"Maafkan saya harus menghadang jalan anda, tapi Baginda Raja meminta untuk siapapun jangan mengunjunginya." Wu berdiri di hadapan gerbang area kediaman Raja bersama dengan Kembar Pei yang hanya bisa berdiri di belakang Wu yang masih memaksakan dirinya untuk bisa masuk ke dalam.
Tapi yang berdiri di hadapannya adalah dayang senior yang punya kekuasaan untuk menghentikan siapapun atas nama Raja yang memerintahnya. Karena itu Wu tidak akan punya hak untuk menarik pedangnya keluar, disini dia hanya sebatas pria biasa yang layak dipancung apabila menentang perintah Raja.
Kembar Pei punya pemikiran lain, mereka berdua sama-sama menarik pedangnya tapi bukan untuk ditodongkan kepada dayang senior ini melainkan diarahkan kepada leher mereka masing-masing. Sedangkan Wu juga menarik pedangnya yang dimana ia sudah siap menebas kepalanya sendiri karena darah segar sudah bercucuran mengotori semen putih milik Raja.
"Kami tidak akan menggertak, justru kami ingin menunjukkan bahwa kami harus bertemu Raja karena lebih baik kami mati dahulu sebelum mati menjadi tangan kanan Raja yang gagal melayaninya."
Cukup kalimat singkat itu Wu ucapkan, disusul Kembar Pei yang semakin serius menekan pedang mereka.
Dayang senior itu tidak berkuasa apapun untuk menerima, karena itu ia pun menyuruh bawahannya untuk masuk ke dalam dan meminta izin kepada Ratu sedangkan ia masih menahan 3 pria keras kepala ini.
"Perlu kalian ketahui, walaupun kepala kalian benar terbelah sia-sia di hadapanku, Raja tidak akan pernah menjatuhkan tahtanya." Begitu ia mengucapkannya dengan penuh kepercayaan diri.
Malah memancing senyuman lembut dari Wu yang kembali membalas kalimat tersebut dengan santai, "Bahkan sampai kau mati pun, kau tidak akan pernah mengenali siapa Raja kita. Dia bukan sembarangan Raja yang kau baca di buku sejarah-."
Bersamaan dengan itu dua dayang junior yang tadi dikirim masuk ke dalam berjalan cepat keluar, tetapi kali ini bersama dengan burung hantu milik Ratu yang terbang mengikuti kedua perempuan muda itu. Setelah burung hantu itu melihat keadaan mereka di depan gerbang, burung hantu itu berbalik pulang kembali.
Dayang junior itu berbisik kepada seniornya yang membuat perempuan ini menggertakkan giginya seraya membuka jalan, "Baginda Ratu mempersilahkan anda masuk."
Wu tersenyum di dalam hati seraya ia menyarungkan pedangnya disusul dengan Kembar Pei.
Sebelum ia berjalan pergi Wu kembali melanjutkan kalimatnya lagi, "Karena kau hanya dayang yang membantunya makan dan mandi, sedangkan Raja ini pernah makan dan mandi dengan kedua tangannya sendiri." dan mereka bertiga pun masuk ke dalam untuk bertemu dengan Raja yang mendekap di dalam kamarnya selama 3 hari penuh.
Mendekap bukan dengan arak atau asap tembakau tetapi dengan puluhan buku sejarah yang berserakkan. Sudah terbuka dan tergeletak begitu saja. Menandakan ia sudah cukup membaca dan ia sudah cukup mengerti apa yang ada di dalam sana. Menyisakan nalar dan jiwanya yang belum siap membuka hatinya dengan lapang mengenai semua tulisan itu. Tulisan yang sudah di cap basah dengan tetesan darah Raja yang memimpin di masa penulisan itu dlakukan.
Mereka bertiga sudah di depan pintu masuk kamar Raja Xiao, tapi mereka tidak mengizinkan kedua kaki mereka melangkah masuk. Hanya cukup kedua lutut mereka bisa menyentuh lantai kayu di bawah sini.
Wu mulai berbicara, "Yang Mulia Raja, bagaimana keadaan anda?"
Xiao Zhan sedang berbaring di antara tumpukan buku itu, memakai jubah berwarna biru tuanya tanpa dalaman. Membuat tubuhnya terlihat mungil dengan jubah besar yang seharusnya dipakai setelah 3 lapisan di bawahnya. Surai hitamnya tidak diikat, bebas terurai dan berantakan seperti itu saja. Wajah sayunya menatap Wu dengan kagum karena kedua matanya yang nampak malas melihat sesuatu di leher ketiga kaki tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]
FanficCOMPLETED. "Hidup Yang Mulia Raja Wang YiBo!" "Hidup Yang Mulia Ratu Xiao Zhan!" "Semoga Raja dan Ratu hidup sehat dan berumur panjang!" Xiao Zhan hanya kebetulan bertemu dengan Wang YiBo hari itu di air terjun. Mereka berdua tidak kaget saling bert...