DEVIL

7.4K 524 4
                                    

Seakan ada sinar yang menerangi hidupnya kembali, Alvin kembali bergairah untuk hidup. Ia kembali berpakaian rapi seperti biasa.

[Siapkan semua mafioso untuk mencari keberadaan Nissa di Bandung! Saya minta laporan dalam 24 jam terakhir!]

[....]

Tut!

"Aku akan datang menjemputmu Khumaira." Alvin berbegas menuju markasnya, ia tidak ingin membuang banyak waktu lagi, terutama untuk membunuh sang dalang.

"Ajalmu akan segera menjemput! Dan tanganku yang akan menjadi saksinya."

_____

"Apa Kaila sudah sadar? Aku tidak akan langsung membunuhnya, sebelum ia merasa tersiksa." Alvin tersenyum devil, ia sudah tidak sabar untuk menyiksa j*lang itu.

"Sudah Tuan, dia ada di ruang itu kembali," ujar seorang mafioso yang berjaga.

Jika kalian berada di markas seorang mafia, jangan berharap bisa kabur, penjagaan yang ketat, juga dengan teknologi modern yang akan membuatmu merasa semakin tersiksa.

Derap langkah kaki Alvin sudah semakin mendekat, baginya ini adalah kesenangan tersendiri.

"Hallo, bagaimana dengan harimu?" Alvin tersenyum penuh kemenangan, sudah dipastikan kemenangan akan ada di tangannya.

"Kenapa kau tidak langsung membunuhku! Kau sudah menyiksaku, namun kau yang menyembuhkannya sendiri. Apa kau belum puas?!" tanya Kaila, tangannya memegang perut yang masih terasa sakit, rasa trauma itu masih ada pada dirinya.

"Aku ingin bersenang-senang dulu, cukup itu." Alvin membawa jarum pentul, kemudian ia menyodorkan pada Kaila. "Kau tahu ini apa?" tanya Alvin tersenyum smirk.

"Itu jarum pentul b*go!" ujar Kaila yang sudah merah padam.

Bles!

"Satu tusukan karena kau sudah tidak sopan."

"Suka hati lo b*go, gue benci sama lo!" Kaila memegang tangannya yang sudah bercucuran darah segar.

Bles!

Satu tusukan kembali dilakukan Alvin, ia menusuk bagian pipi Kaila, senyum itu semakin melebar.

"Seneng lo? Hidung belang!" Kaila masih bisa tersenyum, pipi yang sudah berlumuran darah, seakan tidak ia rasakan.

Bles!

Bles!

Bles!

Alvin menusuk bagian perut Kaila, rasanya ia cukup puas bermain-main.

"Kurasa aku sudah puas, sekarang intinya saja." Alvin membuang jarum pentul yang sudah penuh darah tersebut.

"S-sakit ...!" ringis Kaila nyaris tak terdengar.

"Pasti, dan ini akan lebih menyenangkan dari tadi," ucap Alvin, ia keluar meninggalkan Kaila sejenak, untuk mengambil sesuatu.

Alvin datang membawa sesuatu di tangannya, permainan baru saja akan di mulai. Kini Alvin seperti Vampire yang haus akan darah.

"Oke, garam ini akan menjadi obat pereda rasa sakitmu. Apa aku baik? Tentu." Alvin mendekat, ia menaburi luka pada Kaila dengan garam.

"Jangan b*go, ssss ... Sa-sakit!" Kaila meringis, ia seakan sedang berhadapan dengan Iblis tampan.

"Tunggu sebentar, aku lupa memberikan hadiahmu," ucap Alvin, ia memegang sebuah pisau di tangannya.

"Kurasa jari di tanganmu terlalu panjang, mari aku bantu potong!" Alvin tersenyum, ia memberikan senyuman manisnya untuk Sang Kaila.

Sret!

Sret!

Berhasil, dua jari sudah terpotong sempurna oleh Alvin. Ia sudah tidak sabar untuk melakukan yang lebih asik dari ini.

"Hiks ..., kau kejam!"

"Kurasa, kau masih kecil, kau jangan melihat adegan seperti ini! Sebaiknya aku bantu agar kau tidak bisa melihat." Alvin memegang kembali pisau karatan itu, ia tertawa penuh kejahatan.

Bles!

Bles!

"Ahk! Iblis!" teriak Kaila penuh rasa sakit, rasa sakit di perut saja belum sembuh benar, kini rasa itu bertambah.

"Kau tidak perlu bawel! Aku akan bantu agar kau menjadi lebih cool dan irit berkata-kata."

Sret!

Bibir merah milik Kaila kini menjadi suing, Alvin kembali tersenyum devil.

"Lebih baik kau tidak perlu mendengar lagi!"

Sret!

Telinga Kaila berhasil ia potong, lengkap sudah rasa bahagia Alvin. Katakan saja dia manusia tidak punya perasaan!

"Sudah cukup, nyawamu akan melayang saat ini juga."

Dor!

"Hahaha ...."

"Khumaira, aku datang!

Maaf telat up, saya tenggelam oleh tugas sekolah, maaf sekali lagi.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang