The Winter Melted, His Not - 29

1K 158 63
                                    

Pagi demi pagi dilalui terus dilalui dengan kesibukan dari setiap insan yang hidup dengan bernafas secara gratis di dalam kerajaan. Mereka berjalan dengan gratis, bergerak dengan bebas, makan dengan nyaman, minum dengan tenang dan tidur bersama rasa aman karena raga yang dekat dengan Yang Mulia Ratu di dalam sana. Sudah 5 tahun seperti ini, tidak ada masalah dan tidak ada konflik apapun. Di luar kerajaan maupun di dalam kerajaan, semuanya hidup nyaman dibawah kekuasaan Ratu Xiao Zhan atau yang sering dipanggil Yang Mulia Ratu Wang di luar dinding kerajaan. Dan jangan bingung kalau ada yang masih memanggilnya Yang Mulia Ratu Xiao ; Yang Mulia Ratu Wang ; Ratu Wang Terhormat, itu berlaku mutlak di hadapan wajahnya.

Ratu Xiao tidak pernah absen dari pekerjaannya, dia selalu mengadakan pertemuan setiap kali bulan baru dan bulan purnama. Ratu Xiao juga tidak akan pernah lupa untuk keluar Kerajaan demi mengunjungi langsung daerah yang sudah tidak bisa ditangani oleh Wu maupun Pei Kembar. Karena itu tidak jarang warga di kota akan terburu-buru menenggelamkan wajah mereka di tanah saat suara seruan prajurit kerajaan melolong di lorong-lorong kota.

Ratu Xiao juga sangat sering membawa banyak anak-anak kecil yang menjadi korban perang maupun para tunawisma yang orang tuanya meninggal secara tidak nyaman untuk dibicarakan. Setiap ia pulang, bisa saja ada balita di gendongannya atau anak kecil di pangkuannya.

Semua orang mengakui bahwa ini adalah fase paling membahagiakan dari sepanjang kepemimpinan Raja sebelumnya.

Tapi Xiao Zhan tidaklah ramah, dia tidak pernah membuka pintu Kerajaan sebagaimana sejarah akan membukanya di setiap hari perayaan besar. Justru Xiao Zhan adalah Ratu yang tidak pernah berdiri di depan muka umum demi dilempari ratusan bunga yang sudah disiapkan jauh hari deminya. Selalu Wu atau Kembar Pei yang akan mengatas namakan diri mereka di hadapan semua orang.

Ratu Xiao Zhan juga sangat sering bermeditasi di kediaman mendiang Raja yang sudah ia bangun kembali. Dirinya bisa tidak turun selama 2 kali bulan purnama dan hanya mengirimkan pesan lewat burung hantunya.

Semua orang tidak mempermasalahkan itu. Sampai dimana hari Xiao Zhan tidak turun hingga 4 kali bulan purnama dan 1 kali bulan baru. Wu dan Kembar Pei hanya bisa menemui Ratu di ambang gerbang saja, tidak sampai berhadapan wajah dengan Sang Ratu.

Hal itu membuat semua orang keheranan, kemana sosok simbolis kedamaian Negara Wang yang berhasil membawa kemakmuran di setiap penjuru itu?

Sampai di musim salju keenam Ratu Xiao Zhan memerintah, dirinya tidak pernah lagi turun dari sana, dengan penampakkan dirinya di depan umum pertama dan terakhir kalinya. Dirinya dengan memakai jubah berwarna putih bersih, hampir transparan yang mencerminkan betapa lembutnya fabrik putih susu di bawahnya. Ia memakai aksesoris kepalanya, sebagai seorang Raja hari itu, bersama dengan gulungan kertas yang ia buka di hadapan semua warganya yang berkumpul di depan gerbang Kerajaan. Keheranan dengan keputusannya yang tidak menutupi wajahnya tetapi membiarkan wajahnya terpampang bebas di hadapan khayalak ramai.

Ratu Xiao Zhan mengucapkan kalimatnya, tidak butuh waktu lama ia berpidato, hanya sekitar beberapa detik yang dimana ia kemudian berjalan turun lagi. Tanpa menunjukkan dirinya lagi sama sekali baik bagi warganya maupun semua penghuni kerajaan.

"Hari ini aku berdiri, sebagai Raja Xiao. Mendeklarasikan bahwa aku akan tetap menjadi Raja bagi negara ini, baik dalam kehancuran maupun kemenangan. Bahkan dalam tidurku pun Kerajaan ini tetap menjadi tanggung jawabku. Rakyatku, janganlah takut."

Semua orang tidak dengan mentah-mentah menerima kalimat itu sebagai kalimat rasa terima kasih biasa. Semua orang mengenal baik bahwa itu adalah satu kalimat yang dibentuk sedemikian rupa dengan makna lain di dalamnya.

Musim salju itu adalah musim salju terpanjang yang pernah dirasakan oleh seluruh negara. Berita demi berita, isu demi isu, kabar duka demi kabar suka, semuanya membuat hasil yang sama yaitu kebingungan massal.

The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang