39; our story (end)

5.3K 657 354
                                    

—jangan takut, masih ada masa depan kok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan takut, masih ada masa depan kok.

.

Waktu akan terus berjalan, walau kau mencoba untuk menghentikannya beberapa kali. Tidak, dia tidak akan berhenti semudah itu.

Semesta, takdir, dan juga waktu. Tiga peran yang sering kali mengubah jalur cerita kita.

Semesta terkadang tak berpihak, takdir terkadang sukar bercanda, dan waktu yang menyelesaikan semuanya.

Kisah tentang mereka tidak direstui semesta, ditentang oleh takdir, hingga waktu turun tangan untuk mengobati luka di hati.

.

"Ayah jangan nangis, nanti Ibu sedih di sana." Tangan mungil itu terangkat ke udara mengusap lembut pipi pria itu. Dia tersenyum senang, ia pun memegang tangan mungil itu dan mengecupnya singkat.

"Mau kunjungi ibu?" Anak perempuan itu mengangguk lucu. Jisung tertawa, ia pun menggendong anak itu dan membawanya pergi dari rumah ini.

Sudah lima tahun lamanya Eunji meninggalkan dunia ini, dan walau sudah selama itu dia masih belum bisa melupakan gadis itu. Sosok perempuan yang selalu mengisi harinya, bahkan surat terakhir milik Eunji masih Jisung simpan dengan baik.

"Eunji hati-hati!" seru Jisung ketika anaknya itu berlari kecil menuju makam Eunji.

Anak perempuan itu baru berusia empat tahun, Jisung mengadopsinya dari panti asuhan. Memang sedikit rumit proses pengadopsian, apalagi Jisung itu belum menikah. Tapi, untungnya dia bisa memiliki anak kecil imut itu.

Jisung memberinya nama yang sama dengan gadis itu, Park Eunji.

Keduanya kini berada di depan makam Eunji. Jisung tersenyum tipis sambil mengusap papan nisan itu. "Ibu, Eunji rindu! Ibu tau tidak, Ayah itu sibuk terus! Eunji tidak ada teman jadinya," keluh bocah perempuan itu.

"Bukannya Ayah udah bilang untuk ke rumah nenek—"

"Tidak mau! Eunji mau sama Ayah." Jisung terkekeh gemas dengan tingkah laku anak itu. Kini, tangannya terulur menaruh sebuket bunga ke makam tersebut. Helaan napas kini terdengar, dia menunduk sambil mencabut beberapa rumput liar di makam itu.

"Ayah, wajah ibu itu bagaimana? Teman-teman Eunji selalu bertanya pada Eunji di mana ibu." Jisung menoleh mendapati putrinya kini murung. Dia beranjak, membawa Eunji ke dalam gendongannya.

"Ibumu itu orangnya cantik sekali seperti Eunji. Nama kalian juga sama, lalu Eunji bilang saja pada temanmu kalau ibu seorang psikolog. Ah ya, bilang juga kalau ibu sedang istirahat di tempat yang jauh," jelas Jisung sambil mengecup pipi tembam milik Eunji.

Quiet Down | Park Jisung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang