerti,"

"Gue ngomongin soal perasaan yang engga terbalaskan," jawab Arkan lugas.

Seyna menerjap. "Apa sih, kak?"

"Gue--"

"Aku masuk duluan ya, kak!" potong Seyna cepat kemudian membalikkan badannya lalu berjalan cepat memasuki ruangan karate.

Sementara itu, Arkan hanya diam menatap Seyna dari belakang.

Ah, kenapa rumit sekali?

***

Begitu masuk ke dalam ruangan karate, Seyna meletakkan tasnya di pinggir kemudian ikut duduk di lantai bersama dengan yang lainnya.

Sebisa mungkin Seyna menahan diri untuk tidak mendengus saat Keyra datang dan langsung duduk di sebelahnya.

"Pagi Seyna!" sapa Keyra riang.

Seyna menoleh, memperlihatkan senyum terpaksanya yang tidak disadari oleh Keyra."Pagi." Setelah itu Seyna membuang muka, engga menatap Keyra lebih lama.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang