D E L A P A N B E L A S

20 9 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Reanna membuka knop pintu UKS dengan pelan, matanya menatap sekeliling. Mencari keberadaan Seyna, yang katanya tadi memasuki UKS.

Namun, siapa sangka. Reanna justru melihat pemandangan sahabatnya yang sedang berada dipelukan Galen. Mulutnya sedikit terbuka tidak percaya.

Sejak kapan dua remaja itu menjadi akrab, seperti saat ini. Reanna memelankan derap langkahnya yang mendekati mereka. Tidak bermaksud untuk menganggu, namun ia juga penasaran.

"Re, engga usah kayak maling gitu. Pake acara ngendap-ngedap segala," seru Seyna, kemudian menjauhkan diri dari Galen.

Seyna menoleh, bayangan Reanna muncul samar-samar di kaca jendela.

Reanna tersenyum kikuk. Tapi, setelahnya ia kembali terkejut saat melihat wajah Galen yang babak belur.

"Astaga! Make up lo serem amat, Len. Mau ikut challenge yang di tiktok, ya? Yang pada babak belur gitu mukanya," ucap Reanna asal.

Seyna memukul bahu Reanna, yang kebetulan sudah berdiri di dekatnya. Mungkin pukulan Seyna memang keterlaluan, hingga membuat Reanna meringis.

"Kok bisa kayak gini sih?" tanya Reanna sembari mengusap bahunya yang tadi menjadi korban.

Seyna mendengkus. Ternyata sahabatnya ini, kepo sekali.

"Bisa lah, orang dia nyari gara-gara sama preman," cibir Seyna yang masih kesal karena Galen sebegitu cerobohnya mengganggu preman.

Untung cuma babak belur seperti sekarang, coba kalau sampai lebih dari ini.

"Kenapa lo ngerusuhin preman?  Nyari mati lo?" tanya Reanna lagi kepada Galen.

"Menyalurkan amarah yang terpendam," jawab Galen singkat, melirik Seyna sejenak. Reanna mengangguk mengerti.

"Kalian lagi ribut?"

Seyna berdecak. "Udah deh, Re. Nanya mulu lo. Masuk kelas aja sana,"

"Ah, iya! Ada mapel Pak Jaka," Reanna berdecak. "Bisa biru-biru badan gue kena penggaris kalau telat," Matanya menatap Seyna. "Lo jangan sampai telat masuk kelas."

Reanna membalikkan badannya, lalu berjalan cepat meninggalkan UKS. Tanpa diberi tau pun, Seyna tau bagaimana galaknya Pak Jaka.

"Lo bisa balik ke kelas sendiri 'kan?" tanya Seyna dengan nada hati-hati.

"Bisa dong. Gue bukan anak kecil yang kalau jatuh, langsung minta digendong," canda Galen.

"Gue cuman nanya kali," cibir Seyna. "Gue ke kelas duluan kalau gitu, cepet sembuh tuh luka."

***

Dengan tidak sabaran, Galen mengetuk pintu kelasnya. Untung saja, sekarang adalah pelajaran Bu Anjani. Guru yang terkenal lemah lembut dan baik hati.

Guru yang tengah menerangkan itu, menoleh kaget, melihat luka-luka di wajah Galen.

"Astaga, Galen! Kamu ini, pasti berantem terus ya? Ga ada kerjaan lain apa?" ucap Bu Anjani serius.

Galen meringis. "Baru sekali, Bu. Lagian maklum, namanya juga anak laki-laki, Bu. Wajar kalau berantem."

Pemuda itu berjalan tenang menuju bangkunya. Tidak memperdulikan tatapan dari teman sekelasnya yang terlihat penasaran.

"Lah, muka lo kenapa bisa kayak gini, Len?" heboh Gavin.

Gavin menyentuh luka lebam yang ada di pipi Galen. Membuat Galen langsung berteriak kesakitan.

"SAKIT BEGO!!"

Galen menahan sumpah serapah dalam hati. Ia membuat gerakan 'maaf' saat Bu Anjani menatap dirinya.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang