7

568 73 17
                                        

Author

Seokjin masih uring-uringan dalam kamarnya, padahal Yoongi sudah memanggilnya beberapa kali untuk segera menuju lab. Prototipe baru mereka sudah jadi, dan Seokjin harus melihatnya.

Dari kemarin Seokjin masih kepikiran Jeongguk, suara lembutnya masih terngiang di gendang telinganya, bagai alunan musik.

"Yak! Kim Seokjin! Sampai kapan kau akan bersemedi didalam!?"

Suara Yoongi terdengar dari luar, Seokjin hanya menatap pintu dengan malas.

"Iya aku akan kesana! 10 menit lagi!"

"Dalam 10 menit kau tidak sampai di lab, prototipe itu akan aku hancurkan!"

"Aku akan menyuruhmu membuatnya lagi!"

"Tidak akan! Kau cari orang lain saja!"

"Yak!"

Tak ada sahutan dari Yoongi, pertanda pria pucat itu sudah berlalu. Seokjin menggeram kesal.

"Ck! Selalu saja begitu!"

Tapi mau bagaimana lagi? Tak ada profesor yang lebih hebat dari Yoongi dalam membuat sistem keamanan dan teknologi yang paling maju. Tak heran setiap prototipe yang keluar dari lab akan langsung jadi perburuan para boss mavia yang ingin menjatuhkan Seokjin.

_

"Apa yang akan kau lakukan dengan prototipe ini?"

Seokjin tersenyum lebar melihat hasil karya Yoongi, dalam waktu kurang dari satu bulan dia bisa menciptakan teknologi baru. Benda yang di pegang Seokjin sekarang akan menjadi karya yang menjadi favorit Seokjin dari pada karya Yoongi yang lain. Dia memang genius.

"Kau tahu jelas apa yang akan aku lakukan Yoongi~ah."

Yoongi memutar matanya malas, kemudian mengulurkan tangannya pada Seokjin.

"Apa?"

"Ck!"

Seokjin seketika langsung paham dengan maksud Yoongi, dia memberikan kembali prototipenya bersama secarik kertas. Tiket menuju london.

"Aku percayakan semuanya padamu."

Dia baru akan berbalik pulang, namun teringat sesuatu.

"Yoongi, sudah kau dapatkan siapa yang membayar Felix untuk membunuhku?"

"Hm."

"Siapa?"

"Abram Malek, Mumbai India."

"Ah! Dia ternyata... Aku akan bermain dengannya bersama Jeongguk nanti setelah dia datang, pasti akan sangat menyenangkan. Bukan begitu?"

"Hm."

"Ck! Aku pergi dulu, jangan sampai gagal Yoongi~ah"

"Aku tahu! Pergilah, kau menggangguku!"

Setelah memgusir Seokjin, Yoongi langsung merebahkan dirinya di sofa nyaman di dalam labnya.

_

Seokjin masih tidak ingin pulang sekarang, dia memutuskan untuk menuju pelabuhan. Ada yang harus dia urus malam ini.

"Tunggu aku di pelabuhan! Jangan menarik perhatian!"

_

Ada pepatah mengatakan, jangan menilai orang dengan penampilannya. Dan pepatah itu benar!

Apa yang akan kalian pikirkan ketika melihat dua orang gadis remaja dengan pakaian tradisional Jepang ditambah payung warna warni, sedang berfoto ria dekat pelabuhan? Sekilas orang akan mengira mereka adalah turis.

"Sudah ku katakan untuk tidak menarik perhatian."

Seokjin yang baru saja datang ikut bergabung bersama dua gadis turis tadi, dia bersandar di salah satu tiang dermaga.

"Tapi kami menyukai perhatian dari banyak orang."

"Ck!"

"Apa yang kau inginkan?"

"Kita akan bermain malam ini, aku diundang untuk menghadiri peresmian perusahaan Z."

"Mereka lagi?"

"Yap. Bagaimana?"

Dua gadis jepang itu tersenyum lebar kemudian mengangguk kuat.

"Pukul 17.00 kalian sudah menyiapkan segalanya disana, kalian tahu apa yang akan kita lakukan bukan?"

"Tentu saja!"

"Torreon, Plaza Mayor. Kita akan bertemu disitu. Rencana aku akan mengirim lewat email."

Setelahnya Seokjin langsung pulang, membiarkan dua turis jepang itu menikmati sore di pelabuhan, yang sebenarnya milik Seokjin.

Ya! Dua gadis turis itu bukan turis biasa, mereka adalah pembunuh bayaran dan juga rekan Seokjin yang sangat setia padanya. Si kembar Seiza dan Siera anak dari Taeko Watanabe, boss mavia di Jepang yang dibunuh Seokjin. Jangan tanya mengapa si kembar malah setia pada pembunuh ayah mereka, karena mereka ikut andil dalam sebab kematian Taeko.

_

Seokjin sekarang berada di sebuah restoran yang terkenal di Guadalajara, Ofelia Bistro.

"Wow! Sang Ashura datang! Apa kita akan bermain lagi?"

Seorang pria dengan senyum hangat menyambut Seokjin, saat baru akan memeluk Seokjin, dia ditahan dengan tatapan tajam dari Seokjin. Seokjin tak suka pelukan.

"Torreon, Plaza Mayor pukul 17.00"

"Kita akan kesana? Aku beruntung sekali, makanan disana enak-enak."

"Kita bukan untuk bertamasya ria disana Heosokie~"

"Aku tahu! Tapi aku akan tetap mengunjungi semua restoran setelah permainan kita selesai."

"Aku pamit!"

Tanpa peduli dengan teriakan pemuda bernama Heosok, Seokjin seegera berlalu dan melajukan Bugatti hitamnya.

"Dasar setan! Ashura memang pantas menjadi julukannya!"

_

Tbc

.

.

.

.

Hmmm...

Segini dululah😌

Thank u s much bagi yg udah Voment😍😍

Stratígima✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang