4

628 75 35
                                        

Author

D. Alva, Guadalajara Mexico 16.37

"Aku tidak akan mengatakan apapun!" Teriak seorang pria yang sudah babak belur, tangannya terikat dibelakangnya.

"Kau!!"

Cambukan kembali ia rasakan, mirisnya dia tak bisa melawan sama sekali.

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, seorang pria tinggi dengan bahu lebar masuk. Seketika ruangan itu penuh dengan aura yang menakutkan. Pria itu berjalan dengan tenang menuju pria yang baru saja dicambuk, menatapnya dingin, kemudian membungkukkan tubuhnya sedikit.

"Felix Van Grey, seorang sniper nomor satu dan pegulat termashur di Meksiko. Aku masih bertanya-tanya, apa masalahmu denganku? Mungkin aku berbuat salah padamu sebelumnya? Haruskah aku minta maaf?"

Felix mulai gemetar, aura pria didepannya begitu menakutkan.

Melihat Felix terdiam dengan ekspresi takutnya, pria berbahu lebar tersebut menyeringai jahat.

"Baiklah. Sepertinya aku berbuat salah padamu, kalau begitu. Dengan segela kerendahan hati, aku Kim Seokjin meminta maaf padamu."

Setelah berkata, Seokjin menodongkan pistol Colt 1911 kesayangannya ke kepala Felix.

DORR

Felix ambruk dengan kepala berlubang di dahinya, Seokjin hanya menyeringai.

"Kenapa membuang waktu pada orang yang keras kepala begitu?"

Tanya Seokjin pada pria yang tadi mencambuk Felix, pria tersebut susah payah menelan ludahnya, tatapan Seokjin begitu menusuk. Tak dipungkiri, Seokjin memang sangat menakutkan.

Seokjin berlalu meniggalkan ruangan tadi, ia segera menuju garasi.

"Mau kemana?" Tanya seorang pria yang baru saja turun dari Marcedes hitam.

"Bersenang-senang!"

"Tak berniat mengajakku?"

"Tidak!"

Pria tadi hanya mendengus sambil manatap Bugatti hitam yang langsung melesat.

"Aku pulang saja kalau begitu."

_

Grand Leon Casino, Guanajuato 20.16 WMT

Seokjin dengan tenang memasuki Casino yang hingar bingar, salah satu gadis cantik nan sexy mendekatinya, mencoba mengajaknya untuk ikut bermain.

"Exuse me senorita!"

Seokjin segera memasuki lift dan menekan tombol 25.

Seokjin disambut oleh para bodyguard yang berbaris rapi di sisi lorong dari lift sampai sebuah pintu besar di ujung lorong, dengan senapan AK-47. Ketika sampai di depan pintu besar, seorang bodyguard mendekatinya. Seokjin mengangkat tangannya dan membiarkan bodyguard itu memeriksanya, ia mendapatkan sebuah pistol Colt 1911 dan sebuah jam tangan. Dia baru akan menyimpan kedunya, namun ditahan oleh Seokjin.

"Mengapa barangku kau ambil?"

"Untuk berjaga-jaga"

"Walau hanya sebuah jam?"

"Ya!"

"Oh ayolah! Itu hanya sebuah jam, aku lupa memakainya tadi. Berikan padaku."

Dengan ragu ia memberikan jam tangan Seokjin.

"Sekarang boleh aku masuk?"

Bodyguard itu membukakan pintu, nampaklah seseorang pria tua dengan jubah putih sedang dalam posisi semedi. Seokjin masih dengan tenang memasuki ruangan. Ia duduk tepat dihadapan pria tua yang masih memejamkan matanya, tidak terusik sedikitpun. Seokjin juga tidak berniat untuk membuyarkan semedinya.

Stratígima✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang