S E P U L U H

28 11 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

"Parah lo, Sey!"

"Lebay lo,"

Reanna mendengkus kasar seolah Seyna baru saja melakukan suatu kesalahan yang membuat cewek itu terlihat sangat tak pantas.

Reanna melipat kedua tangannya didepan dada. Matanya menatap sosok Seyna yang sedang bersiap untuk berganti pakaian karatenya.

Reanna menghadang langkah Seyna saat gadis itu hendak berjalan menuju tempatnya untuk latihan karate yang membutuhkan tenaga extra. Padahal Seyna tau kalau kondisinya tidak begitu sehat, tapi Seyna keras kepala, baginya karate itu separuh hidupnya.

"Lo masih sakit," ucap Reanna saat tangannya menyentuh kening Seyna.

"Gue baik-baik aja. Lebay lo, cuman demam dikit sama pusing doang juga. Gue udah minum obat tadi. Udahlah santai aja," balasnya.

"Jangan bilang kalau ortu lo engga tau kalau lo lagi gak sehat, makanya lo masuk sekarang. Ngaku lo?" Ia menunjuk Seyna menggunakan jarinya dengan mata memicing.

Seyna terkekeh. Ia menyingkirkan jari sahabatnya.

"Lo pulang sana. Gue latihan bentar doang. Sakit itu dilawan jangan dimanjain biar engga betah tuh penyakit."

Setelahnya, Seyna berlalu.

Reanna melongo. Bagaimana mungkin Seyna lebih memperdulikan karatenya dibandingkan kesehatannya sendiri?

Ia mengambil ponselnya, mencari nama seseorang untuk dihubungi. Lebih tepatnya orang yang bisa membuat Seyna pulang cepat.

***

Reanna :
Seyna latihan karate
Lo bujuk dia pulang gih
Udah gue paksa tapi gak mempan

Cukup lama Galen menatap pesan dari Reanna. Ia mendengus kasar. Ponselnya ia masukkan ke dalam saku celana. Perasaannya kalut antara khawatir dan marah. Ia melangkah pergi.

Galen mengintip dari jendela yang terlihat gelap dari luar tapi membuat didalam terlihat jelas.

Matanya menatap Seyna yang tengah duduk sambil mengipas wajahnya menggunakan kertas bekas. Dari sini saja Galen bisa merasakan kalau Seyna benar-benar tidak sehat.

Suara pintu yang didorong kasar berhasil membuat Galen menjadi pusat perhatian. Mereka menatap Galen bingung.

Ia menatap Seyna tajam. Berjalan menghampiri kemudian menarik lengan gadis itu kuat.

Terpaksa Seyna mengikuti langkah Galen yang menariknya keluar dari ruangan karate.

"Lepas, woy!" Seyna memberontak namun hal itu tidak membuat Galen menuruti keinginannya. Tangannya dicengkram erat hingga ia merasakan kesakitan.

"LEPASIN GALEN!"

Seyna menyentakkan tangannya kasar membuat ia berhasil melepaskan tangan Galen. Ia mengelus pergelangan tangannya yang memerah.

Melihat itu Galen merasa bersalah.

"Sorry, gue engga bermaksud buat nyakitin lo," ucapnya sembari mendekat hendak mengelus pergelangan tangan Seyna.

Seyna mundur beberapa langkah, matanya menyorot Galen penuh kebencian.

"Maksud lo apa?! Datang kayak orang kesetanan, ganggu orang latihan. Lo kira apa yang lo lakuin itu bagus?!" ujar Seyna dengan suara meninggi. Matanya menatap tajam.

"Gue cuman khawatir sama lo, Sey. Lo masih sakit. Kenapa harus maksain diri buat latihan sih?"

Seyna tertawa meledek pemuda didepannya. Tau apa dia, sampai sok peduli seperti ini?

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang