"Aku selalu bermimpi untuk punya Kerajaan di dekat Pantai, maksudku itu seperti setiap kali aku menuruni gedung Kerajaan maka aku akan disapa dengan lautan lepas bersama kotaku dibawah sana. Melihat mereka dari sudut terbaik yang dapat dimiliki oleh siapapun.. membentangkan tanganku dan membiarkan diriku terlihat begitu kecil dari bawah sana.. tetapi mereka tau.. setiap kali mereka melihatku maka punggung mereka akan menyapaku.."
"Lalu, kenapa tidak menciptakannya?"
"Hmm.." ia menurunkan kedua tangannya yang terbentang menyapa gunung di hadapannya, kemudian ia menghela nafas panjang seolah-olah bebannya bisa hilang sekejap, padahal tidak mungkin. "Mereka bukan rakyatku, aku hanya pria yang tak sengaja dipilih hati pria itu.. dan juga hanya karena dia Pangeran Kecil, bocah egois yang bisa memiliki orang seperti memiliki mainan baru."
Ratu pernah berkata seperti itu. Atau tepatnya sekarang aku selayaknya menyebut Ratu Xiao? Entahlah, yang pasti kalimat itu sampai sekarang masih menjadi misteri bagiku.
Kenapa dia tidak lari dari takdir ini? Kenapa dia harus bertahan disini padahal dirinya tau betul tidak ada kebahagiaan yang tulus untuknya disini?
Bahkan hari ini, ketika kedua kakinya berdiri di hadapan semua orang bersama pria kesayangan - atau yang paling ia benci - duduk di singgahsananya, Yang Mulia Xiao Zhan pun terlihat sama seperti biasanya.
Dirinya tidak terlihat lebih bahagia atau apapun itu yang disebutkan oleh oran lain. Karena yang kulihat, wajahnya sama persis saat itu..
Momen sebelum ia menjatuhkan dirinya di kolam dan setelah ia sadar dari aksi bunuh dirinya itu. Tak ada harapan disana, ia hanya seperti jiwa bertulang belulang dengan otaknya yang kering ditambah hatinya yang sudah tidak ada semenjak awal.
Lalu, apa lagi yang ia harapkan?
"Wu! Kenapa kau disini? Bukankah kau seharusnya berjaga diatas sana?"
Aku hanya menggelengkan kepalaku, hampir saja tak sadar pria ini sedang berbicara denganku, "Yang Mulia Xiao meminta pemungutan suara ini tidak terlihat mengancam siapapun, jadi ia meminta semua official guards untuk menjauh dari panggung utama."
Ya, itu juga aneh. Atau aku yang terlalu banyak berpikir sekarang?
"Wu-Ge." Itu suara Xiao Huang, semenjak kejadian itu aku tak bisa lagi menyebut namanya Pei, demi apapun itu seperti diubah secara otomatis dengan mulus oleh Yang Mulia.
"Yu sudah di sana, semoga saja Yang Mulia Xiao tidak menyadarinya."
Aku mengangguk, "Kita hanya berjaga saja.. karena.. perasaanku mengatakan bahwa Yang Mulia.. tsk.. mereka berdua pasti punya rencana lain di otak mereka masing-masing."
Tidak salah lagi, dari awal ketika Yang Mulia Wang menggendong Yang Mulia Xiao yang sesungguhnya masih sadar di gendongannya tanpa ada perlawanan, aku sudah tau ada yang salah. Dan Yang Mulia Wang dengan sangat aneh berjalan pulang ke Kerajaan seperti ia tidak dipaksa sama sekali? Itu semua sudah aneh untukku.
Kenapa dia mau kembali? Apa yang ditawarkan oleh Yang Mulia Xiao? Apa yang mereka negosiasikan? Apakah mereka bertukar sesuatu? Atau mereka akan mengorbankan sesuatu? Tapi kalau iya, siapa yang diuntungkan dan siapa yang akan dirugikan? Kalau iya di sisi manapun, apa yang harus kami lakukan? Tidak ada lagi official guards yang tau mengenai semua kebenaran Kerajaan selain kami bertiga! Keputusan apa yang harus kuambil? Kalau saja-.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]
FanfictionCOMPLETED. "Hidup Yang Mulia Raja Wang YiBo!" "Hidup Yang Mulia Ratu Xiao Zhan!" "Semoga Raja dan Ratu hidup sehat dan berumur panjang!" Xiao Zhan hanya kebetulan bertemu dengan Wang YiBo hari itu di air terjun. Mereka berdua tidak kaget saling bert...