34; before you go

2.7K 578 110
                                    

—i love you until my last breath, and i miss you in every second of my life

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—i love you until my last breath, and i miss you in every second of my life.

.

Daehyun kini keluar dari mobilnya sambil berjalan mendekat ke arah rumah itu. Park Junsu akan segera menjemput ajalnya setelah ini. Namun, ia menghentikan langkahnya ketika kedua netranya melihat Jisung bersimbah darah. Belum lagi dengan orang-orang yang ada di sini ikut panik.

Apa yang terjadi? Ah sial, apakah dia gagal menyelamatkan Jisung?

Amarahnya kembali tersulut kala atensinya beralih pada Junsu. Raut wajah pria itu tak menggambarkan penyesalan sama sekali, Daehyun semakin geram. Dia berlari kencang ke arah Junsu, lalu melayangkan sebuah pukulan di rahang itu.

Bugh!

"Bajingan," desis Daehyun. Napasnya memburu, dan semua orang hanya bisa diam menyaksikan bagaimana Daehyun terlihat marah pada Junsu.

"Kau sudah gila! Kau bukan manusia," lanjutnya. Ah sungguh, hatinya kembali terasa perih mengingat dia tidak menemukan Hejin.

"Ini bukan saatnya untuk bertengkar, kita selesaikan masalah ini nanti. Ada hal yang jauh lebih penting daripada dirinya," tutur Seokjin. Jujur saja dia bingung kenapa bukan Daehyun yang ada di dalam rumah itu.

"A-Ayah!" Semua orang kini menoleh pada gadis berambut panjang, dengan tubuh yang begitu kurus. Daehyun membeku di tempatnya, suara lembut yang menyapa dirinya ... ia menangis.

Hejin langsung berlari kecil memeluk tubuh sang Ayah. "Astaga, kau baik-baik saja? Ayah minta maaf tidak bisa membantumu keluar dari sana. Sekarang kau tidak perlu cemas, kita akan bebas," ucap Daehyun.

"Ayah, maaf. Tapi, Hejin yang menembak Kak Jisung." Baik Seokjin, ataupun yang lain kini terkejut.

"T-tapi, paman Junsu bilang kalau aku tidak menembaknya maka ... Ayah akan dibunuh. Begitu juga dengan aku," cicit Hejin.

"Sialan!" Daehyun kembali memukul Junsu. Seokjin sekali lagi meleraikan mereka berdua.

"Aku bilang, ada urusan yang jauh lebih penting! Berhenti dulu," tegasnya.

Mereka bergegas pergi ke rumah sakit saat ambulans sudah datang. Eunji terus saja menggenggam erat tangan Jisung dan tak berhenti untuk terus berdoa. Ia benar-benar takut sekarang. "Bertahanlah, kau pasti akan baik-baik saja."

"J-jangan menangis," kata Jisung dengan terbata-bata.

"Jisung," parau Eunji.

Quiet Down | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang