Setelah capek bermain kejar-kejaran dengan anak-anak panti, Jungkook duduk melepas penat di bawah pohon Angsana.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia mengambil ponselnya, sudah lama ia tak menggunakan ponles itu, hampir sebulan. Ia membuka galeri ponselnya, disana banyak potret wajahnya bersama Jimin. Ia jadi merindukan pria mungil itu, sudah lama mereka tak berkomunikasi.
Lepas dari ponselnya, Jungkook mengitari pandangannya, menyapu setiap sudut halaman panti asuhan. Tak banyak anak-anak yang berada di halaman, kebanyakan dari mereka sudah masuk ke dalam panti, mungkin lelah bermain bersama Jungkook tadi. Mengingat tawa lepas anak-anak, membuat Jungkook terkekeh kecil. Baru kali ini ia bisa bermain dengan anak kecil dan tertawa lepas, ia jadi bertanya-tanya, apa dulu Seokjin seceria mereka? Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di benaknya, tapi sedetik kemudian ia menggeleng kuat. Tidak mungkin, Seokjin pasti murung. Karena ia bukannya dihibur oleh pamannya, malah dibuang ke panti. Ditambah kenyataan, bahwa pamannyalah yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.
Tapi, bisa saja ia melupakan sedihnya saat bertemu Jeongguk. Begitu pikirnya.
"Ah... Mereka pasti sangat dekat dan sudah saling terikat satu sama lain. Andai saja..." Ia tiba-tiba jadi lesu. Namun, sedetik kemudian ia seperti tersadar.
"Eh?"
Jungkook tiba-tiba terpekur. Apanya yang andai saja?
"Ah! Kau sudah mulai ngawur!" Serunya pada diri sendiri, dipukulnya pelan kepalanya.
Sekelebat ia jadi ingat ciuman Seokjin waktu itu, yang dengan bodohnya dia malah menikamatinya dan membalas ciuman itu.
Ditekuk kakinya dan dipeluknya, ia kemudian menyanggahkan kepalanya di lutut kakinya. Tangannya yang satu menyapu-nyapu pelan bunga-bunga angsana yang gugur hampir menutupi rumput hijau dengan warna kuningnya. Entah kenapa ia jadi sedikit sedih, mengingat bahwa Seokjin menjalani masa kecil bukan dengannya.
"Hhh... Kenapa harus bertemu dengannya dengan cara seperti ini?"
Hatinya terasa nyeri, mengingat dirinya berada dalam posisi yang teramat sulit untuk memilih.
"Tapi..."
Tanpa disadarinya, ia sudah mengeluarkan airmatanya.
"Bukankah dia mengira aku adalah Jeongguk?"
Ah... Sakit!
Bagai ada godam yang tiba-tiba menghantam keras dadanya.
"Aa... Hahaha! Aku bodoh sekali!"
Airmatanya mengalir makin deras, diremasnya kuat-kuat dadanya yang terasa nyeri. Ia seperti akan muntah, mengingat dia hanya sebagai pengganti sementara.
Dengan kata lain, Seokjin bukan jatuh cinta padanya.
Tapi, Jeongguk!
"Hah! Ha... Haha... Haha!! Kau, kau begitu menyedihkan Jeon Jungkook!"
Jungkook tak henti-hentinya menangis sambil tetap tertawa, menertawai kebodohannya.
Bagaimana bisa ia malah jatuh cinta pada orang yang bahkan tidak mengenal siapa dia sebenarnya, dan hanya mengenalnya sebagai orang lain.
"Kenapa takdir suka sekali mempermainkanku?"
Tbc
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.