GAGAL

7.4K 550 10
                                    

Up ....

_____

Mobil yang dikendari Alvin dan Nissa masuk jurang yang cukup curam.

"Aaaaaaa ...!"

Bruk!

Mobil mereka berguling-guling cukup jauh dari tempat awal. Terlihat asap mulai keluar dari mesin depan mobil.

"Ssss ... Ahk!" Alvin meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya, untung tadi dia menggunakan seatbelt sehingga tidak terjadi benturan yang cukup keras di kepalanya.

Ia melirik wanita di sebelahnya yang sudah tidak sadarkan diri. Dirinya sudah mulai khawatir yang berlebihan, terlihat wajah putihnya yang semakin memucat.

Asap di mesin depan mobil semakin menebal, terlihat Alvin berusaha mengangkat Nissa dengan sisa tenaga yang ada pada tubuhnya.

"Shit! kenapa aku begitu lemah jadi pria?!"

Alvin terus berusaha, sejurus kemudian ia membuka pintu mobilnya, mobil yang sudah terbalik.

Ia berlari sekuat tenaga, meninggalkan mobilnya yang sudah mengeluarkan api. Beberapa detik kemudian ....

Duar!

Alvin terjatuh di atas rerumputan, Nissa yang sekarang terasa lebih berat. Ia tersenyum melihat Nissa yang ada di dekatnya, dengan selamat.

"Sayang, bangun ... Jangan tidur mulu dong! Aku rindu, bangun ya ... Aku kesepian." Alvin mengusap pipi Nissa yang tertutupi niqob yaman warna hitam. Terlihat ia tersenyum lebar, menarik sudut bibirnya perlahan.

"Aku akan tunggu kamu, putri tidur." Nissa ia baringkan di paha miliknya, sesekali ia mengecup pelan kening sang istri.

"Lama banget sih! Gak bosen apa tidur mulu?" monolog Alvin. Ia memperhatikan segala penjuru arah yang ada di hutan ini, hutan rimbun.

Nissa mengerjapkan matanya perlahan, sontak Alvin memandang ke arahnya. Ia mengusap sayang kepala Nissa.

"Alhamdulillah, kamu udah sadar," ucap Alvin dengan raut wajah sumringah, ia kembali menarik sudut bibirnya melengkung.

"I–ya, Kak ... Sakit, hiks." Punggung Nissa bergetar hebat, membuat Alvin gelagapan. Ia berusaha untuk membuat Nissa tenang.

Alvin memeluk Nissa penuh kehangatan. "Jangan nangis ya, gak lama kok sakitnya. Aku 'kan ada di samping kamu, Khumaira." Ia menarik dagu Nissa, agar bisa leluasa menatapnya.

"Janji?" Nissa mengangkat jari kelingkingnya, dengan raut wajah unyu gemesin. Alvin membalas perbuatan Nissa.

"Iya, jangan nangis lagi oke!" Nissa mengangguk.

"Kalau aja ini di rumah, aku akan terkam kamu, sayang. Aku rindu banget. Aku juga mau lihat wajah kamu." Alvin terkekeh, ia menarik pelan hidung Nissa.

"Tapi, kayaknya gagal deh, semua keinginan aku sirna." Alvin terkekeh pelan.

"Sakit, Kakak mesum! Aku gak mau Kak, sekali aja, ya?" Nissa mengeluarkan wajah baby face unyu miliknya, membuat iman Alvin menciut.

"Kamu ini, tega ya sama suami! Nanti kita belanja baju deh, mau gak?" tanya Alvin, ia yakin, pasti cara ini ampuh menaklukan hati wanita di depannya.

"Gak, aku gak mau! Aku mau donat aja, dua box," ujar Nissa antusias. Alvin hanya melongo di tempatnya. Istrinya ini memang berbeda dengan wanita lainnya.

"Khullah?" tanya Nissa akhirnya, dari tadi ia tidak mendapat jawaban dari suaminya itu.

"Eh, i–iya. Jangan dua box ya, satu aja. Gak baik makan banyak yang manis." Alvin tersenyum seraya mengacak jilbab istrinya.

"Ih Khullah, nanti berantakan. Lagian, kalau aku makan banyak yang manis, nanti aku tambah manis," ujar Nissa dengan PD-nya, Alvin hanya terkekeh.

"Iya deh, bidadarinya Khullah." Nissa hanya mengangguk-angguk.

_____

"Khullah, kita bermalam di sini?" tanya Nissa. Memang sekarang sudah mulai petang.

"Aku cari kayu bakar dulu. Kita buat api unggun, supaya agak terang." Nissa mengangguk.

"Nanti kita shalat maghrib gimana?" tanya Nissa, ia sudah mulai seperti sedang mengintrogasi seorang penjahat.

"Kita 'kan bisa tayamum, di sini gak ada air." Alvin tersenyum, kemudian mencubit pipi Nissa. "Pakaian kamu tertutup, jadi itu sudah sebagai pengganti mukena, jangan khawatir."

Nisaa mengangguk, kemudian memeluk Alvin erat. "Nissa sayang Khullah, makasih udah jaga aku." Ia tersenyum manis, namun sayang tertutup cadar.

"Ini kewajiban aku. Jadi pengen lihat wajah kamu deh, aku kangen, boleh gak?" tanya Alvin memelas. Es batu kembali mencair!

"Tapi ... Gimana nanti kalau ada orang? Tiba-tiba lewat." Nissa terlihat tidak enak pada suaminya, namun mau bagaimana lagi?

"Iya, aku insyaallah ngerti."

Bersambung ....

Tinggalkan jejak.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang