D U A P U L U H E N A M

17 4 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Seyna masih menunduk menatap kartu undangan pesta ulang tahun salah satu kakak kelasnya. Pesta itu akan diselenggarakan pada malam minggu, dimulai dari jam setengah delapan.

Seyna bingung, apakah dia perlu datang atau tidak? Malam minggu itu enaknya digunakan untuk rebahan atau ngemil sambil marathon nonton film. Kalau Seyna tidak datang, yang ada nanti dirinya dikatain sombong lagi.

"Udahlah, lo dateng aja kali. Ada gue," Seyna mendongak menatap Reanna yang duduk di sebelahnya.

"Gue males," ungkap Seyna, ia menyandarkan dirinya di tembok luar kelas. "Pasti bakalan rame banget."

Sentilan langsung Seyna dapatkan secara gratis dari Reanna. "Yaiyalah, bambang! Namanya juga party, pasti rame lah. Noh coba lo ke kuburan kalau mau yang sepi-sepi."

Helaan nafas sebagai tanggapan dari Seyna. Matanya menatap ke arah langit biru yang kadang tertutupi akibat siswa-siswi yang berlalu lalang di koridor.

"Gue engga ada baju pesta," Seyna tidak sepenuhnya berbohong. Seyna memiliki beberapa potong baju pesta yang sudah sangat lama sekali.

"Eh, Miska!" Ingin sekali rasanya Reanna menjitak kepala sahabatnya itu. "Party-nya masih hari sabtu, oi! Dan ini baru hari kamis. Lo masih punya banyak waktu buat beli dress."

Seyna mendesah gusar. "Ribet, Re. Gue lagi males pake banget,"

"Halah, alasan aja lo." Reanna menendang kaki Seyna membuat yang ditendang balik melakukan hal yang sama. "Gue engga mau tau. Pokoknya lo harus dateng ke party-nya kak Cathleen! Nanti urusan baju, gue temenin belanja,"

"Tapi--"

"Ga ada yang mau nganterin? Gampang, nanti gue jemput." potong Reanna cepat.

"Tapi--"

"Udah, ngga usah banyak tapi-tapi segala."

Seyna mendengus.

"Yok masuk ke kelas. Koridor makin rame, sesak gue," Reanna bangkit dari duduknya. "Ayo bangun,"

"Iye-iye!"

Reanna berjalan lebih dulu, bahkan menghilang di balik pintu tanpa menunggu Seyna.

Ketika akan membelokkan diri memasuki pintu kelas 11 IPS 2, netranya bertubrukan dengan orang yang belakangan ini 'benar-benar' menghindarinya.

Dengan cepat Galen mengalihkan pandangannya kemudian membalikkan badannya.

Hal itu tentu membuat Seyna semakin sadar, kalau memang Galen menghindarinya sejak kejadian di rumahnya malam itu.

Decihan meluncur dari mulutnya.

***

"Make up gue engga ketebelan 'kan, Re?"

Reanna berdecak. "Serius, Seyna! Lo udah nanyain ini dari tadi, dan jawaban gue tetep sama. Engga," Ia menekan kata terakhir pada akhir kalimatnya.

"Gue cuman nanya doang kali, ngegas banget sih lo," balas Seyna sembari terus berkaca di kamera ponselnya.

"Gimana gue engga ngegas coba?! Lo udah nanya ini berkali-kali, Sey! Berkali-kali!" jerit Reanna tertahan. Sungguh, Seyna ini menyebalkan sekali.

"Dikali berapa tuh?" sahut Seyna sembari mengusap pelan pipinya agar bedak yang ia gunakan semakin di depan, salah. Maksudnya semakin rata.

"Bodo amat!" Reanna melepas kunci mobilnya dan segera keluar. "Buruan keluar atau gue kunciin."

BLAM!

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang