King & Queen - 24

1.4K 183 27
                                    

"Wang YiBo, kalau kamu sudah besar nanti, ingatlah untuk mencari seseorang yang benar-benar kamu cintai untuk menjadi Ratumu." pria kecil itu tersenyum lembut seraya tertawa kecil saat sang Ibu tiba-tiba memeluknya dari belakang, menyelimuti tubuh kecilnya dengan seluruh kehangatan semu itu. Tapi apakah di umur ini Wang YiBo sudah mengenal apa yang dimaksudkan dengan semu? Di pikirannya saat ini ia hanya fokus untuk bermain, bermain dan bermain walau sesekali kegiatannya akan dipenuhi dengan pembelajaran yang terus menambah volume otaknya.

Sang Ibu mengecup kening sang anak seraya menatapnya selembut ia mengaggumi koleksi perhiasan di kamarnya. Mengelusnya seperti mahluk hidup di tangannya ini terlalu mahal untuk disentuh sedikit lebih kuat dari seharusnya. Tak berhenti-berhenti ia mengecup lagi sang anak karena hasratnya tidak cukup dipuaskan untuk memandangi setiap lekuk dan detil dari wajah sang anak. Wang YiBo dibuat tertawa geli tapi sang Ayah kembali mencuri fokus sang anak.

"Wang YiBo, kamu tau bahwa kami sangat mencintaimu." kalimatnya benar terdengar tulus, jangan disalahkan bila sang anak merekam suara itu dengan baik di kepalanya.

Sang Ibu pun ikut menyatakan cintanya kepada sang Anak, "Raja Wang, Ibu sangat mencintaimu. Terima kasih sudah lahir menjadi anak kami."Hormon endorfin Wang YiBo sukses dibuat setinggi itu dan membuatnya seperti dibawa ke surga. Bukankah ini mimpi semua anak? Dimanjakan, dibahagiakan, semua hal-hal positif yang pasti bisa membawa anak ini di masa depannya menjadi anak paling bahagia dan the best version of himself.Wang YiBo tidak terlena karena dia seharusnya dan sepantasnya mendapatkan ini. Seorang anak kecil di tubuhnya yang masih lembut dan rapuh, sepantasnya dimanjakan dengan setiap kelembutan dari kedua orang tuanya.

"Ayah-ayah, seseorang yang kita cintai itu harus seperti apa? Bagaimana aku bisa tau aku mencintai mereka?" itulah pertanyaan yang ia tanyakan kepada sang Ayah. Mendengar pertanyaan itu membuat Sang Ayah tersenyum lembut, ia melepaskan genggaman tangan sang anak kemudian beralih mengambil tangan sang Ibu kemudian mengecup telapak tangan itu. Merasakan kupu-kupu terbang diatas perutnya sang Ibu pun secara tak sadar menutup mulutnya malu-malu.

"Aku ingin membangun keluarga dengannya, itu yang kulihat darinya. Dan tak akan kubiarkan perpisahan memisahkanku darinya." lembut, tulus, hangat, dan seromantis itu ia mengucapkan setiap kalimatnya, "Hanya kematian yang akan memisahkan Ayah dari Ibumu." kembali ia menambahkan kalimatnya, semakin sang Ibu ingin pingsan karena mabuk kepayang oleh kalimat semanis gulali itu.

"Keluarga.."

Tapi kalau boleh dibilang pun seberapa tau Wang YiBo dengan perpisahan? Dia masih terlalu dini untuk mengetahui tentang lika-liku serta proses menuju dewasa serta perjuangan pahit saat umurnya sudah berkepala dua. Tertipu oleh dongeng sebelum tidur yang selalu menceritakan the happiness of happy ending, tanpa tau bahwa diluar happy ending itu terdapat bad sampai worst or nightmare ending.

Kenapa tidak pernah diajarkan? Kenapa anak-anak harus terpaksa membentuk mental mereka dengan taruhan nyawa saat mereka pubertas hingga pasca puberta? Kenapa orang-orang dewasa itu melarang anak-anak melihat segala sesuatu yang berbau kejahatan dan kekejaman duniawi padahal dalam 10 tahun lagi mereka para orang tua akan dengan egois berkata ; uruslah hidupmu sendiri karena kau sudah besar. Kalau pada akhirnya kita memang akan berdiri sendiri, kenapa tidak dari awal saja kita dibiarkan bertahan hidup sendiri?

Kenapa sistem hidup manusia dibentuk seaneh dan setidak efektif itu?

Wang YiBo adalah salah satu korbannya. Dilahirkan di dunia semi surga dan semi neraka, dididik dengan penuh manja dan penuh gemilang harta tanpa tau bahwa suatu hari ia harus berpikir sendiri cara menyelamatkan nyawanya.Dibesarkan hanya sampai dia mengerti cara makan dengan sumpit dan cara bagaimana ia harus melayangkan pedangnya tanpa mengayunkannya seperti ingin memotong tangan sendiri. Hanya sejauh itu, setelahnya kedua orang tuanya dengan egois pergi seperti itu saja.

The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang