He Command, He Lead, With Him - 13

1.5K 226 32
                                    

Hari itu tidak ada yang berani melakukan aktivitas mereka seperti biasa dikarenakan Raja baru saja memberitakan bahwa negara kekuasaannya sedang siaga perang. Semua sekolah, tempat berdagang, restoran, dan jalanan pun sepi penduduk yang malah digantikan oleh setiap sudut serta perempatan maupun pertigaan akan dijaga pengawal Kerajaan.

Sesekali akan terdengar suara prajurit Kerajaan yang berpatroli, selain itu tidak akan terdengar apapun lagi karena keheningan yang diciptakan luar biasa mencekam.

Tapi mereka semua tidak sadar bahwa di dalam Kerajaan sana kembali mendapat berita duka paling berat yang akan mereka dengar setelah ini.

Wang YiBo baru saja mengganti pakaiannya dan hendak mengunjungi Ibunda Ratu karena beliau harus dibawa ke persembunyian Kerajaan bersama dengan semua dayangnya. Kalau dihitung ini sudah minggu kedua YiBo tidak mengunjungi Ibunya seperti biasa, karena mengingat betapa sulitnya dia untuk tidur bagaimana bisa dia mengunjungi Ibunda Ratu?

Langkah kakinya terhenti saat kedua tangannya yang membuka sendiri pintu kamar Sang Ibunda memberikan penampakkan seinsan perempuan paruh bayah tergantung di tengah ruangannya dengan pakaian kebesaran yang akan ia gunakan saat berduka cita.

Perempuan tua itu terus menyucurkan darah segar dari dalam lengannya dan juga dari rok panjangnya, wajahnya yang sudah tertutupi surai hitam panjangnya yang acak-acakkan membuat YiBo sempat ragu apakah benar itu Ibundanya atau bukan.

Hanya saja takdir benar memperjelas keraguan YiBo saat itu juga, sebuah papan kayu didudukkan tepat di bawah jasad Ibunda Ratu dengan sebuah tulisan yang dibentuk dengan darah, tertulis disana ; Yang Mulia Raja, Kubantu menjaga Ibunda Ratu.

Wang YiBo tidak bisa mengedipkan matanya, dia kesulitan bernafas, jantungnya berdegup kencang bukan main, keringat dingin membasahi tubuhnya dan dia bisa merasakan amarah hebat yang dibarengi dengan kekesalan kepada dirinya sendiri.

"Pengawal!!!" Hanya itu yang mampu Wang YiBo ucapkan, ia hanya mampu meneriakkan nama Pengawal dengan tubuhnya yang masih terpatung berdiri di ambang pintu hingga Pengawal Kerajaan terpaksa menarik tubuh Rajanya menjauh dari TKP.

Yang mampu YiBo ingat di momen itu hanyalah bayang-bayang tubuh Ibundanya bersamaan dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya hingga ia tidak mampu lagi untuk melihat apapun walau sekuat apapun ia mengusap matanya sendiri. Telinganya bagaikan tuli mendadak dan lidahnya sangat kelu, kemudian yang Wang YiBo bisa rasakan setelahnya adalah seseorang yang menahan tubuhnya agar tidak sampai terjatuh di tanah.

Itu adalah Xiao Zhan, tubuh itu yang masih penuh luka memeluknya erat dan menutupi matanya dengan menenggelamkan pandangan YiBo. Walau setegar apapun Xiao Zhan, YiBo juga masih sadar bahwa Xiao Zhan yang sedang memeluknya juga bergetar bukan main.

Mereka berdua saling memeluk satu sama lain dengan menopang satu sama lain agar tidak ada satupun dari mereka yang jatuh tersungkur di tanah, mereka saling menjaga jiwa satu sama lain.

Hari itu Xiao Zhan menjaga YiBo seharian di dalam kamarnya, ia tidak mengizinkan YiBo untuk keluar dari kamarnya hingga ada jawaban dari Han bahwa mereka sudah bisa mengunjungi Ibunda Ratu. Di dalam kamar itu juga mereka berdua saling berbaring di kasur milik Wang YiBo, Raja yang bernafas tidak kentara di dalam pelukan sang Ratu, begitu pula Xiao Zhan hanya bisa menutup matanya dan meremas pakaian YiBo.

Seharian penuh mereka di dalam kamar bahkan sampai dayang yang mengetuk pintu kamar untuk memberikan makan malam pun tidak mereka gubris, mereka berdua hanya mau mendengar jawaban.

Wang YiBo berbisik dengan suara paraunya akibat tidak minum maupun tidak berbicara seharian, "Apa yang harus kulakukan.." dirinya benar sudah hancur dan tidak mampu lagi berpikir jernih sebagaimana layaknya ia sebagai Raja.

The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang