~ 4 ~

488 79 0
                                    

"Lea! Woi Lea! " Pekik El kesal karena sedari tadi gadis itu tidak menoleh kepadanya.

Lea tetap saja berjalan menuju parkiran cafe kearah mobilnya yang berwarna putih. Namun belum sempat ia ingin masuk, El langsung menarik dan menghentikan Lea.

El mengurung Lea dengan tangannya sendiri.

"Mau apa lo?" Ucap Lea kesal.

El hanya tersenyum penuh arti. Ia memandang Lea. Lea mulai panik saat wajah El kian mendekat. Sedangkan El, ia menikmati setiap ekspresi yang Lea tampilkan akibat ulahnya.

El berbicara berbisik pada telinga Lea.

"Jadi pacarku ya?" Ujarnya.

Lea langsung memandang lelaki itu nanar.

Bugh!

Lea memukul perut El lumayan kuat membuat El langsung mengaduh dan memegangi perutnya. Lea tak peduli dengan ekspresi kesakitan El. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan melajukan kendaraan beroda empat itu meninggalkan parkiran cafe. Meninggalkan El dengan drama kesakitannya.

El memandang mobil Lea yang menjauh takjub. Bagaimana mungkin ia tertarik dengan gadis jadi-jadian itu.

El berfikir sebentar, mengapa ia mendekati Lea? Apakah karena Lea cantik? Atau ada yang lain?

Kenapa ia sepertinya terlalu berjuang untuk hanya sekedar mendapatkan perhatian kecil gadis itu.

"Kok gue aneh ya!" Ucapnya kesal. Karena tak ingin pusing, El memutuskan untuk kembali ke rumah. Gagal sudah untuk membeli jajanan 1 juta untuk adik-adiknya.

"Pinter juga tuh cewek." Gumam El pelan saat ia telah masuk ke dalam mobil. El menyalakan mesin mobilnya, lalu mobil itu pergi dari parkiran cafe menuju rumah.

~~~

El memasukkan mobilnya ke dalam parkiran rumah mewah itu. Lalu ia berjalan sambil menenteng tas bahunya tak lupa pula dengan dua kantong kresek besar berisikan makanan dan es krim untuk adiknya.

Ya, El tergoda untuk singgah ke supermarket dan membelikan adik-adiknya cemilan.

"Assalamu'alaikum!" Pekik El saat ia datang dengan membawa dua kantong makanan itu disambut meriah oleh adik-adiknya.

"Ets jangan rebutan, semua kebagian kecuali Key adik abang yang durhaka!" Ujarnya bercanda.

Wajah Key yang awalnya senang dan bersemangat melihat banyaknya kue yang dibawa oleh El langsung berubah masam. Key mendelik abangnya kesal.

"PELIT!" Pekiknya. El terkekeh dan langsung menarik tangan si adik.

"Bercanda ih, najis baperan!" Ucap El gemash.

Key kesal pada El.

"Mama! Liat Abang, udah buat salah bukannya minta maaf malah bilang Key baperan!" Pekik Key tak terima.

El cengo melihat kelakuan adiknya itu.

Tak lama datanglah Eby dengan membawa brownies dan jus buah dari arah dapur.

"Apa ini berisik-berisik hm? Kenapa Key?" Tanya Eby sambil membawa nampan berisi brownies dan jus buah.

Key menunjuk ke arah El.

"Abang pelit, dia beli 2 kantong besar snack tapi Key gak di kasih. Katanya cuma bercanda, tapi bukannya minta maaf abang malah bilang Key baperan!" Adunya. Eby hanya menggeleng melihat kelakuan anak-anaknya. Perasaan dulu ia tidak seperti ini.

"Ya maap Dek, kek gitu aja diambil hati. Janganlah. Nanti waktu Abang udah pergi ke Paris kamu nangis." Ujar El.

Key tak memperdulikan permintaan maaf El. Ia duduk di sofa lalu memakan brownies buatan Eby dengan lahap.

"Fanya, Farel gamau brownies sama jus buah?" Tanya Key kepada adik-adiknya.

Farel dan Fanya yang awalnya terlalu sibuk dengan snack yang dibelikan oleh El langsung berlari menghampiri sang kakak dan memakan brownies buatan Eby.

El duduk di samping Key dan meneguk jus yang telah di buat oleh Eby.

"Ihhhhhh! Itu kan punya Key! Kenapa Abang minum!" Pekik Key kesal saat El meminum jus buah naga miliknya. El terkaget dah jus tersebut langsung muncrat.

"Ihhhhhh!! Abang jorok huaaa! Untung gak kena baju Key!" Ucapnya lagi.

El memandang adiknya kesal.

"Diem lah, serba salah Abang ada di rumah. Abang capek, mending kamu pijitin abang. Nanti Abang kasih upah. " Ucap El pada Key.

"Bener ni di kasih upah? Gak bohong? " Tanya Key. El mengangguk.

Key yang sudah memasuki kelas 3 SMA memang membutuhkan banyak uang. Walaupun kedua orang tuanya berkategori sangat mampu, Eby selalu menanamkan sikap hemat dan harus menabung dulu jika ingin membeli sesuatu.

"Berapa dulu?" Tanya Key.

El memandang adiknya dengan wajah kesal.

"1 juta, mau gak?" Tanya El. Key, sudah berumur 18 tahun tapi jika berhadapan dengannya pasti seperti anak berumur 15 tahun.

"Mau banget! Yaudah sini Key pijitin!" Ucapnya semangat.

El berbaring di sofa dan Key mulai memijit tubuhnya dan ia mulai terlelap. Masuk ke dalam dunia mimpi, sejenak melupakan penat dunia nyata yang kadang membuat semua orang bingung.

~~~

Sedangkan Lea , sekarang ia sedang menghabiskan waktu dengan sang Mama dan Papa. Ia akan ke Paris 2 minggu lagi dan ia akan rindu kehangatan keluarganya.

"Mama cuma bisa mendoakan kamu. Mama selalu mendukung apa yang kamu mau jika itu baik Lea. Gapapa, pergi aja. Walau disini kami bakalan kesepian tanpa anak Mama yang cantik ini." Ujar Zulfa.

"Iya, bakalan sepi rumah kalau gak ada kamu Lea. Tapi, kami tetap mendukung apapun keputusan serta keinginan kamu. Ini hidup kamu, jalani dengan bahagia dan lakukan yang kamu mau, oke?" Sahut Zamir.

"Oke Papa." Jawab Lea sambil tersenyum. Lalu Lea memeluk ke-dua orang-tuanya erat. Beruntung sekali ia memiliki orang-tua yang pengertian.

Lea dibesarkan sebagai anak tunggal. Kesepian sudah menjadi kebiasaannya. Bahkan sampai sekarang, ia tidak benar-benar memiliki teman yang bisa diajak susah dan senang bersama. Mereka hanya datang ketika perlu dan pergi ketika masalah itu selesai.

Lea percaya cinta, percaya juga arti persahabatan sesungguhnya. Namun , apakah ia berhak atas itu?

Lea juga bingung, entah mengapa mereka tak mau berteman lebih dekat dengan Lea. Bingung dengan pemikiran mereka yang selalu menganggap Lea sombong dengan otak jeniusnya.

"Gimana kalau malam ini kita makan malam di luar? Kita udah jarang makan malam bertiga." Ucap Zamir.

Zulfa mengangguk, Lea tersenyum. Setidaknya ia mendapatkan cinta dari kedua orang-tuanya.

"Ayok." Ucap Lea.

Dan siang itu mereka habiskan di ruang keluarga dengan canda tawa ringan. Mereka menonton film, bermain bersama. Melakukan hal-hal yang bisa mereka lakukan sebelum mereka harus berpisah cukup lama.

"Lea sayang Mama. Lea juga sayang Papa." Ucap Lea memeluk keduanya.

Zulfa dan Zamir tersenyum.

"Kami lebih menyayangimu. Kamu mutiara Papa yang sangat berharga Lea. Bidadari kecil kami yang sangat berharga." Ucap Zamir.

"Jaga diri baik-baik disana ya, kalau libur pulang. Mama bakalan kangen sama kamu." Ucap Zulfa.

Lea mengangguk.

"Pasti Ma, Papa jaga Mama ya disini. Sering-sering pulang cepet. Kasian Mama sendiri di rumah." Ucap Lea pada Zamir.

"Tentu. Kalian adalah titipan surga yang sangat Papa sayangi."

To be continued.....

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang