Matahari mulai naik malu-malu. Seperti enggan untuk membangunkan seseorang dari mimpi indahnya. El masih nyenyak tertidur di atas kasur dengan selimut tebal. Sampai pada akhirnya jam weker berteriak keras menarik paksa El dari mimpi indah ke dunia nyata.
Kring.... Kring.... Kring.....
Matanya terbuka lebar, menatap nanar jam weker yang ada di atas nakas tempat tidurnya.
"Jam bangke! Masih pagi juga. Oh iya sekarang jam 8 dan hari ini gue kuliah jam 8.30." Gumamnya sambil berpikir.
"Masih pagi kah ni? Eh! EHHHHH!! HUAAAA GUE TELAT!!!!!"
Dan ya, pagi yang cukup menyenangkan bagi seorang El. Dimana ia harus mandi dengan cepat dan tidak sempat sarapan.
Sedangkan di kamar 308. Lea telah bersiap, dengan rok berwarna putih dan atasan berwarna biru pastel bermotif tak lupa kerudung berwarna senada dengan bajunya. Membawa tas berwarna pink berisikan laptop dan notebook serta pulpen.
Lea hanya menggeleng kesal saat mendengar teriakan keras tetangganya. Hari ini ia ada kelas pukul 09.30. Masih ada waktu sekitar 1 jam. Lea mengambil sepatunya yang berwarna putih dengan lis pink dan segera memakainya.
Sekarang ia telah siap dan tinggal berangkat. Saat membuka pintu, pintu di kamar sebelah pun terbuka. Mereka keluar dari kamar berbarengan. Dan melihat satu sama lain dengan mata melotot.
"EL?"
"LEA?"
"LAH KAMAR LO DISEBELAH?" Ucap mereka serempak. Lea benar-benar kaget sedangkan El? Ia hanya pura-pura kaget. Toh dia juga yang menginginkan kamar bersebelahan dengan Lea.
Lea melirik El sebentar yang telah siap dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam dan biru navy. Tak lupa celana jeans dan tas ransel berwarna hitam polos.
Mungkin orang lain akan terpana dan terpesona melihat El. Namun Lea? Ia memperhatikan El dari atas sampai bawah dan berjalan meninggalkan El dengan rasa percaya diri yang tinggi berharap Lea akan memuji penampilannya.
"Asemm! Mimpi gue manis, kenyataannya asem." Ucap El kesal. Tak mau terlambat, ia segera berlari menyusul Lea yang hendak masuk ke dalam lift.
"LEA!! TUNGGU!!!" Pekiknya. Lea hanya menggeleng heran. Di Indonesia El berteriak dan sekarang di Paris ia juga berteriak.
~~~
Sesampainya di Universitas. Lea langsung saja masuk ke dalam dengan gaya elegan. Karena sudah kurang lebih 5 bulan ia disini. Ramai yang telah ia kenali dan semua orang suka padanya.
Tak jarang beberapa mahasiswa dan mahasiswi memanggil namanya untuk sekedar bertegur sapa. Sedangkan El? Ini adalah hari pertamanya dan ia sudah berlari dengan cepat menuju kelasnya.
Saat tepat di samping Lea. Ia berbisik kecil di samping telinga gadis itu.
"Maaf ya aku gak bisa jaga kamu. Aku ada kelas pagi. Jaga diri sendiri dulu ya, nanti aku jagain lagi." Ucapnya dan langsung berlari menuju kelasnya.
Lea memandang El heran. Entah kapan pria itu akan berubah, hanya karena Universitas ini milik orangtuanya seharusnya ia tidak bisa bersikap seenaknya.
"Lea!" Panggil seorang gadis dari arah belakang. Lea menoleh dan melihat Sofia yang berjalan kearahnya.
"Hari ini kelas kita sama kan?" Tanyanya dan Lea mengangguk.
"Masih ada kurang lebih 30 menit. Temenin aku kekantin untuk sarapan ya Sofia." Ujar Lea.
Sofia mengangguk. Lalu mereka berjalan menuju ke arah kantin. Selama hampir satu semester ini. Lea dan Sofia telah menjadi sahabat meski mereka juga menjadi rival tapi tidak membuat persahabatan mereka goyah.
Menurut mereka, saat belajar mereka rival dan saat senggang mereka adalah sahabat. Siapapun yang mendapat gelar Queen of Pradipta nanti, ia adalah orang yang berhak.
Di lain tempat, El menggerutu kesal karena kelasnya belum di buka dan saat ia melihat jadwal yang ada di handphonenya. Ternyata kelas mulai pukul 09.30.
"AKHHH!!" Pekiknya kesal.
"Bisa-bisanya gue di prank sama jam weker. Nih lagi jadwal, kok lo bisa-bisanya berubah. Perasaan semalem gue liat jadwalnya jam 8 deh. Kok sekarang malah jam 9." Ucapnya frustasi.
El berjalan sambil menedang dinding sakin kesalnya. Perutnya berbunyi, ia melihat jam tangan miliknya dan baru pukul 09.00.
"30 menit? Cukup makan dua porsi. Gas kantin!" Gumamnya sendiri. Lalu dengan cepat pergi menuju kantin.
Di kantin tampak sangat ramai. Dan El tak perduli. Ia melihat-lihat sebentar dan memutuskan untuk memakan sate.
Seperti yang kalian tau. Universitas Pradipta ini sangat berbeda. Memang ia berada di Paris, namun kantin Universitas ini menjual makanan Indonesia. Bermaksud agar mereka ( mahasiswa /i) tak lupa cita rasa makanan tahan air mereka sendiri.
"Bude, satenya satu terus teh esnya juga 1." Ucap El. Wanita paruh baya itu mengangguk dan langsung menyiapkan pesanan El. Semua yang berjualan di kantin ini langsung mengenal sang tuan muda Felian.
El duduk di salah satu kursi yang kosong dan mulai memainkan handphone miliknya. Ia tak tau bahwa sekarang ia menjadi pusat perhatian orang-orang.
Felian terlahir dengan wajah tampan dan tubuh yang gagah membuatnya menjadi idaman para gadis dan memasuki kategori menantu idaman. Namun sayangnya, El belum pernah jatuh cinta. Hingga akhirnya ia bertemu Lea.
Pesanan El datang, dan pria itu memandangi sate pesanannya seperti orang yang tidak makan selama seminggu.
"Makasih Bude. Ini uangnya, lebihnya untuk Bude aja. Buat anak jajan." Ujarnya seraya memberikan selembar uang 100 ribu rupiah.
Wanita itu langsung mengucapkan terimakasih kepada El. Dan pergi kembali menyiapkan pesanan untuk mahasiswa ataupun mahasiswi yang lain. El memakannya dengan cepat.
"Ini enak atau gue yang laper sih!" Ucapnya kesal karena sate itu begitu memanjakan lidanya terutama bumbunya yang khas dan sangat enak.
"Gila enak banget!" Ucapnya lagi.
Para gadis memperhatikan El yang sedang makan dengan seksama. Seperti melihat idol. Saat makan saja tingkat kegantengannya sangat luar biasa. Karena hal itulah El tak pernah di tolak. Dan hanya Lea satu-satunya gadis yang menolaknya untuk pertama kali. Maka dari itu El sangat gencar mendekati Lea apalagi setelah diberi tantangan oleh Papanya.
El menyelesaikan makannya hanya 15 menit. Lalu memandang sekitar hingga kornea matanya memandang Lea yang sedang menatapnya. El melihat Lea langsung membuang pandangannya ke arah lain membuat pria itu terkekeh dan membuat para gadis nyaris histeris.
El memandangi Lea terus menerus membuat gadis itu menjadi salah tingkah. El ingin sekali menghampiri gadis itu dan mengejeknya karena ketahuan memandanginya secara diam-diam.
Lucu bangeet sihhh. Jadi pengen gigit manjaa! Ucapnya gemas di dalam hati.
Lea gugup, ia memutuskan untuk mengajak Sofia untuk masuk ke kelas. Ia sudah sangat salah tingkah. Dan ia juga bingung dengan apa yang ia lakukan sekarang.
Lea! Lo kenapa sih! Jangan suka sama tuh cowok! Jangan!
To be continued....
Semoga terhibur 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]
Teen FictionBudayakan follow sebelum baca 😁 Sequel Assalamu'alaikum Paris Bagaimana jika dengan sebuah novel bisa mengubah takdir seseorang? Shoikhu sepertinya menaruh dendam dengan tantangan bundanya tentang membawa seorang gadis atau calon istri dalam kuru...