Xiao Zhan tersenyum, ia berbisik, "Bukankah kau juga menginginkan ini..?"
Apakah boleh kita periksa bersama tentang pertanyaan ini? Mengenai apakah jawaban Wang YiBo nanti? Bukankah seharusnya Wang YiBo mengatakan bahwa dirinya memang ingin ini? Tidak aneh bukan kalau Wang YiBo menjawab seperti itu? Tetapi kenapa saat ini Xiao Zhan malah menunggu jawaban Wang YiBo? Kenapa saat ini Xiao Zhan sedang terbaring dengan wajahnya yang sudah sedekat ini dengan sang pujaan hati?
Kenapa Wang YiBo malah ragu?
Pria tetaplah pria, ia akan menjawab dengan singkat dan jelas, tapi tidak menjamin tentang apakah benar jawabannya akan sesuai ekspektasi kita semua.
Bahkan bisa saja diluar dari nalar.
Wang YiBo berbisik rendah, tapi suara kecilnya ini berhasil membuat Xiao Zhan mendadak kehilangan seluruh indera pendengarannya.
"Kapan aku pernah menginginkan hal ini, Xiao Zhan?" Tangan hangat Wang YiBo menyentuh lembut punggung Xiao Zhan, kembali ia melanjutkan kalimatnya disana, "Yang kumau hanyalah kebahagiaanmu, cukup kau hidup di Kerajaan dan aku menghilang dari hadapanmu.. karena kau dan aku, kita tidak seharusnya bersama. Kau akan terus terluka karenaku.."
Xiao Zhan meraih pedangnya lagi, ia dengan cepat mendorong tubuh Wang YiBo seraya ia menggenggam erat pedangnya itu. Ia benar-benar hendak mengiris lehernya sendiri, kalau saja Wang YiBo tidak menarik tangan itu dan menghantamnya dengan sangat kuat, maka Raja dari Kerajaan - tidak - Negara Wang ini akan hancur dalam hitungan jam.
Wang YiBo menarik kerah Xiao Zhan, tapi pria itu bahkan tidak mau lagi mempertemukan kedua kepingan beningnya. Bahkan kedua mata indah itu nampak persis seperti bunga yang sudah layu, atau lebih tepatnya sudah di fase bunga yang tergolong bunga mati.
Xiao Zhan bergumam, "Berhenti berbicara.. aku tidak tau lagi sebenarnya apa yang benar dan tidak.. salahkan otakku yang terlalu cepat menyimpulkan.. otakku ini terlalu cepat bekerja juga huh.." ia tertawa kecil, "Membenarkan yang salah.. menyalahkan yang benar.. menghilangkan fakta.. Oh darling, why dont you stop me for being me? I'm too tired just to use my fucked up brain now.."
Hujan benar-benar tidak segan menjadi pihak ketiga dalam setiap hal. Bahkan di saat seperti ini saja mereka masih senang menjadi saksi buta yang akhirnya akan hancur bergabung menjadi lumpur dibawah sini atau mereka beruntung akan jatuh keatas dedaunan hijau dan dikonsumsi oleh akar keras di bawah tanah sana. Atau ada yang beruntung akan berubah menjadi genangan air kecil hingga menjadi sekumpulan laut.
Manusia pun persis seperti itu, siapa yang mau hidup sengsara? Tapi Yang Diatas yang memilih kemana kita akan jatuh, tapi terkadang Dia pun yang menentukan akhir jalanmu.
"Wang YiBo.. mencintaimu adalah pilihan yang tak pernah kuminta.." ia mengambil pandangannya lagi, kemudian menyatukannya kepada milik Wang YiBo yang masih berjiwa disana.
Xiao Zhan tersenyum tulus, bahkan ia mengakui bahwa setelah 8 tahun akhirnya ia bisa merasakan hatinya terasa hangat. Setelah sekian lama dingin menjadi ruang tidurnya, "Tapi menikahimu, itu pilihanku."
---
"Yang Mulia-.. Raja Wang.."
Wang YiBo duduk disana, ia benar-benar duduk di sebelah Xiao Zhan dengan kedua tangannya yang tidak bosan-bosannya saling terikat dengan milik Xiao Zhan. Ia juga tidak mengadahkan kepalanya saat ucapan itu diucap oleh Dayang Tertua, ia hanya fokus dengan pria yang masih tertidur di sebelahnya.
"Yang Mulia.. bukankah anda seharusnya makan malam dahulu? Ini sudah 2 hari anda tidak makan.. pasti Yang Mulia-.. Raja.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]
FanficCOMPLETED. "Hidup Yang Mulia Raja Wang YiBo!" "Hidup Yang Mulia Ratu Xiao Zhan!" "Semoga Raja dan Ratu hidup sehat dan berumur panjang!" Xiao Zhan hanya kebetulan bertemu dengan Wang YiBo hari itu di air terjun. Mereka berdua tidak kaget saling bert...