Wang YiBo mendorong kuat tubuh Xiao Zhan, menolak tubuh itu dari tubuhnya. Tidak mau mempertemukan mata mereka lagi seperti menjelaskan betul bahwa keputusannya ini hanyalah serapuh serpihan es yang sedang dilindungi mati-matian walau dirinya sendiri tau cepat atau lambat ia akan kelelahan sendiri dalam melindungi serpihan es itu. Ia menaiki kudanya sendiri, tidak mengucapkan salam perpisahan atau apapun, dia pergi memasuki jalur kembali ke Kerajaan. Xiao Zhan sudah kehabisan kata-kata, bukan karena dia harus terpaksa menerima keputusan dari Rajanya, melainkan karena sebilah pedang menusuk tepat ke daerah non-vital di bagian pahanya. Ia tersungkur jatuh ke tanah, kalah telak sudah Xiao Zhan.
Ia meraih pedang dengan ukiran rumit sederhana disana, tetapi dengan lambang naga dan singa di puncaknya bahkan orang bodoh pun tau itu adalah pedang Turunan Raja sejak 3 abad yang lalu. Xiao Zhan masih punya tenaga yang cukup, hanya saja dia tidak punya kekuatan lagi untuk menaiki kudanya dan mengejar Wang YiBo dengan kecepatan berkuda yang mengalahkan Han sekalipun. Dirinya hanya bisa meneriakkan amarahnya dengan teriakan kosong, apakah ini kekalahan atau kemenangan baginya?
'Xiao Zhan, Raja Wang sudah paasti mati, sekarang saatnya kau melakukan bagianmu yang seharusnya sudah menjadi milikmu! Pergi, selamatkan nyawamu! Bangun kembali Kerajaanmu!'
'Lukamu tidak terlalu parah, bangkitlah Xiao Zhan!'
'Wang YiBo itu sudah jatuh cinta padamu dengan membuang sia-sia nyawanya yang padahal dia masih bisa mengejar cintanya! Beruntunglah kau!'
'Xiao Zhan! Bangkitlah!'
"Diam!"
'Kenapa kau menentang kami?! Kami adalah bagian darimu! Ini demi masa depanmu bodoh!'
'Jangan bilang kau akan mengejar dia?! Jangan berpikir itu! Kau milik kami! Kita satu! Jangan sia-siakan nyawamu!'
'XIAO ZHAN!'
"Sialan..! Diam kataku..!!!"
Xiao Zhan, dia bangkit, mencabut pedang berat itu dari kakinya, melemparnya dan ia kini menekan pendarahannya sendiri. Dengan berbekal merobek pakaiannya sendiri, menutup luka terbukanya, menekannya dengan luar biasa erat sampai ia memastikan dirinya sendiri sudah mati rasa dengan robekan dagingnya sendiri. Xiao Zhan bangkit.
Ratu dari Negara Wang mengambil pedang Rajanya, menggenggam erat pedang itu seraya ia menaiki kudanya walau rasa sakit yang berada di pahanya itu bukan main menyakitkan. Hanya saja apa lagi yang lebih menyakitkan dibandingkan harus menerima dengan pasrah nyawa tambahan dari Rajanya yang mengira ini hanyalah semacam sebuah permainan saja?
Ratu Xiao tau seberapa bodoh Raja Wang itu, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa akan ada hari dimana Raja itu memutuskan keputusan yang paling idiot sehingga setiap kali Xiao Zhan berkuda ia sudah bisa membayangkan betapa pecundangnya YiBo nanti di antara kerumunan prajurit, bersama dengan rantai yang menahan tubuhnya.
Dia berkuda dengan sangat cepat, kepalanya penuh dengan pikiran bahwa ini hanya akan menjadi semacam rencana bunuh diri tanpa ia menyusunnya sejenak. Xiao Zhan mengambil jalur yang cukup jauh, memutari jalur normal dan mengambil jalur terjauh yang pernah ia lihat di peta saat melihat YiBo sedang mengatur formasi pertahanannya. Jalur yang dia ambil adalah jalur yang akan membawanya melewati sebuah danau, tentu saja disana ada cukup air yang memungkinkan dirinya membersihkan lukanya, ditambah Xiao Zhan tau di daerah ini tepatnya Calendula tumbuh subur disini.
Tidak butuh waktu lama dan Xiao Zhan sudah menemuka danau yang ia maksud, ia turun perlahan seraya memeriksa luka yang masih mengeluarkan darah segar tanpa ampun. Dirinya pernah terluka lebih parah daripada ini, dirinya juga pernah mempunyai luka di pergelangan kakinya yang hampir saja harus mengamputasikan kakinya, jadi sebuah luka dari tusukan bocah begini tidak akan membuatnya mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreamer & The Lion - YIZHAN [BAHASA INDONESIA]
FanfictionCOMPLETED. "Hidup Yang Mulia Raja Wang YiBo!" "Hidup Yang Mulia Ratu Xiao Zhan!" "Semoga Raja dan Ratu hidup sehat dan berumur panjang!" Xiao Zhan hanya kebetulan bertemu dengan Wang YiBo hari itu di air terjun. Mereka berdua tidak kaget saling bert...