15; hate

3.2K 741 132
                                    

—ketika rasa benci mengacaukan semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ketika rasa benci mengacaukan semuanya.

.

Eunji tersenyum senang ketika kedua kelopak mata itu terbuka dengan sempurna. Yoongi sudah sadar, dan dia baru saja dihubungi oleh pihak rumah sakit. "Syukurlah Ayah sudah sadar, jangan melakukan apa-apa dulu ya? Aku yang akan mengurus semuanya," ucap Eunji.

Yoongi terbatuk kecil, ia tersenyum dan mengusap surai hitam milik anaknya itu. "Maaf merepotkan dirimu. Ayah akan cepat pulih nantinya. Dan—"

"Jangan bicara lagi. Ayo sekarang makan dulu, Ayah pasti lapar." Eunji mengambil mangkuk yang berisikan bubur. Dia pun duduk di tepi bangsal sambil menyuapi Ayahnya. Sungguh hatinya lega luar biasa mendengar kabar kalau sang Ayah sudah baik-baik saja.

"Eunji, ada yang ingin Ayah katakan." Gadis itu mendongak sambil menatap Yoongi dengan penuh tanda tanya.

"Pelaku—"

"Ayah tidak usah khawatir. Dia ... aku sudah tau siapa itu." Tatapan Eunji seketika berubah, ingatan tentang rekaman CCTV tadi terngiang-ngiang dalam benaknya.

"Nak, tap—"

"Ayah, tenang saja. Dia pasti akan mendapatkan hukumannya," sela Eunji.

"Sudahlah, ayo cepat habiskan makanannya."

Di sisi lain, Jisung tengah berjalan menyusuri tepi jalan. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam kantung hoodie, tak lupa dengan earphone di telinganya. Ah ya, dia baru saja membeli bahan makanan untuk dirinya dan juga Daehyun nanti.

Tatapannya kini beralih pada sosok anak kecil yang ada di tepi jalan tersebut. Dia meringkuk memeluk tubuhnya sendiri, jika dilihat dari segi penampilan-anak itu sepertinya ditelantarkan begitu saja. Jisung mendekat, dia berjongkok tepat di depan anak laki-laki itu.

"Hai." Kedua binar mata hitam itu bertemu dengan tatapan Jisung.

"Siapa namamu?" Anak kecil itu hanya diam sambil menatap Jisung dengan ketakutan.

"Kakak bukan orang jahat. Kau mau roti? Aku baru membelinya di supermarket ta—" Belum sempat menyelesaikan ucapannya, anak itu langsung mengambil sebungkus roti yang diberikan oleh Jisung. Pemuda tersebut tersenyum menyaksikan bagaimana lahapnya anak itu memakan roti.

"Makan pelan-pelan, nanti tersedak." Jisung beranjak dari sana dan kembali melanjutkan perjalanannya. Namun, tunggu dulu. Ada yang aneh di sini.

Jisung menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapapun di sana. Atau ini perasaannya saja? Ia merasa ada yang mengikutinya dari tadi.

Quiet Down | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang