PELAKOR

9.7K 605 7
                                    

Hallo guys Author come back, maaf telat up ana lagi kurang enak kemarin.

Tanpa banyak bacot lagi yu mulai baca ...

***

Mereka'pun pergi menuju kamar dan langsung terlelap dalam pelukan hangat dari pasangan halal.

Inilah indahnya pasangan halal, melakukan apapun tanpa takut dosa, dan yang di dapat malah pahala.

Tidak seperti orang pacaran, nikmat sih iya, tapi yang di dapat malah dosa, pikirin si DIA dosa, tatap dia dosa, jadi cepat nikahi pasangan kalian sebelum dosa kalian semakin membanyak, sesungguhnya Allah maha pengampun atas hambanya.

***

Nissa terbangun dari tidurnya masih dalam keadaan saling berpelukan.

Ia tersenyum melihat wajah tampan suaminya yang berada tepat di depan wajahnya, larut dalam hayalan, Nissa tidak menyadari bahwa sang suami sudah terbangun.

Cup ...

"Morning kiss, manis sekali," ujar Alvin sambil tersenyum menggoda.

Blush ...

Nissa menyembunyikan wajahnya di dada bidang Alvin yang tanpa baju, Alvin merasakan panas dingin, ia takut tidak bisa mengontrol dirinya.

"Kamu lagi mikirin Khullah ya tadi? Jangan-jangan kamu piktor lagi!" goda Alvin sambil mengangkat wajah Nissa.

"Apaan sih, yang ada Khullah yang piktor, pagi-pagi udah main cium tanpa izin." geram Nissa sambil menjauhkan Alvin darinya.

"Yaudah, aku mau cium kamu lagi boleh? Tuh aku udah izin dulu. Lagian bibir kamu itu menggoda banget, aku tersiksa tau nggak?!" Alvin merapatkan kembali tubuh Nissa pada pelukannya.

"Nggak boleh, Khullah aja yang mesum, Nissa mau mandi dulu ih, awas!" Nissa memukul dada Alvin, namun tidak berpengaruh pada sang mpu.

"Kalau Khullah nggak gituh, kita nggak bakal punya anak," ucap Alvin.

Seketika wajah Nissa menjadi murung, Alvin yang melihat itu sontak mendekap Nissa erat.

"Maafin Nissa karena belum ngasih Khullah keturunan, maaf ...," lirih Nissa bersamaan dengan turunnya tetesan air mata.

"Khullah nggak papa, Allah hanya belum kasih aja, kita terus berusaha ya," ucap Alvin sambil mengelus rambut Nissa.

"Berhentilah menangis, kamu tahu'kan satu tetes air mata wanita jatuh karena laki-laki, maka seratus cambukan di neraka bagi laki-laki yang telah membuat air mata sang wanita itu jatuh." ujar Alvin tulus sambil mengusap pipi Nissa yang terbanjiri air mata.

"Udah ya," lirih Alvin.

"Maafin Nissa, Nissa janji bakal kuat, Nissa nggak mau Khullah nanti di siksa karena Nissa." ucap Nissa tulus.

"Menangis itu fitrah manusia, apa lagi perempuan yang memang mudah menangis, karena Allah membuat wanita special, perasaan lebih di utaman dari pada pemikiran," ujar Alvin sambil mengeratkan pelukannya.

"Perbandingannya perasaan sembilan dan pemikiran satu, kamu itu makhluk Allah yang special," jelas Alvin.

"Menangislah kalau itu membuatmu lebih baik, tapi jangan menangis di depanku, aku tidak bisa melihat itu," ucap Alvin dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Makasih udah mikirin perasaan aku dan tentunya perasaan semua wanita." Nissa membalas pelukan Alvin dengan erat.

"Udah ya, tadi katanya mau mandi," Alvin mencium kening Nissa tulus.

"Oh iya, Nissa lupa," jawab Nissa cengengesan, Alvin hanya geleng-geleng kepala.

"Mandi bareng boleh?" tanya Alvin sambil tersenyum misterius.

"Eh, mmm ... Nanti aja ya, kan Nissa sekarang lagi dapet, nggak papa kak?" ucap Nissa pelan takut sang suami marah.

"Yaudah deh," ucap Alvin akhirnya, tentu dengan perasaan kecewa, rasanya hari ini dan kemarin dia begitu sial.

"Eh,"

Cup ...

Nissa mencium bibir Alvin sekilas dan langsung ngacir ke kamar mandi, Alvin melongo di tempat, baru pertama kali Nissa yang mencium bibirnya, biasanya dia bukan Nissa, kayak ada manis-manisnya gituh (jomblo yang sabar ya).

"Ya Allah, Khullah ngerasa lagi mimpi di bawa terbang." ucap Alvin dengan senyum yang terus merekah di bibirnya, ia terus meraba bibir yang baru saja merasakan kehangatan.

***

Nissa di kamar mandi merasa kebingungan, dia lupa membawa handuk dan baju ganti karena saking malunya akibat kejadian tadi.

"Gimana ya? Mana baju tadi udah basah lagi," monolognya.

"Kak! Khullah!" teriak Nissa memanggil sang suami, namun tidak ada sahutan dari orang yang di cari.

Nissa mengira bahwa Alvin sedang tidak berada di kamar, ini adalah kesempatan emasnya, walau bagaimana'pun pasti malu.

"Ini adalah kesempatanku,"

Nissa jalan mengendap-endap menuju lemari yang berada di sudut kamar.

Saat sedang membuka pintu lemari, pintu kamar juga terbuka secara bersamaan, dan pelakunya siapa lagi kalau bukan Alvin.

Pipi Nissa sudah berubah menjadi merah, dia menjadi patung seketika, Alvin? Dia hanya diam memperhatikan sang istri dengan tersenyum evil.

"Aaaaaaaaaa!" teriak Nissa menggelegar, yang bisa saja membuat gendang telinga orang yang mendengarnya pecah.

"Cepat pergi! Hus-hus,"

Alvin yang tak ingin menjadikan masalah baru hanya pergi dengan muka cute, baru saja di bawa terbang malah di jatuhkan begitu saja, sakit.

Nissa bernafas lega dan langsung memakai pakaiannya secepat mungkin.

***

"Yang, jalan-jalan yu," ucap Alvin sambil berbaring di paha Nissa.

"Emang mau kemana?" Nissa mengelus rambut Alvin sayang, sampai sekarang Nissa masih merasakan malu akibat kejadian tadi.

"Ada aja, mau nggak?" Alvin berbalik dan memeluk Nissa cepat.

"Astagfirullah, Khullah ngagetin aja!" geram Nissa sembari mengusap-usap dadanya, si mpu malah cengengesan.

***

Mereka kini berada di pusat perbelanjaan kota ternama di kota Jakarta.

Nissa tersenyum bahagia di balik cadarnya, karena jarang sekali dia bisa keluar rumah kalau tidak dengan Alvin.

Alvin membawa Nissa menuju kota buku, dia berniat untuk membelikan istrinya novel, karena ia tahu bahwa istrinya suka membaca.

"Khullah," panggil Nissa.

"Apa khumaira?" tanya Alvin.

"Nissa boleh nggak beli buku?" tanya Nissa dengan muka puppy eyes namun tertutup oleh cadarnya.

"Memang itu niat Khullah, beli aja semua yang Khumaira mau." ucap Alvin enteng (sultan mah bebas ya kan?).

"Yang bener kak?" tanya Nissa antusias, Alvin hanya mengangguk pasti.

Alvin hanya mengekor di belakang Nissa, sesekali dia membantu mengambilkan novel yang berada di atas, maklum orang pendek bisa apa.

Saat sedang asyik mencari-cari novel, dari belakang ada yang tiba-tiba memeluk Alvin.

Alvin terkejut lalu dengan cepat menepis sang mpu, Nissa juga tak kalah terkejut.

Nissa kecewa dengan Alvin, di tambah api cemburu yang membara menguasai pikirannya.

Nissa pergi berlari meninggalkan Alvin bersama sang pengacau.

Saat Alvin hendak mengejar Nissa, ada tangan tangan yang mencekalnya spontan.

Alvin geram, ia takut sifat psikopatnya muncul pada saat yang tidak tepat, masalahnya ini adalah tempat umum, ia tidak mau identitasnya terbongkar begitu saja.

"Siapa lo sebenernya?" tanya Alvin tegas penuh amarah dan tetap dengan sifat dinginnya.

"Aku ...,"

Bersambung.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang