~ 25 ~

369 67 3
                                    

Play music yang ada di atas biar dapat feeling nya.


Di depan menara Eiffel , malam yang sangat indah dengan bintang dan bulan yang bersinar. Seorang pria duduk dengan rasa berdebar di hatinya. Menunggu kedatangan sang pujaan hati.

Sosok itu adalah El. Yang sekarang sedang duduk di kursi pinggir jalan tak jauh dari tower menara Eiffel yang sangat bercahaya malam ini.

Ramai pasangan yang berjalan serta berfoto ria. Mereka semua senang. Termasuk El. Dengan sebuah kotak kecil berwarna hitam berisikan cincin emas putih permata.


Hingga tak lama seseorang yang ditunggu pun datang. Berjalan dengan switer panjang berwarna abu muda serta rok putih. Berjalan ke arahnya dengan tersenyum memandang wajah El. El melambaikan tangannya.

"LEA!" Pekiknya keras. Lea membalas lambaian tangan El sambil tersenyum manis.

Lea berlari kecil menuju ke arah El yang sekarang berdiri menunggunya. Hingga akhirnya gadis itu sampai di hadapannya.

"Lama nunggu?" Tanya Lea pada El. El menggeleng.

"Duduk dulu, pasti capek." Ujar El dan mereka pun duduk di bangku tersebut. Melihat pemandangan menara Eiffel yang sangat cantik malam ini dan beberapa anak kecil yang bermain bersama orang tuanya.

"Minum nih, aku beliin ini tadi buat kamu." Ucap El lalu memberikan sebuah botol minuman kepada Lea. Lea mengambil minuman tersebut dan langsung membuka dan meminumnya.

"Makasih." Jawabnya.

"Iya Lea." Balas El. Dan seketika mereka sunyi. Kehabisan percakapan. El dan Lea canggung. El juga bingung bagaimana caranya agar ia bisa melamar Lea malam ini. Suasana sudah sangat mendukung. Cincin pun sudah ada. Namun setelah melihat Lea yang tampil sangat cantik malam ini. El kehabisan kata-kata. Kata-kata yang sudah ia rancang hilang begitu saja.

"El!"

"Lea!"

Panggil mereka serempak. Mereka saling pandang dan gugup.

"Kamu aja duluan." Ucap Lea. El menggeleng.

"No. Ladies first." Jawabnya. Lea kembali canggung, namun gadis itu menghela nafasnya. Ia tak ingin hanya duduk diam tanpa adanya topik pembicaraan.

"Maaf ya dulu aku cuek banget sama kamu." Ujarnya. El kaget mendengarkan hal itu. El sontak menggeleng.

"Engga Lea. Bukan salah kamu. Mungkin kalau kamu gak cuek dan bikin aku penasaran kita gak bakalan jadi seperti ini. Aku gak mungkin kenal kamu begitupun sebaliknya. Aku suka kamu karena kamu beda." Jelasnya.

Lea tak mampu mengucapkan apapun. Ia hanya bisa tersenyum haru.

"Lea. Aku bukan ustadz, tapi aku yakin aku bisa bimbing kamu serta keluarga kecil kita nanti." Ucap El sejenak.

"Aku juga bukan orang yang sholeh, aku juga sering lalai dalam sholatku. Namun, semenjak aku kenal kamu. Aku jadi tau sesuatu hal Lea."

Lea mengernyit heran dan bingung. Kedua alisnya bertaut.

"Tau apa?" Tanya Lea.

"Ketika dulu aku mengejar kamu. Allah jauhkan kamu dari aku. Namun setelah aku baca kisah kisah romantis islami, aku menemukan kisah romantis Zulaikha dan Nabi Yusuf. Aku mulai rajin sholat malam, meminta kamu. Sama Tuhanmu. Dan alhamdulillah dapet dong." Ujarnya dengan gelak tawa di akhir kata.

Lea terkekeh. Ia memukul El pelan.

"Aku seumuran sama kamu. Tapi itu belum cukup buat aku. Aku maunya seumur hidup sama kamu. Boleh?"

El tak tau. Ia bahkan bingung. Kata-kata yang ia ucapkan itu bukan kata-kata yang ia rangkai sebelum Lea datang. Tapi karena sudah terlanjur jadi lanjut ajalah.

Lea kembali tertawa mendengarnya. Wajahnya yang putih berseri langsung merona dibuat El.

"Sejak kapan kamu bisa gombal sih?" Tanya Lea heran.

"Sejak kenal kamu. Mungkin?" Jawabnya.

"Aku bingung El. Aku bingung sama perasaanku sendiri." Ujarnya.

"Bingung kenapa?" Tanya El heran.

"Aku engga sedewasa itu, aku masih banyak kurang. Aku cuma gadis pendosa yang mencoba untuk hijrah di jalan Allah."

"Lea dengerin aku. Kamu baik Lea karena kamu tau kamu salah dan kamu mau berubah. Itu yang bikin aku yakin, kalau kamu akan jadi ibu yang baik untuk anakku kelak."

Wajah Lea semakin merah mendengar perkataan El. Gadis itu menundukkan wajahnya menahan malu. Sedangkan El semakin gemas melihat tingkah Lea.

Iii mukanya merah!! Gemesh!!

"Oh ya Lea. " Ucap El tiba-tiba. Lea menoleh.

"Iya kenapa?" Jawabnya.

"Aku memang engga lebih tua dari kamu. Tapi..." Ucap El menggantung membuat Lea menjadi panas dingin.

"Tapi apa?" Tanya Lea gugup.

"Tapi mau gak kamu sehidup semati sama aku?" Ucapnya. Lea tak kuasa menahan malu, ia menginjak kaki El kuat membuat lelaki itu berteriak kesakitan.

"LEA LEA LEAAAAAA! SAKIT!!!" Pekiknya.

Lea tertawa melihat El kesakitan.

"Makanya punya mulut di jaga. Belum halal udah main gombal aja. Dosa!" Jawabnya kesal.

El tersenyum sinis. "Hilih, tapi baper." Sangkalnya, Lea yang mendengar itu langsung memukul El kuat.

"Eh eh berenti dulu. Aku mau kasih kamu sesuatu."

Ucapan El sontak berhasil membuat Lea berhenti memukulnya. El perlahan mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam itu dan memberikannya kepada Lea.

Jantung gadis itu berdegup kencang. Sangat tak karuan. Lea menerima pemberian El. Lea menoleh saat hendak membukanya. El mengangguk.

"Buka." Suruhnya.

Lea mengehela nafasnya, mencoba mengatur nafas. Hingga akhirnya kotak kecil itu terbuka dan menampakan sebuah cincin berlian yang sangat cantik.

"Aku bukan dia yang sempurna. Aku masih banyak kekurangan. Tapi entah mengapa, saat saat bersama kamu. Potongan kekuranganku seakan terisi Lea. Aku tak bisa bohong kalau awalnya mungkin kamu cuma bikin aku penasaran terus berlanjut dengan kamu menjadi inceran agar tantangan dari Papaku berhasil. Namun dari semua itu, aku juga tak sadar bahwa aku sudah mencintaimu." Jelas El dengan nada lembut.

Lea gregetan. Ia hanya bisa diam dan tersenyum. Lea tak membayangkan bahwa orang yang selalu ia doakan, adalah El yang selalu menganggunya.

"Aku juga gak mau basa-basi. Kedua orang-tua juga udah saling kenal. Jadi, aku mau bertanya sama kamu. Gadis yang bisa membuatku tergila gila. Gadis yang bisa membuatku tak bisa menoleh kepada gadis lainnya. Aeleasha Zainisa, maukah kamu menikah denganku?"

Lea menoleh dan tersenyum. Kepala gadis itu mengangguk. Dan saat itulah El tersadar bahwa....

"ABANGGGGGGG!!!!!!"

Byur...

Hanya mimpi.

"KEYYY!!! BASAH IHHH!!!"

El menghela nafas kecewa. Mimpinya begitu indah. Hingga ia lupa bahwa kenyataan tak akan semulus mimpi.

"BANGUN ABANG! UDAH PAGI! ADA JADWAL KAN?" Pekik Key sambil marah-marah.

"GAK ADA KEY! GAK ADA! HARI INI ABANG GAK ADA JADWAL! NGAPAIN COBA MASUK KAMAR ORANG TERUS TERIAK EH MALAH NYIRAM AIR!" Pekiknya kesal.

Key tertawa tanpa dosa.

"Iyakah? Gak tau saya tuh. Yaudah deh saya mau balik ke kamar. Babay." Ucap gadis itu dan ia langsung pergi dari kamar El.

El memandang bajunya yang basah. El menggeram kesal dengan adiknya.

"KEY!!! ADIK LAKNAT!"

to be continued....

Assalamu'alaikum Paris 2 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang