NISSA?

8.2K 543 8
                                    

Hallo guys Author come back, maaf baru up, Author lagi sibuk, maaf banget.

Tanpa banyak bacot lagi, yu mulai baca.

***

POV NISSA ....

Sungguh aku kecewa, aku bukan wanita sempurna yang bisa menerima semuanya dengan ikhlas, hati aku teriris, sakit.

Aku tak tahu kaki ini membawa diriku kemana, yang pasti aku terus berjalan agar bisa menjauh darinya, aku tak sanggup.

Aku tak percaya akan semuanya, pria yang selalu membuat kehangatan padaku kini beralih membuatku sakit, sakit tak berdarah.

Sakit tak berdarah jauh lebih sakit di banding sakit yang memang terlihat adanya luka, sungguh aku tidak kuat melihat semuanya.

Orang yang paling aku percaya, namun sekarang berbanding terbalik, aku kecewa sungguh kecewa.

***

Dengan mata sembab dan tenaga yang masih tersisa, aku mencoba untuk mencari tempat istirahat di dekat sini.

Tak hentinya air mata membanjiri pipi yang tertutupi oleh niqob sebagai penutup.

Semakin sering aku mencoba melupakan dan mengikhlaskan semuanya, semakin banyak pula air mata yang tidak bosannya terus membanjiri pipi.

Bukan hanya air mata yang terus membanjiri pipi, tapi juga hati yang terus di selimuti kenyataan pahit.

Hari ini memang cerah, namun tidak dengan suasana hati yang gelap bagai tengah malam yang penuh akan sepinya dunia.

***

Aku menduduki kursi di bawah pohon rindang, angin terus mengugurkan daun-daun yang jatuh pada diri ini.

Aku hanya bisa diam dan mengkosongkan pikiran, tiba-tiba mobil hitam pekat berhenti tepat di depanku.

Siapa dia? Apa tujuannya? Apa dia Kak Alvin? Banyak pertanyaan yang tiba-tiba muncul di benakku.

Semua pertanyaan terjawab kala sang pemilik mobil itu turun dari kendaraannya.

"Cepat ikut denganku Nona," ucapnya dengan bersedekap dada.

Pria berkumis dengan kisaran usia 45 tahun itu memandangku tanpa henti, aku hanya diam dan merasa sangat risih karena terus dipandang olehnya.

Pikiran-pikiran negatif terus bermunculan, sampai aku tak sadar dia menyuntikan obat bius pada diri yang sudah lemah tak berdaya ini.

Pandangan mulai kabur, dan aku tidak tahu apa kelanjutannya.

***

Redup-redup pandangan mulai terlihat, tubuh ini terasa seperti remuk.

"Aws ...," tanganku terasa sangat sakit, pantas karena dia mengikatnya erat.

Aku terus berusaha membuka tali itu, namun nihil semua hanya sia-sia saja, malah membuat tangan lebih sakit.

Entah di mana sekarang aku, yang pasti aku sedang berada di vila sederhana, tidak ada seorang pun di sini.

Tiba-tiba ....

"Hallo Nona," sapa pria berkumis, namun aku hanya tak acuh.

"Kau bisu apa bagaimana hah?!" bentaknya, aku hanya bisa diam dan sebisa mungkin membendung air mata, aku belum pernah dibentak.

"Aku sangat penasaran dengan wajahmu, apa karena kamu jelek lalu kamu menutupnya?" tanyanya sambil memainkan kumis.

Aku hanya diam, tidak peduli dengan ucapannya, aku hanya takut dia berbuat nekad, sedangkan tanganku masih diikat.

"Oke, kau semakin membuatku penasaran." ujarnya smirk.

"Jangan macam-macam kamu!" ujarku dengan ketakutan setengah mati.

"Tenanglah baby,"

Pria itu terus mendekat ke arahku, aku hanya bisa diam dan menunduk ketakutan, aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Tangannya telah memegang ujung tali niqobku, satu air mata mulai lolos dari pelupuk mata.

Sebisa mungkin aku coba melepaskan tali yang mengikat tanganku sebelum sesuatu yang tidak di inginkan terjadi.

Namun itu semua terlambat, dia telah melihat wajahku, wajah yang selama ini ku tutup agar terjaga dari syahwat para ikwan, wajah yang aku tunjukkan pada suamiku.

Ini ke dua kalinya ada pria selain Kak Alvin dan Abi melihat wajahku, seketika badanku lemas.

Harapan mulai pudar, dan seakan dunia berhenti berputar, namun kenyataan pahit tetap berlanjut.

Pria itu diam tak berkutik, dia terus memperhatikan wajahku, aku tahu, aku tahu memang aku berbeda dari wanita pada umumnya, namun ini bukan hanya sekedar kelebihan, namun juga ujian padaku agar lebih bisa menjaganya, bukan memamerkannya.

Bukannya aku tidak bersyukur, tapi ini bagai ujian yang paling sulit, dan aku tidak mau menyerah begitu saja.

"Baby, apa aku tidak salah lihat?" tanyanya sambil tersenyum lebar, dia terus mendekat ke arahku.

'Ya Allah, lindungi hamba, lindungi hamba dari kejahatan yang terus mengintai, dan niat kejahatan dari pria di hadapan hamba, ya Allah.'

Air mata sudah tidak bisa dibendung lagi, aku berontak, dia mendekap erat, dekapan yang sama sekali tidak aku inginkan.

"Kau membuatku panas dingin sayang," bisiknya tepat di telingaku yang sontak membuatku merinding ketakutan.

"Baru melihat wajahmu saja nafsuku sudah muncul, apa lagi yang lain sayang,"

Pria itu menjauh sedikit dariku, sedikit membuatku lega, namun itu tidak begitu lama, dia membuatku kembali ketakutan.

"Oh sayang, aku menginginkanmu." ujarnya menyeringai.

Pria itu memegang bagian ujung hijabku, aku tak bisa lagi menahan semuanya.

'Khullah, tolong Nissa, maafkan Nissa karena tidak percaya pada Khullah, dan malah membuat masalah lebih banyak, maafkan Nissa.' batinku.

Aku tersenyum kecut menyadari semua kesalahan dan ke salah fahaman yang telah ku buat sendiri, dan malah membuat mala petaka.

Pria itu mulai membuka hijab syar'i aku perlahan, dan aku tidak bisa melakukan penolakan apapun.

Aku hanya bisa memohon pertolongan pada yang maha kuasa di atas sana.

Kini hijabku sudah terbuka sepenuhnya, lengkap sudah rasa bersalahku pada suami yang selalu terus menjagaku.

Bersambung.

Jangan lupa follow and vote.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang